“Selamat pagi Pak Farzan,” ucap seorang lelaki yang usianya sedikit lebih tua dari Farzan, Ergi. Sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Selamat pagi Pak Ergi,” ucap Farzan sambil menerima tangan Ergi untuk berjabat tangan.
“Dan ini?” ucap Ergi karena melihat Nasha bukan Tery yang biasanya ikut bersama Pak Zeroun untuk mengikuti rapat.
“Oh ini Zaina dia menggantikan Tery untuk menemani saya kali ini. Dan untuk Tery dia sedang bersama asisten pribadi saya meninjau proyek di lapangan,” ucap Farzan mengenalkan Nasha pada Ergi.
“Ah.. pantas saja, saya pikir setelah Pak Zeroun pensiun, Tery mengundurkan diri,” ucap Ergi sambil tersenyum.
“Ini sekretaris saya namanya Mita,” ucap Ergi kemudian memperkenalkan Mita pada Nasha. Mereka pun saling berjabat tangan sebentar sebelum duduk di tempat masing-masing.
“Baiklah bisa kita mulai sekarang?” tanya Farzan setelahnya.
“Baik, mari kita mulai rapat kali ini,” jawab Ergi.
“Silahkan Zaina kamu bisa memulainya,” ucap Farzan menyuruh Nasha yang menjelaskan.
Ergi hanya menaikkan sebelah alisnya sambil melihat ke arah Farzan dan di balas tatapan juga anggukan kepala dari Farzan, seakan bicara “nanti akan aku jelaskan,” dan dibalas anggukan dari Ergi.
“Baik Pak,” ucap Nasha dengan tenang. Pengendalian diri yang baik, batin Farzan.
Nasha memberikan copyan laporan yang dia punya pada setiap orang. Setelahnya dia memulai presentasinya seringan mungkin agar dapat dipahami maksud dan tujuannya, serta mengurangi kesalahan dalam menyampaikan isi dari laporan tersebut.
“Jadi menurut kemungkinan lokasi ini akan bla.. bla.. bla.., sehingga akan bla.. bla.. bla.. dan terakhir jika menurut sudut pandang saya sendiri, lokasi ini bisa jadi sangat menguntungkan tapi bisa jadi juga sebaliknya, tergantung strategi dari berbagai aspeknya. Sekian presentasi dari saya. Apa ada yang ingin ditanyakan?” sedikit kutipan Nasha yang menjelaskan, dan juga pertanyaan di akhir kalimat yang ditujukan pada semua orang yang ada di meja ini.
“Pembawaan yang tenang, tidak tergesa, dan terkesan ringan. Sehingga mudah dipahami, Curut satu itu pintar juga menilai orang,” batin Ergi.
“Sudah kuduga, aku tidak salah memilih. Dia memang bisa di andalkan,” batin Farzan.
“Wah, aku harus belajar banyak padanya, dia bisa setenang ini dan membawa materi yang cukup berat ini dengan kata kata yang lebih dipahami, bahkan jika orang awam yang mendengar juga pasti akan paham dengan apa yang dia sampaikan, hebat sekali,” batin Mita.
Prok.. prok.. prok..
Suara tepuk tangan dari ke tiga orang yang berada di sekeliling Nasha menjadi sahutan dari selesainya presentasi yang Nasha lakukan sendiri tadi.
“Kamu bisa menjelaskan isi dari sekian halaman dengan singkat, padat juga mudah dipahami. Saya pikir tidak perlu bertanya lagi, saya akan langsung menandatangani kontrak dengan perusahaan kalian,” ucap Ergi langsung dan di angguki oleh sekretarisnya.
“Baik, kalau begitu Zaina keluarkan lembar kerja sama yang harus ditandatangani,” ucap Farzan yang membuat Nasha langsung menuruti perintahnya, walau dengan raut wajah antara syok dan juga bingung.
“Baik Pak,” jawabnya linglung, tapi tetap mengeluarkan lembar tersebut yang langsung ditandatangani kedua belah pihak.
“Kerja sama sudah selesai dan sekarang waktu makan siang bukan? Kita harus merayakan kerja sama ini kan Rut,” ucap Ergi pada Farzan.
“Lo masih panggil gue dengan sebutan itu, liat sendiri akibatnya,” jawab Farzan ketus walau nada bicaranya sudah tidak formal lagi.
“Haha.. udahlah gue lagi males ngeladenin omongan lo, gue lapar sekarang, iya ga sayang?” ucap Ergi sambil menatap Istri sekaligus sekretarisnya Mita.
“Apaan sih kamu, jangan panggil gitu di depan orang lain ih. Malu tau,” rajuk Mita pada Ergi.
“Loh emang kenapa? Udah mau punya anak juga masih malu aja, haha,” ucap Ergi dan mendapatkan hadiah cubitan di lengannya. Tapi Ergi malah tertawa.
“Heh kalian, kalau mau mesra mesraan jangan disini, sono cari tempat lain,” ucap Farzan kesal melihat keduanya yang selalu begitu jika mereka bertemu.
“Makannya jangan jomblo terus lo, udah waktunya kali lo melepas masa lajang lo,” ejek Ergi
“Tunggu tanggal mainnya,” ucap Farzan membalas ejekan Ergi.
Nasha? Hanya melihat mereka dengan kening yang berkerut dalam. Dia baru melihat Farzan memakai bahasa non formal seperti saat ini, dan dia juga bingung harus apa sekarang.
“Oh iya Zaina, aku harus belajar banyak sama kamu, penyampaiannya begitu baik. Kamu sangat berbakat menjadi sekretaris atau mungkin seorang pemimpin,” ucap Mita dengan sedikit terkekeh. Meninggalkan obrolan para lelaki yang tengah membahas bisnis lain. Posisi duduknya memang Mita dan Nasha bersebelahan jadi lebih leluasa ketika mengobrol.
“Eh emm.. Ibu bisa saja. Saya juga masih di tahap belajar Bu, bisa saja Ibu lebih baik dari pada saya kan? Hehe,” ucap Nasha yang sedikit canggung walau diakhiri kekehan.
“Kamu orangnya merendah sekali yah haha, tapi ngomong ngomong, jika di luar jam kantor jangan panggil saya Ibu dong, panggil saja Mita,” ucapnya mencairkan suasana.
“Ah Ibu bisa saja, hehe. Tapi kayanya Ibu terlihat lebih dewasa dari saya, jadi tidak sopan sepertinya jika memanggil nama secara langsung,” tolak halus Nasha karena merasa tak enak.
“Tuh kan, nolak aja bahasanya gitu, bilang aja saya tua kan, udah keliatan kaya Ibu Ibu ya?” rajuk Mita sembari memegang wajahnya yang sebenarnya cantik walau hanya dengan sedikit polesan make up. Mungkin karena hormon kehamilannya jadi emosinya sedikit tidak stabil.
“Eh.. bukan gitu. Emm.. gimana kalau aku panggil Kak Mita saja? Dan Kakak panggil aku Nasha?” ucap Nasha pada akhirnya, tadi dia sempat bingung juga tapi untunglah otaknya mencerna dengan cepat.
“Hm.. boleh deh. Tapi aku masih cantikkan?” tanya Mita lagi yang masih memikirkan jika dia sudah tidak cantik lagi.
“Kamu selalu cantik sayang,” sahut Ergi tiba tiba. Ternyata mereka sudah selesai berbincang tadi dan mereka hanya memperhatikan kedua wanita itu berbincang. Menyimak saja.
“Masa sih? Kan aku gendutan sekarang, mana baju udah banyak yang ga cukup lagi,” ucap sedih Mita, usia kehamilannya baru memasuki bulan ke 3 dan karena perutnya sudah sedikit menonjol dan juga beberapa perubahan bentuk tubuh lainnya, baju yang sering dia gunakan dulu sudah tidak memungkinkan untuk dipakai lagi.
“Pulang dari sini kita belanja kebutuhan kamu, oke? Jadi jangan sedih lagi, kamu tetep cantik dimataku,” ucap Ergi penuh perhatian.
“Oke fix gue ga dianggep masih disini. Mending gue pesen makanan sekarang,” ucap Farzan menyela obrolan pasutri didepannya.
“Haha kamu sirik terus sih Za, mending kamu cepet nikah deh biar ga ngerecokin orang mulu. Eh tapi calon aja gaada gimana mau nikah, haha,” ejek Mita sambil terus tertawa.
“Liat aja nanti, tau tau ada undangan ke tempat kalian,” ucap Farzan yang dihadiahi tatapan mengejek dan tawa yang semakin kencang.
“Kalian mau makan ga sih? Dari tadi ejek gue terus aja,” ucap Farzan dan memanggil pelayan disana untuk memesan makanan.
“Emang cuma lo doang yang lapar, kita juga kali,” ucap Ergi karena mendengar Farzan menyuruh pergi pelayan selesai menuliskan pesanannya.
“Eh kalau Nasha mau pesen apa?” ucap Mita karena melihat Nasha dia sembari melihat ke jendela luar.
Sedikit tersentak karena tadi dia melamun Nasha menengok pada Mita lalu menjawab “Eh mm.. aku kayanya nanti aja deh, masih kenyang juga, hehe,” ucap Nasha yang tidak sepenuhnya bohong. Dia memang cukup lapar tapi dia tidak ingin menghambur uang pada bulan ini. Dia sedang menghemat, dia sebenarnya selalu menghemat, hanya kali ini dia 2 kali lebih hemat dari pada sebelumnya. Dia punya target yang harus dicapainya sampai akhir tahun ini.
“Dia sudah aku pesankan makanan tadi, kalian tenang saja,” ucap Farzan menyela obrolan mereka.
“Tunggu, sejak kapan kamu seperti ini? Apa jangan jangan calonmu itu dia?” ucap Ergi dengan kening berkerut. Biasanya Farzan tidak pernah seperhatian ini pada orang lain, bahkan pada keluarga atau sahabatnya saja jarang. Tapi kenapa bersama Nasha dia seperti itu? Sungguh aneh, batin Ergi.
“Itu pesanan kita sudah sampai, bukankah Ibu hamil satu ini sedang kelaparan?” ucap Farzan mengalihkan, tapi memang makanan pesanan mereka sudah diantarkan oleh pramusaji.
“Kamu hutang penjelasan Za,” ucap Ergi dengan datar. Farzan hanya mengedikan bahu acuh.
Mereka pun mulai memakan pesanannya. Tapi Nasha hanya diam dan melihat ke arah lain. Sampai..
“Makan sekarang atau hukumanmu bertambah,” bisik tajam Farzan. Walau sedang makan dia tetap memperhatikan Nasha. Nasha tersentak dan memulai makan karena takut dengan ancaman Farzan.
“Kenapa dia terus mengancamku sih, tapi makanan ini enak sekali. Tapi masakan pinggir jjalan juga tak kalah enak dengan ini, sudahlah habiskan ini agar cepat kembali ke kantor,” batin Nasha.
Ergi tidak memperhatikan gerak gerik Farzan lagi sejak tadi karena istrinya bilang dia tidak mau makan jika tidak di suapi olehnya. Jadilah dia melupakan sejenak tentang pembahasan sebelumnya.
Selesai dengan makanan dan perut mereka juga sudah terisi penuh. Nasha dan Mita sudah bertukar nomor telepon karena Mita yang memaksa agar mereka bisa bertemu lagi nanti. Dan sekarang mereka sedang bersiap untuk kembali ke perusahaan lagi.
“Sepertinya kerja sama antar perusahaan akan terus terjalin, dan untuk kerja sama lainnya selain dengan perusahaan ini, itu juga akan terus berkembang karena kamu memanajemen dengan baik semuanya. Jangan lupa untuk memberi penjelasan nanti,” ucap Ergi sebelum mereka berpisah di parkiran dan bisikan tajam di akhir kalimatnya yang membuat Farzan menghela nafas lelah juga mengangguk.
“Nasha jangan lupa kabari kalau sudah sampai yaa, kapan kapan kita bertemu lagi, Oke,” ucap Mita sambil memeluk Nasha dan dibalas anggukan serta menyambut pelukan dari Mita.
“Kakak hati hati ya, jangan minder lagi, gausah dengerin omongan orang, Oke,” ucap Nasha setelah pelukan itu terlepas. Mita mengangguk lalu dia menggandeng lengan suaminya menuju kendaraan mereka.
Padahal baru bertemu tapi mereka sudah bisa mengakrabkan diri dengan cepat, dan menurut Mita, Nasha orang yang gampang membuat nyaman sekitarnya. Bahkan bahasa mereka yang sebelumnya formal sudah berubah sedari perdebatan kecil tadi.
.
.
.
.
.
.
tandai jika ada typo....
happy reading :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments