Kepentok Cinta Nungky
Di atas pohon rambutan yang rindang dengan buah yang lebat dan juga berwarna merah tanda buah itu sudah bisa dipetik, 4 orang gadis berseragam SMA tengah asyik nangkring di atas pohon tersebut sambil menyantap buah rambutan yang sangat manis itu.
“Enak banget ya panas-panas gini makan rambutan manis dan seger!” Ucap seorang gadis bernama Rania sambil memakan rambutan tersebut dan membuang cangkangnya kebawah.
Di bawah pohon sudah banyak sampah berserakan yang mereka perbuat dengan membuang kulit rambutan tersebut dengan sembarangan.
“Betul mantap benar dah main ke rumah kamu selalu bawa berkah Ky!” Ucap gadis lain bernama Gisuwa dengan senang.
Gadis yang namanya di panggil Nungky itu melongok kebawah menatap ketiga sahabatnya yang sedang asyik nangkring di satu dahan pohon yang besar, sedangkan dia sendiri memilih duduk di dahan atas sendirian sambil memperhatikan sekitarnya, padahal tidak terlihat apapun karena terhalang oleh lebatnya buah serta daun yang menghalangi pandangannya.
“Iya dong pasti itu, kapan sih kalian main sama aku kelaparan, pokoknya main ke tempatku dijamin kenyang!” Ucap Nungky sambil tersenyum bangga dan membuang cangkang rambutan bekasnya kebawah.
“Eh ky kalau mau buang sampah lihat-lihat dong, kena rambutku nih!” Ucap Gisuwa kesal sambil melempar cangkang rambutan yang ada di rambutnya dan menatap Nungky dengan kesal.
“Maaf gak kelihatan!” Ucap Nungky meminta maaf sambil tersenyum terlihat sekali jika dia tidak merasa menyesal, Gisuwa hanya mendengus mendengar kata-kata penuh dusta dari temannya itu.
“Eh Ky ini pohon siapa bukan pohon orang lain kan, kalau yang punya datang bisa habis kita?” Ucap gadis yang sedang asyik memakan kuaci yaitu Veyya.
“Veyy kamu gak ikut makan rambutan, kok malah makan kuaci?” Tanya Gisuwa menatap sahabatnya itu dengan bingung.
“Iya nih Veyy, nih aku ambilin yang merah enak loh!” Ucap Rania sambil memberikan segenggam cinta eh bukan rambutan kepada Veyya.
Veyya menggeleng menolak tawaran Rania dan kembali memakan kuaci miliknya. “Gak ah sudah kenyang aku kita sudah nangkring disini selama 2 jam perutku gak kuat kalau harus makan rambutan lagi!” Ucap Veyy.
“Bukan, tenang Veyy yang punya akrab banget sama aku udah kayak saudara sebangsa dan setanah air!” Ucap Nungky meyakinkan ketiga temannya itu.
Rania mengambik sebuah rambutan dan langsung menggigit kulitnya, namun tiba-tiba dia merasa mulutnya terasa pedas saat menggigit rambutan tersebut, setelah ditelaah dan di perhatikan ternyata rambutan tersebut banyak semutnya.
“Ah sial ada semutnya jadi doer dah mulutku!” Ucap Rania kesal sambil membuang rambutan tersebut membuat ketiga temannya langsung tertawa.
“Makanya baca Bismilah dulu kalau mau makan biar gak kena sial!” Ucap Gisuwa sambil mengambil sebuah rambutan ditangkai pohon di dekatnya, saat dipegang dia merasakan ada sesuatu yang menggeliat ditangannya, saat dia melihat tangannya dia melihat ulat tidak berbulu sedang menggeliat ditangannya.
“Aaahhhh ulaaaaattt botakkk!” Ucap Gisuwa panik dan langsung melempar ulat beserta rambutan tersebut sembarangan.
“Eh kampret, ulatnya kena aku nih!” Ucap Veyya panik dan langsung menyingkirkan ulat yang menempel di bajunya tersebut dengan ranting.
“Alhamdulilah selamat, awas ya Gis!” Ucap Veyya sambil mendelik ke arah Gisuwa dengan tatapan tajam, sedangkan gadis yang ditatapnya itu hanya meringis pelan merasa takut.
“Rasain tuh, makanya jangan suka saling menghina kena batunya deh!” Ucap Rania sambil tertawa puas membuat Gisuwa mendengus sebal.
Lucunya meski mendapat kejadian yang membuat panik tersebut mereka masih beruntung karena tidak terjatuh dari pohon tersebut, Nungky yang sedang asyik memakan rambutan hanya diam tanpa memperdulikan ketiga temannya itu, baginya makan rambutan lebih penting sekarang dibanding ketiga temannya itu.
“Hey siapa kalian berani-beraninya mencuri rambutan milikku!”
Teriakan seseorang membuat Rania, Veyya dan Gisuwa melongok ke arah bawah, disana terlihat seorang pria paruh baya berusia sekitar 50 tahun tengah menatap mereka dengan marah.
“Turun kalian dasar bocah-bocah nakal!” Ucap Seseorang yang memakai pakaian batik serta peci yang menutupi kepalanya itu sambil mengacungkan ranting pohon kepada ketiga gadis tersebut menyuruh mereka untuk turun.
Sejenak ketiga gadis tersebut langsung berpandangan mereka kembali menoleh ke arah pria di bawah mereka, sedangkan Nungky gadis itu langsung memanjat pohon lebih ke atas untuk menyembunyikan wajahnya dari Pak rt Naim sang pemilik pohon rambutan yang sedang dia ambili buahnya itu bersama ketiga temannya.
“Kabuuurrr!”
Sontak Veyya dan Rania langsung turun dari pohon tersebut dengan sangat cepat, Gisuwa yang kaget mendengar teriakannya sendiri bersama Veyya dan Rania malah terjatuh dari pohon dan menimpa Pak Naim.
“Aduuhhh pingsan orangnya!” Ucap Gisuwa panik melihat Pak Naim yang tak sadarkan diri di bawahnya.
“Ayo kabur Gis kita nyelamatin diri dulu, mumpung belum ketahuan!” Ucap Rania sambil menarik Gisuwa untuk bangun.
Ketiga gadis tersebut langsung berlari kocar-kacir sambil membawa tas mereka meninggalkan Nungky sendirian yang masih berada diatas pohon, gadis itu melongok ke bawah dilihatnya Pak Naim yang sudah pingsan, dengan perlahan dia pun turun namun karena terpeleset dia jadi terjatuh dengan posisi langsung terduduk ke tanah.
“Aduhhh sakit banget ya Allah putri imut terjatuh!” Gumam Nungky sambil meringis merasakan pantatnya sakit karena menyentuh tanah yang keras, dia melihat sekelilingnya yang terlihat sepi teman-temannya sudah kabur semua meninggalkan dia dan Pak Naim sendiri.
“Dasar teman gak punya adab, pakai ninggalin aku segala coba gak setia kawan emang mereka!” Gumam Nungky kesal, dia mencoba bangun namun pergelangan kakinya terasa sedikit sakit membuatnya meringis pelan.
“Om Naim, Om dimana?”
Teriakan seseorang yang mencari keberadaan Pak Rt Naim membuat Nungky panik dengan cara ngesot dia pun bersembunyi di semak-semak, setelah mendengar suara itu semakin mendekat ke arahnya.
“Om Naim bangun Om, Om kenapa pingsan disini?” Ucap seseorang dengan panik.
Dari tempat persembunyiannya Nungky mengintip orang tersebut dia langsung melebarkan matanya saat melihat wajah pria yang sedang berjongkok di samping Pak Naim yang ternyata adalah Pria tampan rupawan.
Nungky mengucek mata serta mencubit pipinya pelan memastikan jika dia tidak sedang bermimpi, dia memperhatikan pria bersama seorang gadis kecil yang dia yakini adalah adik si pria tampan.
“Om Naim kayanya di gebukin maling rambutan bang Wan!” Ucap sang gadis cilik sambil memandang kakaknya dengan wajah polos.
“Hush jangan bicara sembarangan kamu dek, sudah kita cari pertolongan dulu, abang gak kuat kalau harus gendong Om Naim sendiri!” Ucap sang pria yang dipanggil Wan tersebut.
“Namanya siapa Wawan, Iwan, atau sukijah?” Gumam Nungky memikirkan nama-nama yang pantas dipanggil dengan sebutan Wan.
Dengan perlahan Nungky merapikan rambutnya yang acak-acakan dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya dengan cara masih ngesot.
“Aduh tolong!” Ucap Nungky dengan suara lemah lembut menarik perhatian sang pria tampan dan gadis kecil disampingnya itu, mereka langsung menghampiri Nungky yang duduk tidak jauh dari mereka.
“Kamu kenapa?” Tanya sang pria.
“Ini Bang kakiku sakit tadi pas ngejar maling rambutan aku terjatuh sampai kakiku terkilir bang sakit banget!” Ucap Nungky manja membuat gadis disamping si pria menatapnya dengan pandangan sebal, sepertinya gadis itu tahu jika Nungky berbohong.
“Benarkah kamu baik sekali, coba berdiri aku akan membantumu berjalan!” Ucap sang pria sambil menarik kedua tangan Nungky.
“Awww!” Nungky meringis pelan sambil kembali duduk di atas tanah, dia melirik pria tampan di depannya itu dengan sedih.
“Sudah aku tidak bisa jalan Bang, sudahlah aku tidak apa-apa biar aku ngesot saja pulangnya!” Ucap Nungky penuh drama dan langsung mulai ngesot, dia menarik tasnya dengan kesusahan membuat sang pria menatapnya kasihan.
“Tunggu!”
Nungky langsung tersenyum senang idenya berhasil, dia berbalik memandang pria dibelakangnya dengan raut wajah yang dibuat sedih.
“Iya kenapa Bang?” Tanya Nungky.
Si pria tampan dengan gadis kecil menghampiri Nungky, pria itu jongkok di depan Nungky membuat gadis itu mengerjapkan matanya polos.
“Naiklah aku antarkan kamu pulang!” Ucap Si Pria.
Tanpa basa-basi Nungky langsung naik ke atas punggung si pria dengan senang, dia melirik gadis kecil yang menatapnya sebal, tapi Nungky tidak memperdulikannya.
“Chika tolong jagain Om Naim sebentar ya, abang mau nganterin dia dulu sekalian cari bantuan!” Ucap Si pria kepada gadis kecil yang ternyata bernama Chika itu.
“Gak mau ah bang, nanti abang Wan diculik sama si kakak jelek ini!” Ucap Chika sambil menunjuk Nungky.
Nungky langsung melotot kepada Chika, bagaimana gadis seperti Chika bisa bicara sejujur itu tentangnya, sepertinya dia dan gadis itu tidak akan akur untuk waktu yang dekat.
“Wah kurang asem nih bocah harus aku pelet dulu nih biar bisa deketin si abang ganteng!” Gumam Nungky dalam hati sambil tersenyum licik.
“Hush dek jangan gitu ah, sudah kamu tunggu saja abang cuma sebentar!”
Tanpa menunggu jawaban si pria langsung berjalan meninggalkan Chika di belakang, gadis kecil itu bersungut-sungut tidak jelas menatap kepergian kakaknya dengan kesal.
“Dasar nenek Gayung jelek awas saja nanti!” Gumam Chika.
“Rumah kamu dimana?” Tanya si pria kepada Nungky.
Saat ini mereka sedang berjalan mengelilingi komplek perumahan, Nungky menoleh ke arah rumahnya yang baru saja mereka lewati.
“Masih jauh Bang kayaknya aku gak ingat!” Ucap Nungky berbohong.
“Loh masa kamu gak inget rumah sendiri, kamu gak hilang ingatan kan?” Tanya si pria bingung.
“Gak bang, sudah nanti saja kita bahas rumahnya ngomong-ngomong nama abang siapa, orang baru ya?” Tanya Nungky mengalihkan perhatian.
“Iya saya orang baru disini pindahan dari Bandung, nama saya Awan saya keponakannya Om Naim, saya dan orang tua saya baru pindah kemarin!” Ucap si pria bernama Awan menjelaskan dengan detail tentangnya.
“Hai bang Awan aku Nungky, ngomongnya aku kamu aja ya bang biar berasa dekat gitu!” Ucap Nungky sambil tersenyum dikala keduanya sedang berkeliling mencari rumahnya
“Abang rumahnya dimana, bukan di rumah aku kan?” Tanya Nungky lagi sambil cengengesan tidak jelas.
“Rumahku itu!” Tunjuk Awan kepada sebuah rumah yang ternyata berada tepat di sebelah Nungky.
“Rumah kamu dimana, aku sudah pegal dari tadi muter-muter terus!” Ucap Awan dia merasakan punggungnya yang sudah sakit karena harus menggendong Nungky yang ternyata berat meski berbadan kecil.
“Nih cewek makan apaan sih badan kecil tapi beratnya Masha Allah bikin encok!” Gumam Awan dalam hati.
“Sudah bang antar aku kesana saja itu rumahku!” Ucap Nungky menunjuk rumahnya yang tepat di samping rumah Awan.
“Kenapa gak ngomong dari tadi?, kita sudah 3 kali lewatin rumah ini dan kamu baru bilang sekarang!” Ucap Awan sambil menurunkan Nungky di depan rumahnya dan langsung membantu gadis itu duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.
“Kan aku sudah bilang lupa bang, tapi makasih ya sudah nganterin aku dengan selamat!” Ucap Nungky sambil tersenyum.
Awan mengangguk mengiyakan dia tidak ingin berdebat dengan gadis di depannya itu.
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan wajah Desi ibu Nungky yang menatap mereka dengan wajah mengkerut bingung, dia menoleh ke arah Nungky yang sedang cengengesan tidak jelas sambil memperhatikan Awan.
“Siapa kamu?” Tanya Desi kepada Awan.
“Saya Awan tante, saya kesini cuma mau nganterin anak tante tadi kakinya terkilir makanya saya bantu anterin dia pulang” Ucap Awan menjelaskan semuanya dengan sopan, dia tidak mau ibu gadis itu salah paham padanya.
“Wah makasih ya nak padahal gak usah di bawa pulang kesini juga gak apa-apa kok, kamu bisa bawa dia pulang ke rumah kamu lebih bagus kayaknya!” Ucap Desi sambil tersenyum.
Awan hanya tersenyum samar mendengarnya dia berpikir jika ibu dari gadis bernama Nungky itu sedang bercanda padanya.
“Tante bisa saja, saya pamit dulu ya tante Assalamualaikum!” Ucap Awan sambil mencium tangan Desi dan berlalu pergi.
“Tanganku gak dicium juga bang?” Teriak Nungky yang tidak digubris oleh Awan, pria itu sudah pergi berlari dan menghilang dari pekarangan rumahnya.
“Kemana saja kamu, baru ingat pulang sudah sore begini?” Tanya Desi sambil menatap anak semata wayangnya itu dengan tajam.
“Main Ma, belum juga subuh Ma kalau sudah subuh baru cariin!” Ucap Nungky.
“Siapa juga yang nyariin kamu, Mama cuma nungguin lipstik pesanan Mama, mana?” Ucap Desi sambil menengadahkan tangannya kepada nungky.
Nungky berdecak kesal, dia membuka tasnya dan mengambil sesuatu dari tas tersebut yang langsung dia berikan kepada ibunya itu.
“Terima kasih, ayo masuk!” Ucap Desi setelah menerima barang tersebut dan beranjak memasuki rumahnya.
“Aku gak bisa jalan Ma, kakiku sakit!” Ucap Nungky.
“Kamu lari kesini dalam 5 detik Mama kasih kamu 100 ribu!” Terdengar suara ibunya menyahut dari dalam.
Mendengar itu Nungky langsung berlari memasuki rumah dan menghampiri ibunya itu yang sedang berada di ruang tv.
“3 detik Ma, ayo sini mana uangnya?” Ucap Nungky meminta imbalan pada ibunya Desi.
Desi menoleh ke arah Nungky yang sedang cengengesan karena senang akan mendapat uang, Desi berdecak pelan sambil mengambil uang yang ia selipkan di dalam daster yang sedang dia pakai.
“Nih, dasar tukang kibul katanya sakit itu bisa lari!” Ucap Desi kesal sambil memberikan uang tersebut kepada Nungky.
Nungky melihat uang yang diberikan ibunya itu dengan tatapan tidak percaya. “Kok dua ribu sih Ma mana sisanya?” Ucap Nungky menatap ibunya dengan kesal.
“Sisanya nyicil sudah mandi sana ganggu aja lagi nonton *Azab* juga!” Usir ibunya sambil fokus menonton drama yang sedang naik daun yaitu *Azab*
Nungky berjalan meninggalkan ibunya sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.
“Dasar ratu kibul, aku doain biar kena Azab judulnya *Azab ibu yang suka mengibuli anak tukang kibul*” Sungut Nungky sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
-----
NB: Ini bukan novel baper-baperan yang bikin nangis jadi jangan kecewa kalau disini kalian hanya akan menemukan kekonyolan saja😆😆😆
Nungky\=Syifa Hadju
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Eli Elieboy Eboy
𝚖𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛 𝚔𝚊𝚔
2024-08-16
0
Firmanto Jekson Sitorus
ok
2023-06-16
0
IK
izin baca yaa thor.. suka dengan karakter nungky
2022-12-09
0