Liona, tunggu aku.
Pada akhirnya Han benar-benar menepati janjinya. Ia bersuka cita untuk menemui Liona.
Sementara itu...
Semilir angin siang menjadi saksi Liona yang sedang menjemur pakaiannya di teras lantai dua kediaman ratu. Ia pun tampak berkeringat setelah membuat ramuan untuk ratu. Dan kini ia sedang memeras pakaiannya. Tanpa sadar jika ada seseorang yang memerhatikannya dari bawah. Ialah Ran yang sedang menatap Liona.
Liona ... apakah kau merasa kehilanganku?
Ran memerhatikan Liona dari jauh. Tabib muda istana itu bak bintang di langit yang sulit untuk digapainya. Beberapa hari ini Ran hanya bisa merindukan Liona. Tapi ia tidak bisa melakukan pendekatan lagi karena sang ibu telah melarangnya. Dan pada akhirnya Liona pun menyadari jika Ran tengah memerhatikannya. Ia kemudian melihat Ran dari teras lantai dua.
"Pangeran Ran?"
Liona tampak bersedih saat melihat Ran di sana. Ran pun menyadari jika Liona telah melihatnya. Saat itu juga Ran segera pergi dari tempatnya. Meninggalkan Liona yang sedang melihatnya.
Dia sudah berubah sekarang. Apakah aku terlalu jahat padanya?
Liona pun bertanya-tanya sendiri pada hatinya. Ia merasa bersalah dan tak enak hati kepada Ran. Selama ini ia selalu menghindar dan tidak menanggapi Ran. Tapi entah mengapa hari ini perasaan bersalah itu seakan membelenggunya. Liona ingin meminta maaf kepada Ran.
Dia sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Sepertinya beberapa hari ini membuat mereka menyadari perasaan apa yang ada di hati sebenarnya.
Tanpa Liona sadari, Ratu Nia melihat hal itu dari balik kaca jendela kamarnya. Ratu melihat Ran yang pergi dan melihat Liona yang tampak terdiam di tempatnya sambil menundukkan kepala. Ratu Nia pun merasa jika keduanya sudah saling suka. Ia lantas mendekati Liona.
"Liona."
"Ya Yang Mulia?"
Ratu Nia berjalan mendekati Liona. "Bicaralah dengan pangeran. Aku akan meminta prajurit untuk memanggilkannya." Ratu begitu pengertian kepada Liona.
"Tapi Yang Mulia--" Liona merasa tak enak hati.
"Tak apa. Sudah waktunya kalian bicara. Hampir seminggu ini kalian tidak bertegur sapa. Itu tidak baik apalagi untuk sesama penghuni istana." Ratu menuturkan.
Liona menunduk sedih. Ia akhirnya menganggukkan kepala. Ada rasa kehilangan di hatinya sejak Ran tidak mengganggunya lagi. Liona merindukan sikap Ran yang dulu kepadanya.
Setengah jam kemudian...
Ruang tamu kediaman Ratu Nia menjadi saksi Ran yang datang memenuhi panggilan. Tampak Liona yang harap-harap cemas sebelum bertemu Ran. Ia menunggu di depan meja makan sampai ratu memanggilnya untuk keluar. Sedang Ran sendiri terlihat menundukkan kepalanya di hadapan ratu. Ia tidak berani bicara jika tidak ditanya ratu.
"Aku mengundangmu ke sini karena ada hal yang ingin kubicarakan, Pangeran Ran."
Ratu membuka pembicaraan. Toples-toples dari kristal bening yang ada di meja tamu kediaman ratu menjadi saksi percakapan mereka.
"Silakan, Ibu." Ran pun mempersilakannya.
Ratu meneguk teh hijau yang telah dibuatkan Liona sebelumnya. "Usiamu sudah dua puluh tahun. Apakau kau sudah siap untuk menikah?" tanya ratu yang membuat Ran terkejut seketika.
"Ma-maksud Ibu?" Ran ingin memastikan.
Ratu meletakkan cangkir tehnya. "Aku pikir kau adalah pasangan yang serasi untuk Liona. Dan aku ingin menikahkan kalian. Bagaimana menurut pandanganmu, Pangeran?" tanya ratu yang membuat Ran terbelalak seketika.
Ibu ingin menikahkanku dengan Liona?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments