Chapter 08

...~Happy Reading~...

Penelope mengerjapkan kedua matanya menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba saja masuk melalui sela-sela jendela. Ini sudah pagi namun Penelope enggan untuk bangun, ia masih ingin bergelung didalam selimutnya.

Penelope membalikkan tubuhnya membelakangi jendela.

"Selamat pagi Yang Mulia!" Seruan itu membuat Penelope tersentak dan membuka kedua matanya. Ia segera bangun dari tidurnya dan menatap puluhan pelayan wanita yang berdiri dihadapannya sambil memberikan hormat.

Penelope melongo, otaknya masih memproses apa yang sedang terjadi sekarang.

"Saya akan memandikan anda sekarang." Ucap salah satu pelayan itu yang sayangnya masih belum dijawab oleh Penelope.

Tanpa menunggu jawaban Penelope, para pelayan itu mulai mengurusnya. Memandikan, memijat, mendandani sampai memakaikan bajunya.

'Tunggu apa yang sedang terjadi?' Penelope masih belum mengerti. Ia baru tau kalau ini bukanlah dirumahnya.

Mari kita ingat kejadian kemarin.

Penelope melakukan tracking, dikejar serigala, bertemu Rosa, di kejar serigala lagi, melukai serigala lalu di kejar serigala lagi hingga bertemu dengan Steve yang mengaku sebagai Mate nya.

Ah! Steve...

...🐺🐺...

"Jadi Nona Penelope Cruz adalah Mate anda?" Tanya Jake dengan nada tidak percaya. Penelope Cruz yang itu?

"Aku juga tidak ingin mempercayainya tapi begitulah adanya hahaha..." Steve sendiri hanya bisa pasrah. Sial, aroma manis wanita itu terus menguar dengan sangat menyengat membuat Tev yang berada di dalam tubuh Steve meronta-ronta ingin 'memakan' wanita itu.

"Tenang lah Tev."

"Bagaimana aku bisa tenang? Aromanya benar-benar menggoda. Kau harus menandainya segera."

"Saya sudah menghubungi keluarga Cruz dan mereka benar-benar khawatir dengan keadaan Nona Penelope Cruz."

"Sekarang dia bukan Penelope Cruz lagi tapi Penelope Cameron." Kata Steve dengan tatapan yang masih fokus ke dokumen dihadapannya. "Oh, dia datang." Kata Steve ketika mencium aroma yang sangat menyengat itu.

BRAK. Pintu ruang kerjanya terbuka dengan kasar membuat Jake terkejut.

"STEVE!"

"Kau mau merusak pintu ku? Dan juga pelan kan suara mu aku tidak tuli." Kata Steve yang membuat Penelope hanya terdiam.

Penelope menggunakan gaun pendek biru tanpa lengan dan sepatu heels berwarna senada, surai panjangnya tergerai begitu saja.

'Uh, cantik.'

"Aku tau jika aku sangatlah cantik, tapi kau tidak perlu menatap ku begitu." Ucap Penelope dengan percaya diri sambil melangkah mendekati Steve yang masih terduduk di meja kerjanya.

Nyesel Steve muji. Tapi sepertinya Steve tau apa yang ingin Penelope bicarakan.

"Bagaimana dengan pemandiannya?" Steve berusaha mengalihkan topik. Ia malas menjelaskannya pada Penelope.

"Ya cukup bagus, mereka memijat ku dengan baik, merapikan kuku ku, merawat rambut ku— argh... Jangan mengalihkan topik! Kau kan harus menjelaskan sesuatu pada ku!"

Steve melirik keluar jendela yang menampilkan langit pagi. Kemudian Steve melirik kearah Jake dan memintanya untuk pergi.

"Saya permisi." Kata Jake membungkuk hormat kemudian pergi dari sana, tak lupa ia menutup pintu ruang kerja Tuannya.

"Intinya kau itu Mate ku." Steve bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan Penelope.

"Bukan itu yang ingin ku dengar. Lagipula kenapa juga aku harus menjadi Mate mu."

"Dengar Penelope, kau tidak bisa menolak ini atau kau akan mengalami kesakitan yang luar biasa saat aku me- reject mu. Lagipula secara resmi aku sudah melamar mu."

"Apa?! Kapan?"

"Tadi pagi."

"Papa menyetujuinya?"

"Entahlah, ia belum memberikan jawaban yang pasti dan beliau ingin kesini tapi aku melarangnya. Aku takut para Elder di Green Moon Pack mengetahui keberadaannya dan di buru. Itu berbahaya juga untuk mu."

"Oh, apa kau khawatir?" Ejek Penelope yang membuat Steve menatapnya dengan intens.

"Entah." Steve tidak bisa mengalihkan pandangannya dari leher jenjang Penelope. Penelope yang menyadari hal itu tersenyum mengejek.

"Ey~ aku ini bukan tipe mu, kenapa kau menatap ku begitu? Apa kau mau mengigit ku?" Penelope menggoda Steve sambil memiringkan kepalanya membuat leher putih mulus itu terlihat semakin menggoda.

Penelope tidak tau jika Tev sedang meronta-ronta ingin dilepaskan dan Steve juga sedang menahan diri untuk tidak menerkamnya sekarang.

Steve meraih pinggang Penelope dan mendekatkan tubuhnya mereka. Mata Steve menajam membuat Penelope agak takut, sepertinya ia sudah salah melangkah.

"Kau yang menggoda ku duluan ya."

"Eh? Apa?"

Dimana keberaniannya tadi?!

Steve menyibak surai panjang Penelope kemudian mendekatkan wajahnya ke leher Penelope, ia mengendusnya membuat Penelope merinding.

"Tunggu dulu Steve, kau tau kan jika aku hanya—"

"Kau bercanda. Aku tau itu, tapi kau harusnya juga tau kalau kau tidak boleh bercanda di situasi ini." Suara Steve yang berat dan dalam ini berbisik ditelinganya.

Steve menjilat leher Penelope mengabaikan wanita yang sedang memberontak dalam dekapannya itu. 'Rasanya manis sekali.'

Steve tidak bisa menahan ini. Netranya berubah warna menjadi merah menyala dengan gigi taring yang tiba-tiba sudah keluar. "Ini agak sakit, bertahan lah."

"Apa?! Steve tunggu aku belum—"

Jleb. Steve menggigit leher Penelope membuat wanita itu menjerit kesakitan, ia memukul pundak Steve untuk menghentikannya namun tidak bisa. Kepala Penelope semakin pening dan tubuhnya mendadak lemas, kegelapan menjemputnya.

Steve dengan sigap menahan tubuh Penelope yang sudah ambruk itu, ia menjilat bekas darah yang keluar dari leher Penelope. Steve yakin jika besok Penelope akan mengomel.

Salahnya juga sih.

......~BERSAMBUNG~......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!