"Liona, kemarilah. Duduk di dekatku." Ratu pun menerima dengan baik kehadiran Liona.
"Ini ramuannya, Yang Mulia." Liona pun meletakkan ramuan yang telah ia buat ke atas meja kamar beserta gelas kecilnya.
"Terima kasih. Kau nanti datang ke istana timur?" tanya ratu kemudian.
Liona menggelengkan kepalanya.
"Datang saja. Tidak datang malah tidak enak. Aku juga akan datang ke sana," tutur ratu kepada Liona.
Liona menundukkan kepalanya. "Sebenarnya ... sebenarnya saya ingin meminta izin, Yang Mulia." Liona mulai mengutarakan isi hatinya.
"Minta izin?" Ratu pun berhenti menyulam pakaiannya.
Liona mengangguk. "Saya ingin izin pulang kampung sebentar. Apakah diperkenankan?" tanya Liona kepada ratu.
Ratu bermahkota emas itu mengernyitkan dahinya. "Apakah kau tidak betah berada di istana ini? Atau ada sesuatu yang membuatmu tak betah?" tanya ratu lagi.
Liona menundukkan kepalanya. "Tidak, Yang Mulia. Saya hanya rindu keluarga. Saya ingin berjumpa dengan mereka terlebih dahulu. Karena sebelumnya pergi tidak bilang kepada ayah atupun ibu." Liona jujur.
"Ap-apa?! Astaga ...." Ratu pun tampak mengusap kepalanya.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak memberitahukan sebelumnya. Keinginan di hati ini begitu besar untuk menjadi tabib di istana. Sampai-sampai melupakan jasa orang tua." Liona merasa bersalah.
Ratu menghela napasnya. Ia memerhatikan Liona yang menundukkan wajahnya. Ratu tahu jika Liona adalah seorang anak yang sayang kepada orang tuanya. Ratu juga memaklumi jiwa muda yang ada pada Liona yang ingin menjadi tabib istana. Tapi di dalam hati kecil ratu mengatakan jika kampung Liona ada di istana ini.
Bagaimana cara membuktikan jika kami mempunyai hubungan darah? Aku merasa dialah putriku. Tapi aku tidak bisa membuktikannya.
Ratu pun dilanda dilema. Ia merasa kebingungan untuk mencari tahu siapa Liona sebenarnya. Sedang dirinya yakin jika Liona putrinya. Pada akhirnya ratu hanya bisa menunggu kabar dari sang raja. Tentang ciri-ciri putri mereka yang katanya telah tiada.
"Permisi!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berteriak dari depan pintu kediaman ratu.
"Em, Yang Mulia. Saya permisi. Ada yang mengetuk pintu." Liona pun berpamitan kepada ratu.
Ratu mengangguk. Ia membiarkan Liona membukakan pintu kediamannya. Ia perhatikan gadis yang pergi dari kamarnya. Saat itu juga jantungnya berdetak keras. Ratu seperti melihat putrinya.
Dia memang putriku.
Sementara Liona sendiri segera membukakan pintu kediaman ratu. Dan saat pintu dibuka, terlihatlah seorang prajurit yang datang. Prajurit itu membawa pakaian untuk Liona.
"Nona, mohon maaf. Saya diperintahkan pangeran Ran untuk memberikan ini kepada Nona. Besar harapan Nona bisa datang nanti malam. Permisi." Prajurit itu pun lekas berpamitan.
Liona menerima pakaian yang diberikan oleh prajurit itu. Dan ternyata sebuah gaun kerajaan berwarna merah yang indah. Ran meminta Liona untuk memakainya nanti malam. Yang mana membuat Liona bertanya-tanya akan maksudnya. Liona pun tak mengerti mengapa Ran bersikap seperti ini padanya. Liona mencoba tidak memedulikannya. Karena saat ini prioritasnya adalah membantu kesembuhan ratu lalu kembali lagi ke hutan. Liona ingin bertemu dengan keluarga serigalanya.
Malam harinya...
Setelah mandi dan menggunakan pelembab yang diberikan oleh ratu, Liona pun memakai gaun pemberian dari Ran. Dan tentu saja Liona terkejut saat memakainya. Ternyata gaunnya pas di badan Liona. Dan juga sedikit terbuka di bagian bahunya. Sang ratu pun melihat Liona yang sedang berkaca di depan cermin kamarnya.
"Ran yang memberimu?" tanya ratu kepada Liona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
LalaLolita
Ceritanya menarik... Semangat kak 💪
2023-04-15
1