Anak itu semakin menunjukkan perasaannya kepada Liona. Ratu pun berpikir demikian tentang Ran.
Ratu merasa resah dengan sikap Ran yang semakin lama semakin menunjukkan perasaannya. Ia khawatir Liona sampai termakan bujuk rayuan Ran. Lantas ratu pun memikirkan cara agar tidak terjadi sesuatu kepada Liona nantinya.
"Liona." Ratu menegur Liona.
"Ya, Yang Mulia."
"Jika kau diminta untuk menikah, apakah kau bersedia?" tanya ratu segera.
"Ap-apa?!" Liona pun terkejut seketika.
"Begini. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku khawatir pangeran Ran semakin mendekatimu sehingga terjadilah hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu menurutku lebih baik menikah saja agar tidak perlu risau lagi saat kalian berduaan. Bukankah itu lebih baik untuk menjaga kehormatan?" tanya ratu kepada Liona.
Saat mendenganya, saat itu juga Liona merasa keberatan. Ia belum siap untuk menikah di usianya yang masih sangat muda. Liona masih ingin berkarya dan menjadi tabib handal istana. Tapi ratu telah meminta kepadanya untuk segera menikah agar tenang saat berduaan dengan Ran. Sedang Liona tidak menyukai Ran.
"Em, mohon maaf, Yang Mulia. Saya ... saya belum siap untuk menikah. Saya juga tidak mempunyai perasaan kepada pangeran Ran." Liona menuturkan.
Ratu mengangguk. Ia tampak mengerti keadaan Liona saat ini. "Aku tahu, Liona. Tapi dia adalah orang yang berkuasa di istana. Aku hanya ingin tenang saja. Karena jika dia terus seperti ini, aku merasa was-was sendiri. Aku khawatir suatu saat nanti dia memaksamu untuk melakukannya. Sedang kau tidak bisa melawannya." Ratu meminta Liona menimbang ulang.
Liona tertunduk. Ia merasa berat melakukannya. "Saya akan mempertimbangkannya, Yang Mulia. Mohon beri saya waktu," pinta Liona kepada ratu.
Ratu mengangguk. "Baiklah."
Pada akhirnya malam ini Liona menutup harinya dengan pertimbangan yang ratu berikan. Ia merasa bingung mengapa harus menikah dengan Ran. Tapi ia juga seperti tidak dapat menolak saran dari ratu. Karena saran itu memang benar adanya. Ratu khawatir terjadi sesuatu kepada Liona. Apalagi Ran tidak segan untuk menunjukkan ketertarikannya kepada Liona.
Sementara itu di bukit bunga kristal...
"Kutitip putraku." Raja Tan, ayah dari Han berbicara kepada penjaga bukit bunga kristal.
"Baik, Yang Mulia." Penjaga bukit pun mengiyakannya.
"Han." Raja kemudian beralih kepada Han. "Bersikaplah sopan selama bertapa di sini. Jaga dirimu baik-baik. Jika tidak mampu seminggu, maka cobalah tiga hari dulu. Ayah khawatir tubuhmu kaget saat tidak makan dan minum berhari-hari. Jadi lebih baik ambil hari yang paling sedikit saja." Sang ayah menyarankan.
Han mengangguk. "Terima kasih, Ayah. Tapi Ayah tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk itu." Han meyakinkan ayahnya.
Han akhirnya sampai di kaki bukit bunga kristal malam ini. Yang mana sang ayah langsung menitipkannya kepada penjaga bukit. Keduanya kemudian berpisah karena Han harus pergi ke puncak bukit. Yang mana penjaga bukit akan mengantarkannya. Tampak raja yang melihat kepergian putranya.
Han, bersemangatlah untuk menjemput cintamu. Ayah yakin Liona juga menyukaimu. Dia pasti mempunyai rasa yang sama denganmu. Karena nyatanya kalian bukanlah saudara. Dia juga berasal dari golongan manusia. Maka dari itu kau harus bersemangat untuk memperjuangkannya.
Malam ini menjadi saksi doa sang ayah untuk putra semata wayangnya. Raja berharap yang terbaik untuk putranya. Ia mendoakan keberhasilan untuk Han. Lantas apakah Han mampu bertahan dari pertapaannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments