Dinar terisak seraya memunguti serpicah gelas kaca di lantai. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
"Apa yang sudah aku lakukan terhadapnya sehingga menciptakan kemarahan besar?"
Dinar terus memikirkan dimana letak kesalahannya. Seketika pandangannya tertuju pada sandwich bekas gigitan suaminya yang tergeletak di lantai mengeluarkan cairan kuning yang berasal dari telur ceplok setengah matang.
Dinar terdiam sejenak seraya berpikir.
"Apa mungkin dia tidak menyukai telur setengah matang?" pikirnya.
Dinar mengingat-ingat pada saat ia masih tinggal di rumah mertuanya. Kala terlihat baik-baik saja bahkan menikmati sandwich telur ceplok buatan asisten rumah tangga di sana. Tapi telur ceplok nya memang sedikit berbeda, di sana tekstur kematangan kuning telurnya over, sementara dirinya membuat yang setengah matang. Karena kebetula ia memang lebih menyukai yang setengah matang.
Akan tetapi, ia tidak tahu jika semuanya akan berakhir seperti ini. Sandwich telur ceplok setengah matang kesukaannya ternyata mengundang kemarahan pria yang di cintainya. Dan ia sangat sedih untuk itu.
Usai membersihkan ruangan yang penuh serpihan gelas kaca, Dinar menghampiri suaminya yang tampak berbaring di atas tempat tidur dengan posisi membelakangi. Ia berjalan beberapa langkah dari pintu menuju ranjang tempat tidur dan berdiri di sana.
"Mas .. aku minta maaf."
Dinar berusaha menyusun kalimat yang tepat agar tidak menciptakan kemarahan lagi.
"Aku tidak tahu jika kamu tidak menyukai telur ceplok setengah matang. Aku juga tidak menyangka jika itu membuatmu marah."
Dinar menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Aku akan melakukan apa saja demi mendapatkan maaf darimu, mas," imbuh wanita itu.
Kala tidak juga merespon. Pria itu tidak juga mengubah posisi tidurnya. Mungkin dia masih marah. Dinar berpikir untuk terus mendapatkan maaf dari suaminya.
"Mas .. Aku-" Dinar seketika menghentikan kalimatnya pada saat mendengar senyuman lirih suaminya.
"Mas .." panggil Dinar seraya mendekat ke arah ranjang kosong sisi suaminya.
Dinar berpikir apa mungkin suaminya sedang mengetes keseriusannya. Ia pun duduk di sisi kosong tersebut.
"Mas Kala .." panggil Dinar lagi namun Kala terdengar masih senyum.
Lantaran penasaran, Dinar mendekat dan melihat sedang apa suaminya. Sedetik kemudian perasaannya kembali hancur melihat sedang chatting mesra bersama wanita yang mengirim foto sekksii.
See you tomorrow, baby.
Iris mata Dinar membulat sempurna melihat ketikan yang di kirim oleh suaminya untuk wanita yang tidak ia kenal.
Kala menoleh begitu menyadari keberadaan Dinar yang tengah mengintip layar ponselnya. Ia sontak mundur dan sedikit menjauh.
"Sedang apa kau?" Kala segera mematikan ponsel di genggaman tangannya.
"Kamu chatingan sama siapa, mas?"
"Bukan urusanmu!"
Kala turun dari tempat tidur dan hendak beranjak dari sana.
"Mas!" panggil Dinar berusaha menghentikan suaminya. "Aku benar-benar minta maaf soal menu sarapan tadi. Aku tidak tahu jika kamu tidak menyukai telur setengah matang."
Kala sama sekali tidak memperdulikan Dinar. Ia terus melanjutkan langkah untuk keluar dari kamar.
"Mas Kala! Kenapa sikap kamu berubah sejak kita pindah ke rumah ini, mas?"
Langkah Kala terhenti di ambang pintu. Ia menoleh ke belakang memandang wanita yang masih duduk di atas tempat tidur.
"Aku tidak berubah. Aku hanya berusaha menunjukkan sifat asli ku. Jika bukan karena permintaan mama, mungkin aku tidak akan pernah menikahi wanita sepertimu! Jadi, jangan pernah berharap lebih dari pernikahan ini!"
Air mata yang sedari tadi berusaha Dinar tahan kini terjun bebas membasahi pipinya.
"Tapi sebelum kita pindah ke sini, kamu memperlakukan aku layaknya istri kamu, mas!"
"Itulah alasan kenapa aku tidak mau tinggal bersama mereka. Aku tidak mau tertekan karena harus berpura-pura menjadi suami yang seolah-olah aku pun menginginkan pernikahan ini."
Kala membalikan badannya hendak melanjutkan langkah pergi dari sana. Tapi satu kalimat Dinar membuatnya lagi-lagi terhenti.
"Jika yang kamu lakukan di depan mereka hanyalah pura-pura, maka bagaimana dengan yang sudah kita lakukan di belakang mereka saat kita berdua di kamar layaknya suami istri pada umumnya?"
Kala terdiam. Dinar sudah tidak sabar menunggu jawaban suaminya.
Pria itu membalikan badan. Sebelah sudut bibirnya terangkat membentuk senyum seraya memandang Dinar remeh.
"Kau lupa, jika seorang pria bisa melakukan hal itu karena naffsuu, bukan karena perasaan."
Usai mengatakan hal itu barulah Kala pergi. Meninggalkan sayatan luka dalam di hati Dinar. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Air matanya terus mengalir tanpa henti dan berrumpah ruah. Rasanya sakit sekali mendengar kalimat itu bisa keluar dari mulut orang yang ia cintai.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uthie
awal yg menyakitkan....
2023-05-03
1
❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna
cintamu bertepuk sebelah tangan, kamu yg terlalu berharap lebih jadi kamu tanggung resikonya Dinar, seharusnya kamu jangan terlalu naif jadi orang
2023-04-19
1
❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna
bagaimana mendengar senyum itu thor, kok jadi bingung ya🤔
2023-04-19
2