Setelah kemarin kami mengikuti seminar yang menghabiskan waktu lumayan banyak, sekarang waktunya kuliah seperti biasa. Hari ini aku dikampus tidak lama karena mata kuliah yang diambil saat sudah semester akhir tidak sebanyak waktu diawal masuk. Tak terasa sebentar lagi sudah akan memasuki waktu ujian akhir semester, dan aku sudah akan masuk semester 7.
Memang tak banyak perubahannya, hanya saat sudah semester akhir seperti ini maka pasti akan disibukkan dengan menyusun judul, isi dan lain sebagainnya yang biasa disebut skripsi. Aku memang tak yakin bisa lulus di tahun ini, karena akan sedikit sulit membagi waktu antara bekerja dan kuliah.
Kadang aku berfikir untuk berhenti bekerja, tapi jika aku berhenti maka saat sidang nanti aku akan menggunakan uang orang tuaku. Bukannya tidak cukup hanya saja aku seperti ingkar pada diriku sendiri karena aku bertekat membayar kuliahku sendiri. Kalau uang jajan memang aku masih pakai, tapi untuk uang kuliah aku ingin berusaha dengan kerja kerasku sendiri.
Mungkin aku akan cuti kuliah untuk sementara agar fokus pada satu kegiatan saja. Tapi jika ditanya nanti apa jawaban yang tepat untukku berikan pada mereka? Apa aku bilang jika ada beberapa mata kuliah yang harus diulang jadi aku tak bisa lulus tepat waktu? Atau apa? Hah.. sudahlah, sebaiknya ku pikirkan nanti saja, sekarang lebih baik mempersiapkan untuk ujian dan cuti nanti.
Ngomong-ngomong sekarang sudah jam 10 a.m. dan waktu kuliah sudah berakhir. Sepulang kuliah aku biasanya akan pergi untuk mencari makan disekitar kampus bersama Rumi. Tapi karena Rumi tak masuk jadi aku memutuskan untuk langsung ke tempat kerja saja.
*perusahaan*
“Alhamdulillah nyampenya lebih cepet dari perkiraan. Tumben sekali hari ini tak macet yahh, biasanya setiap hari akan macet di simpang, tapi tak apalah yang penting aku tak akan pulang terlalu larut nanti,” ucapku dalam hati.
Aku berjalan menuju ruangan belakang yang terdapat beberapa loker untuk menyimpan baju kerja atau baju ganti atau juga menaruh barang bawaan OB/OG. Di ruangan itu aku bertemu Mba Loli, dia tak mau dipanggil Ibu karena dia bilang “Aku masih umur 23 loh yaa, dan aku belum nikah, kalaupun aku nikah aku tetep gamau dipanggil Ibu, kesannya tuh aku udah tua banget, dan umur kita juga gaterlalu jauh cuma beda 2 tahun, jadi khusus kamu panggil aku Mba aja, titik gapake koma,” ucapnya saat itu.
Terkadang aku merasa begitu beruntung karena dikelilingi orang-orang baik ditengah rasa sepi yang bersarang dihatiku. Tapi juga aku sering lupa bahwa aku memiliki mereka di saat pikiran dan hatiku sangat merindukan Kak Arza dia lelaki yang selalu bermain bersamaku dulu. Dan sebenarnya dia juga alasan yang membuatku sedikit berani untuk mempunyai teman dikelas, untuk sifatku yang sering emosi? Itu adalah bentuk pertahanan hatiku agar tak ada yang terlalu mendekat.
Aku manja tapi juga bar-bar jika dirumah atau bersama keluarga besar dan sahabat-sahabatku. Tapi jika bersama orang yang baru kenal terkadang aku berubah jadi orang pendiam. Karena sering bingung mencari topik pembicaraan dengan orang baru.
Seiring berjalannya waktu memang aku bisa mengatasi hal tersebut, tapi memang tetap saja berbeda jika dengan orang baru, terkecuali dia. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk terus memikirkan dia, aku takut kami tak berjodoh dan tak bisa bertemu lagi. Entah kenapa aku punya firasat jika aku tak akan cepat untuk bertemu dengan dia. Takdir memang tak ada yang tau, maka dari itu aku sekuat mungkin memutuskan harapan yang terlalu tinggi ini. Takut jika nantinya malah terluka.
“Woyy.. jangan ngelamun aja mba nya, ini lagi kerjaaaa,” ucap Bu Tery yang menjabat sebagai sekertaris Presdir di perusahaan ini.
“Ehh.. iya Bu maaf, tadi lagi kepikiran sama kuliah, mau ambil cuti atau berhenti kerja gituuu hehe.. maaf ya Bu kalo kerjanya jadi gabener,” ucapku sambil mengantupkan kedua tangan dan nyengir kuda.
Aku memang kenal dengan beberapa orang di perusahaan ini. Menurutku mereka semua itu baik. Aku memang tak tau hati manusia bagaimana, tapi cukup dengan menilai mereka baik jadi mengurangi waktu untuk berburuk sangka. Walau terkadang juga begitu haha.
“Loh emang udah semester berapa sekarang? Kok keluar sih, jangan dong, mending juga kamu cuti dulu aja setahun siapa tau tahun depan udah ada yang lamar jadi gapusing mikirin biaya hahaha..” ucap Bu Tery sambil tertawa karena kata-kata di akhir kalimatnya.
“Ish.. Ibu mah, saya belum kepikiran buat nikah, belum tentu juga Ayah setuju kalo saya nikah muda haha,” ucapku terkekeh kecil, karena memang tak pernah terpikirkan untuk menikah dengan siapapun.
Saat sedang berbicara dengan Bu Tery, ada seorang laki-laki yang baru aku lihat pertama kali, dia juga meminta Bu Tera ke ruangannya untuk membahas pengganti Presdir yang akan menjabat di perusahaan ini. Sepertinya lelaki itu orang kepercayaan Presdir jadi dia mempunyai akses disini.
“Maaf Bu Tery, saya Asisten pribadi Presdir yang baru, sebelumnya perkenalkan nama saya Brady Leondra,” ucapnya pada Bu Tery, seketika Bu Tery pun mengikuti Pak Brady untuk ke ruangan beliau yang berada tepat disebelah ruangan Presdir.
Kalau ada yang bertanya kenapa aku tahu? Jawabannya karena aku yang sedang membersihkan lantai paling atas perusahaan ini, memang tak semua orang bisa kesini, hanya saja waktu itu saat berada di lantai 1 tepatnya koridor depan, Presdir lama yang bernama Pak Zeroun melihatku yang membersihkan bekas jejak kaki klien yang memang sengaja membuat keributan dengannya. Hanya karena dia yang tak melihat ada orang di belakangnya dan menginjak kaki orang tersebut yang ternyata klien perusahaan, membuat orang tersebut membuat masalah terus menerus padaku.
Heran masih aja ada orang yang dendam akan suatu hal kecil, walau sudah meminta maaf tapi tetap saja tak mau mengerti.
Dari sana Pak Zeroun sering memintaku yang membersihkan lantai paling atas itu pun bergantian dengan Bu Eno. Lama-lama karena hasil kerjaku yang dinilai bagus oleh Pak Zeroun, jadilah aku selalu membersihkan lantai ini dulu, baru pindah ke lantai lainnya jika ada yang belum selesai.
Pak Zeroun juga sangat baik, dia orang yang ramah pada karyawannya, sekalipun itu hanya office girl sepertiku. Tapi mungkin karena usianya yang sudah tak muda lagi atau ada masalah yang memang tak aku ketahui, beliau meminta anaknya untuk menggantikan tanggung jawabnya. Itu yang aku ketahui sedikit dari Bu Tery.
“Zainaa,, kamu dipanggil-panggil kok tumben lama nyautnya? Biasanya juga cepet, kenapa lagi sekarang?” ucap Bu Tery yang sudah ada didepanku.
“Ehh.. engga kok Bu, tadi cumaaa... Mm.. Ibu tadi manggil saya kenapa?” ucapku yang langsung mengalihkan pembicaaan agar Bu Tery tidak mengetahui lamunanku tadi.
“Oh itu.. saya minta tolong untuk dibuatkan teh hangat untuk Pak Brady, sekarang yahh Naa.. langsung bawa ke ruangan itu aja nanti, makasih sebelumnya,” ucap Bu Tery sambil menunjuk salah satu ruangan.
“Oalah.. oke Bu saya buatkan dulu, nanti saya antar kesana,” ucapku.
Setelah itu aku bergegas menuju pantry untuk membuat teh hangat.
Beberapa menit kemudian aku sudah selesai dengan teh dan juga sudah mengantarkannya ke ruangan.
Sekarang waktunya aku turun ke bawah, membersihkan sedikit lobby, setelah selesai aku akan berganti pakaian lalu bersiap untuk pulang karena jam kerja memang sudah berakhir.
Tadi ketika Pak Brady datang jam sudah menunjukkan angka 2.30, dan sepertinya Bu Tery akan lembur hari ini. Untungnya tadi aku sudah bilang jika tak ada pekerjaan lagi aku akan pulang, dan Bu Tera juga mengijinkan aku pulang jika sudah tak ada pekerjaan lagi di bawah.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments