Chapter 17

...~Happy Reading~...

Setelah cukup jauh mereka berhenti berlari, Tev menyuruh Penelope untuk turun dari tubuhnya dan Penelope menurut. Ia menatap sekelilingnya, ini bisa dibilang sebagai hutan di pusat kota. Tidak terlalu jauh namun tempat ini sepi karena orang-orang pasti sibuk dengan reruntuhan gedung itu.

"Grrr..." Tev menggeram menatap sekumpulan serigala lainnya dengan marah. Ada sekitar 10 serigala yang mengepung mereka. Ukuran serigala itu sekitar 2 meter dan bertubuh besar. Memang lebih besar Tev sih tapi kalau di kepung begini tetap mengerikan.

Cahaya yang cukup terang keluar dari tubuh Tev, kali ini serigala itu kembali berubah. Namun bukan menjadi manusia.

Kepalanya tetap serigala, tubuhnya manusia yang dipenuhi bulu serigala, cakarnya sangat panjang, matanya merah menyala, tingginya sekitar 5 meter dan gigi runcing yang terlihat menyeramkan.

Ini pertama kalinya Penelope melihat sosok Werewolf dalam mode bertarung. Biasanya Steve akan menyelesaikannya dalam bentuk serigala tapi mungkin kali ini berbeda.

Penelope menganga melihat perubahan itu, bulu kuduknya mendadak merinding. "Raksasa kau berubah menjadi raksasa." Kata Penelope dengan spontan.

"Harusnya kau memiliki pujian yang lebih bagus lagi!" Protes Tev yang membuat Penelope memalingkan wajahnya. Itu menyeramkan jadi Penelope tidak tau harus berkata apa.

"Auuu...." Serigala-serigala lainnya mengaum dan mereka juga berubah menjadi sosok yang sama seperti Steve hanya saja mereka tetap terlihat lebih kecil. Tinggi mereka hanya sekitar 3,5 meter.

'Apa ini pesona seorang Alpha? Semuanya terlihat besar. Apa yang bawahnya juga—'

"Apa yang kau pikirkan disaat seperti ini?!!" Kesal Steve. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa Penelope berpikir seperti itu. Apa Penelope lupa kalau pikirannya bisa di baca oleh Steve?

Wajah Penelope mendadak memerah, ia malu. "Maaf... Sungguh pikiran itu datang sendiri hahaha..." Penelope tertawa canggung.

"Bersembunyi lah, tutup mata dan telinga mu sampai aku selesai."

Penelope mengangguk, ia pun berlari menjauhi arena itu dan bersembunyi di balik pohon beringin yang besar.

Salah satu serigala ada yang ingin mengejar Penelope namun dengan sigap Steve menangkapnya dan melemparkannya jauh.

"GGRRAAA." Steve mengaum dengan suara auman yang sangat besar. Penelope bahkan sampai menutup mata dan telinganya. Tubuhnya gemetar, tentu saja ia takut. Ini pertama kalinya Penelope mengalami hal seperti ini.

...🐺🐺...

Beberapa menit berlalu, Steve telah kembali ke dalam wujud manusianya. Ia berjalan mendekati Penelope yang bersembunyi dibalik pohon.

Steve melihat tubuh Penelope yang meringkuk dan gemetar, Steve sendiri langsung berjongkok dan menatap Penelope dengan tatapan menenangkan.

"Pene." Panggil Steve lembut, namun sepertinya tida didengar. Penelope masih memejamkan kedua matanya dan menutup kedua telinganya.

"Pene." Panggilnya lagi. Kali ini Steve memegang kedua lengan Penelope membuat wanita itu tersentak.

'Dia menangis.' Steve bisa melihat air mata yang masih mengalir dari kedua matanya. Mau telinganya ditutup seperti apapun Penelope masih bisa mendengar suara jeritan, tebasan, patahan tulang, pukulan, auman dan lainnya. Itu menyeramkan. Sekali lagi Penelope tegaskan. Ini pertama kalinya untuk Penelope.

Penelope terdiam menatap Steve yang netranya kembali berubah menjadi warna hitam pekat. Penelope langsung melompat dan memeluk Steve, ia tidak mau Steve melihat wajahnya yang menangis.

"Kau takut?" Penelope mengangguk sambil terisak kecil. Steve pun akhirnya menggendong Penelope ala bridal style.

Tanpa sengaja Penelope melihat serigala-serigala yang mengejarnya tadi. Mayatnya sungguh mengenaskan. Ada yang terpenggal, ada yang matanya copot, ada yang terpotong-potong menjadi dadu, ada yang hanya terkelupas kulit-kulitnya. Melihat hal itu Penelope menjadi mual sendiri dan merinding.

"Apa benar kau takut dengan hantu?" Orang yang bisa melakukan hal seperti ini dengan kejam takut dengan hantu? Yang benar saja.

Mendengar ucapan Penelope seketika Steve kesal. "Kau ternyata baik-baik saja." Tangannya bergerak membentuk sebuah ukiran rumit di udara. Itu pasti mantra untuk membuka portal.

Sebuah pintu putih muncul dihadapan mereka, Steve meraih engsel pintu itu dan membukanya.

"Aku mual."

"Harusnya kau jangan lihat. Kalau kau muntah di sweater ku, kau harus mencucinya."

"Apa gunanya pelayan?"

"Kau kejam ya, inikan muntahan mu."

Setelah mereka berdua memasuki pintu itu, angin berhembus kencang dan pintu itu pun menghilang.

......~BERSAMBUNG~......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!