...~Happy Reading~...
"Bagaimana keadaan Pene?" tanya Steve begitu melihat Jake memasuki ruangannya.
"Tubuhnya panas, Yang Mulia Luna sepertinya terkena demam." jelas Jake yang membuat Steve mengangguk. "Saya sudah memanggil dokter dan beliau juga sudah meminum obatnya."
Steve mengangguk paham. Setelah kejadian kemarin Penelope langsung jatuh sakit. "Itu wajar, dia pasti mengalami culture shock."
Kejadian seperti ini adalah pengalaman pertamanya. Tapi kemungkinan hal seperti ini akan sering terjadi kedepannya jadi Steve akan membiarkan Penelope terbiasa.
Steve menghela nafas, ia mengusap tengkuk lehernya dan kemudian meletakan pena yang ia pakai tadi. Steve bangkit dari duduknya, hari masih pagi dan sepertinya Steve tidak akan bekerja hari ini.
"Aku mau libur sampai Pene sembuh. Sisanya kau yang urus." Steve melempar sebuah stempel yang dengan sigap ditangkap oleh Jake.
Steve langsung melenggang pergi keluar ruangan. "Tunggu dulu Yang Mulia! Memangnya boleh anda memberikan cap ini sembarangan?!"
Ini segel yang hanya bisa dipakai oleh para Alpha tapi bagaimana bisa Steve memberikannya pada Jake?!
"Aku tidak memberikannya sembarangan, aku memberikannya pada mu." Steve menggidikan kedua bahunya tak acuh. "Tentu saja kalau kau menghilangkannya atau menyalah gunakan stempel itu, kepala mu akan jadi taruhannya." Kata Steve dengan seringai jahilnya yang sontak membuat Jake speechless.
"Apa?! Tunggu Yang Mulia—"
BRAK.
...🐺🐺...
Steve menutup pintu kamar Penelope dengan perlahan. Ia menatap wanita yang tengah terbaring lemah itu dengan tatapan khawatir.
Seharusnya Steve lebih berhati-hati lagi tapi Steve juga tidak berniat untuk memanjakan Penelope. Steve bukan orang tua Penelope melainkan suaminya dan sekarang Steve harus mendidik Penelope untuk menjadi wanita yang lebih mandiri dan berani.
'Tapi sepertinya Pene memang pemberani.'
Steve berjalan mendekati ranjang Penelope dan kemudian mendudukan diri di ranjangnya. Ia mengelus surai Penelope dengan lembut membuat wanita itu terbangun dari tidurnya.
"Maaf aku membuat mu terbangun."
Penelope melirik kearah Steve yang tersenyum lembut menatapnya. "Tidak, sepertinya aku juga sudah tidur lama." Penelope membuka selimut miliknya. "Tiduran sini." kata Penelope membuat Steve tersenyum.
Steve pun menurut, ia memasuki selimut itu dan memeluk Penelope. Tubuhnya panas tapi wanginya tetap menggoda.
"Bodoh dia sedang sakit!"
"Aku juga tau sialan!"
"Tubuhnya hangat, aku kedinginan." kata Penelope sambil mendekap tubuh Steve lebih erat.
Padahal tubuhnya sangat panas tapi Penelope merasa kedinginan.
"Maaf, harusnya aku bisa lebih berhati-hati lagi." Steve mencium kening Penelope dengan lembut.
"Tidak masalah. Aku juga harus membiasakan diri." Steve tersenyum lembut. Ia beruntung Penelope cukup pengertian. Penelope tau kalau jodohnya bukanlah manusia seperti dirinya jadi Penelope juga harus membiasakan diri akan hal ini.
Ia tidak mungkin terus-menerus hanya bergantung pada Steve atau menyuruh pria itu hati-hati dalam bertarung. Bagaimanapun juga mereka sudah menikah (walau tidak resmi).
"Baiklah."
"Ngomong-ngomong..." Steve agak merunduk menatap Penelope yang juga tengah menatapnya.
Mereka saling bertatapan, wajah mereka sangat dekat.
Cup. Bibir Penelope menyentuh bibir Steve sekilas. Kemudian Penelope tersenyum menggoda.
"Bukankah kau bisa lebih menghangatkan ku?" senyuman Penelope sangat berbahaya untuk Steve. Apalagi aromanya semakin menantang.
"Pene kau akan sedang sakit." Apa Penelope tidak tau kalau Steve sedang mati-matian menahan hasratnya yang sedang bergejolak ini, tapi Penelope malah asik menggodanya.
"Tapi aku kedinginan." tatapan Penelope memelas membuat wajah Steve memerah.
'Dia menggemaskan.'
Steve menangkup wajah Penelope, matanya berkabut akan gairah. "Jangan menyesal ya."
Steve mendekatkan wajahnya dan ia mencium bibir Penelope dengan ganas.
...~BERSAMBUNG~...
Yang terjadi selanjutnya gk usah di ceritain ya gaess 🌚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments