Debaran

"Ups maaf, gue gak sengaja. Lagian dia halangi jalan sih. Jadi bukan salah gue dong" jawab Fika dengan wajah tanpa dosa.

"Minta maaf!" perintah Vian kepada Fika. Ia menyuruh Fika meminta maaf ke Vero.

"Udahlah Vian, gue gak papa kok. Tadi kan Lo udah tolongin gue" mohon Vero ke Vian agar tidak memperpanjang masalah. Ia tak mau bermasalah dengan orang gak penting seperti Fika.

"Tapi kalo tadi nggak ada gue, Lo bisa luka ver. Minta maaf sekarang!" Bentak Vian.

"Iya iya gue minta maaf ver" kata Fika dengan nada yang tidak ikhlas. Ia masih merasa kalo ia benar.

"Oke gue maafin kok" balas Vero dengan cepat agar cepat selesai. Perutnya sudah meronta minta diisi dari tadi

"Udah kan Vian. Yukk pesan makanan, perut gue udah lapar banget ni" ajak Vero yang entah sadar atau nggak menarik tangan Vian. Vian yang ditarik tiba-tiba terkejut dan langsung memandang tanganya yang sedang dipegang Vero.

Degg.. Degg.. Degg jantung Vian berdetak sangat kencang.

'ada apa ini, kenapa jantung gue kencang banget detaknya. Apa gue punya penyakit jantung ya' kata vian dalam hati sambil memegang dada sebelah kirinya.

Sedangkan para murid yang melihat kejadian itu melongo terutama Farel dan Vanessa.

'sejak kapan Vero dan Vian dekat?' kata Farel dalam hati, ia merasa tidak suka saat Vero menarik tangan Vian. Karena setahunya Vero tidak pernah mau bersentuhan dengan laki laki lain dan selalu menjaga jarak.

"Ihh liat tu rel. Vero narik tangan Vian, liat liat wah" histeris Vanessa yang baru pertama kali melihat Vero memegang tangan laki laki lain.

Di sisi lain, Vero dan Vian baru saja sampai di stand bakso.

"Pak pesan bakso dan es jeruknya 4 porsi ya" kata Vero yang langsung memesan makanan karena sudah sangat lapar.

"Ekhem" Vian berdehem untuk menyadarkan Vero, karena sampai sekarang tangannya masih digenggam Vero.

"Kenapa Vian?" Tanya Vero dengan wajah polos karena masih belum sadar (nyaman kali ya hihi)

"Tangan gue" kata Vian

"Tangan Lo ken.. eh eh sorry sorry gue gak sengaja" kata Vero yang langsung melepaskan tangannya.

"Gak papa" kata Vian, mereka berdua semakin canggung. Dapat dilihat dari Vero yang diam dengan pipi yang merah sedangkan Vian yang tampaknya semakin bingung.

'kenapa pas tangannya lepas, gue ngerasa ada yang hilang ya' Vian bergumam dalam hati. Ia merasa dirinya semakin lama semakin aneh.

Kecanggungan mereka pecah saat makanan mereka selesai, mereka berdua membawanya ke meja makan mereka.

"Ekhem cieee cieee yang tadi pegangan tangan, mesra amat neng" sambut Vanessa ketika mereka baru sampai di meja.

"Apaan si nes, tadi nggak sengaja karena aku sudah lapar banget" elak Vero dengan pipi yang merah karena malu.

"Eh kok pipinya merah" ledek Vanessa semakin jadi ketika melihat wajah Vero merah seperti tomat. Hal itu dilihat oleh Vian dan Farel, farel yang hanya diam karena masih bertanya tanya sedangkan Vian tanpa sengaja mengatakan 'imut' tapi dengan suara kecil. Hanya Farel yang dapat mendengarnya.

"Apa vian? Lo ngomong apa tadi?" Tanya farel yang mendengar tapi kurang jelas.

Mata mereka langsung tertuju ke Vian saat mendengar Farel menanyai Vian, mereka cukup penasaran memangnya apa yang dikatakan Vian.

"Gak ada" jawab Vian berusaha menutupi.

"Oh" kata Vero yang duduk didepannya sambil akan menuangkan sambal ke baksonya.

"Jangan banyak banyak" kata Vian tiba tiba saat melihat Vero yang akan menuangkan sambal.

"Iya iya Vian, tenang aja gak banyak kok" kata Vero.

"Good" jawab Vian sambil tersenyum kecil, sangat kecil sampai tidak ada yang menyadarinya. Entah kenapa ia senang ketika Vero menurutinya.

Kejadian ini sekali lagi disaksikan oleh Vanessa dan Farel.

'ih so sweet banget sih seperti di drakor' kata Vanessa dalam hati yang menyukai adegan itu karena ia kan drakor garis keras. Sedangkan farel hanya diam dan menatap dengan raut tak suka. (Panas! Panas!)

Beberapa saat kemudian bel masuk pun berbunyi.

Kita skip aja ya langsung pulang hehe.

Saat ini mereka sedang membereskan buku mereka karena sudah saatnya pulang.

Mereka berempat berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Saat ini Vero hendak menyalakan motornya tetapi motornya tidak mau menyala.

"Is kenapa sih kok gak nyala? Ayo dong keburu hujan ini" gerutu Vero kepada motornya karena takut kehujanan.

Awan sudah tampak akan menumpahkan airnya ke bumi.

"Kenapa?" Tanya Vian yang akan menyalakan motornya dan melihat Vero seakan kesusahan.

"Motornya gak nyala" balas Vero.

"Naik" ajak Vian tapi Vero tidak mengerti maksudnya.

"Hah?"

"Gue anterin, nanti keburu hujan" ajak Vian sekali lagi.

"Gak usah nanti ngerepotin" kata Vero yang merasa tidak enak.

"Gue gak suka penolakan" kata Vian sambil menatap tajam Vero.

"Iya iya makasih ya" ucap Vero yang langsung beranjak untuk naik.

"nih ikat di pinggang lo" Vian memberikan jaketnya ke Vero untuk menutupi rok Vero yang mungkin akan terangkat saat naik motornya.

"gak usah, ini gue juga pakai jaket kok" tolak Vero lagi.

"itu untuk melindungi Lo, mau hujan sebentar lagi" aww so sweet nya.

Vero pun langsung menaiki motor Vian dengan berpegangan pundak Vian, Vian mulai melakukan motornya.

"pegangan di pinggang gue, gue mau ngebut" perintah Vian karena awan sudah semakin gelap, ia tidak mau mereka kehujanan.

"hah? gak papa ngebut aja" tolak Vero karena ia tak mau memegang pinggang Vian, terlihat seperti memeluk bagi Vero.

Vian yang mendengar penolakan tersebut langsung melajukan motornya dengan kencang membuat Vero refleks memeluknya.

"iss jangan ngebut tiba tiba dong, mau jatuh ini" kata Vero sambil akan melepas pegangannya tapi ditahan oleh tangan kiri Vian. Vian memegang tangan Vero agar tidak melepaskan tangannya.

'aduh gimana ini, udahlah pasrah aja gue' pasrah Vero saat tangannya tak bisa dilepaskan. Vian pun tersenyum kecil saat menyadari Vero tak lagi menolak.

Hujan pun turun mengguyur bumi, dua insan yang sedang berboncengan pun basah.

Vian langsung menepikan motornya di depan ruko yang tutup, ia tak ingin kehujanan. kalo Vian sendirian sih tak apa kehujanan, tapi saat ini ia sedang membonceng Vero. Ia khawatir Vero sakit.

"Kita menepi dulu, takutnya hujan semakin deras" kata Vian dan diangguki oleh Vero.

Vian yang melihat Vero yang bergetar kedinginan pun langsung memeluk Vero untuk memberikan kehangatan.

Degg.. Vero yang tiba tiba dipeluk pun membeku karena terkejut, karena ini pertama kalinya ia di peluk oleh laki laki. Dulu saat berpacaran saja mereka tidak pernah berpelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!