Diel Menjemput Nasha

Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya tadi dan pekerjaan itu sudah disetujui, Nasha langsung membereskan kembali seluruh ruangan di lantai atas sebelum akhirnya dia pulang dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk besok. Karena dia jarang menggunakan setelan formal selain kemeja putih dan celana atau rok hitam yang biasa dipakai ketika ujian. Dan sekarang mungkin dia akan membeli blazer, kemeja dan celana untuk nanti. Agar tidak mempermalukan perusahaan tentunya. Sekarang dia tidak boleh egois. Dia mempunyai tanggung jawab yang besar, jadi persiapannya tidak boleh setengah setengah. Saat pekerjaan dilakukan sepenuh hati maka hasil yang didapatkan bisa melebihi apa yang kita perjuangkan. Walau begitu kita tetap harus berdoa agar semua dilancarkan oleh-Nya.

“Kerjaan disini beres, sekarang tinggal pamit ke Bu Tery, setelah itu aku harus segera pulang biar nanti sampe rumah ga kemaleman,” gumam Nasha ketika dia sudah membereskan sedikit seluruh ruangan dan gelas gelas yang tadi di pakai. Nasha tentu sudah lebih dulu pamit pada Farzan sebelum dia keluar dari ruangan lelaki itu. Sekarang hanya tinggal berpamitan pada Tery sekalian bertanya.

“Permisi Bu. Maaf ganggu. Saya mau ijin pulang duluan ya Bu?” pamit Nasha, sebenarnya dia ingin bertanya langsung namun dia urungkan karena ada Brady yang sedang berdiri di samping mejanya, walau terlihat sedang berpamitan juga.

“Kalau begitu saya permisi duluan Ter, besok pagi tunggu di loby saja karena kita akan kangsung berangkat,” ucap Brady berpamitan dan berlalu ke dalam ruangan Farzan, sebelum itu Brady hanya mengangguk pada Nasha dan di balas anggukan dari Nasha.

“Eh iya Sha, kamu mau pulang sekarang? Oh iya besok kamu ikut sama Pak Farzan yah bertemu klien? Jangan gugup yah. Semangat. Aku yakin kamu bisa,” ucap Tery yang langsung memeluk dan menyemangati Nasha karena dia diberitahu oleh Brady sebelumnya jika Nasha akan di ajak menemui klien oleh Farzan. Tidak ada rasa iri pada diri Tery, justru sebaliknya dia bangga pada Nasha karena kerja kerasnya diakui oleh atasannya.

“Loh.. Ibu udah tau? Ibu ga marah kan sama saya?” cicit Nasha teramat pelan seperti bisikan tapi masih bisa didengar Tery.

Tery melepas pelukannya dan melihat wajah terkejut dan ragu dari wajah Nasha sebelum dia menjawab.

“Saya tentu tau karena tadi diberitahu oleh Pak Brady. Dan kenapa saya harus marah? Saya tau kemampuan kamu dan saya yakin kamu bisa melakukannya,” jelas Tery karena dia sedikit tau kenapa Nasha berpikir seperti itu.

Mata Nasha berkaca kaca mendengarnya. Ternyata dugaannya tidak tepat. Dia pikir Tery akan marah karena dia merebut pekerjaannya. Tapi tanpa diduga Tery malah mendukung dan menyemangatinya.

“Makasih Bu, saya pikir Ibu akan marah sama saya karena saya menggantikan pekerjaan Ibu, tapi ternyata saya salah,” terang Nasha sembari menghapus air mata yang ada di pelupuk matanya.

“Hush jangan mikir yang aneh aneh, saya justru senang karena pekerjaan saya sedikit berkurang dan ya saya bisa sedikit lebih santai dari sebelumnya,” ucap Tery sembari terkekeh.

“Udah sekarang kamu pulang dan persiapkan dengan matang untuk besok, saya juga masih harus bersiap karena besok saya harus meninjau proyek bersama Pak Brady,” ucap Tery sembari berlalu ke mejanya untuk mengambil tas dan sedikit merapikan meja tersebut.

“Kita pulang sekarang?” tanya Tery dan dibalas anggukan Nasha.

Keduanya pun berlalu menuju lift untuk membawa mereka ke lantai bawah. Setelah sampai di bawah, mereka berpisah karena Nasha harus mengambil barang dan mengganti bajunya sebelum pulang.

Ruang ganti...

“Zaina,” panggil salah satu temannya yang sedang akan bersiap untuk pulang juga.

“Eh iya Ra, kamu mau pulang juga?” sapa Nasha pada temannya Sera dan mengurungkan niatnya untuk ganti baju karena ada yang memanggil.

“Iyalah aku mau pulang masa iya nginep haha. Oh iya Na, kamu tadi di uji ya di atas? Tapi masa gaboleh sih ke bawah buat makan doang, harusnya kamu protes Na jangan diem aja,” ucap Sera

“Iya juga sih haha, bukan di uji sih, Cuma tadi disuruh bantu beresin sedikit berkas aja sih, alhamdulillahnya aku familier sama itu berkas, coba kalau engga haha,” balas Nasha

“Iya sih, tapi lain kali kalau gadibolehin ke bawah kamu protes yah, jangan cuma diem aja, kamu juga butuh energi biar ga gampang sakit,” nasehat Sera, di kantor memang lebih banyak yang senang berbicara dengan Nasha, terkadang mereka bertukar cerita, bahkan ada yang seperti saudara salah satunya Sera.

“Iya iya, nanti aku protes kalau kaya gini lagi, udah ya gausah marah marah aja, cukup aku, haha,” ucap Nasha mengalihkan dengan cara mengejek temannya itu.

“Ih kamu mah dikasih tau malah kaya gitu, tau ah,” kesal Sera karena malah diejek Nasha.

“Iya zeyengku aku dengerin kok tenang aja, jangan marah yaaa yaaa,” bujuk Nasha karena melihat Sera cemberut.

“Hmm,” dehem Sera sebagai jawaban.

“Ck.. masih aja dehem deheman jawab kek ntar kalau aku marah marah diledek juga males banget aku ngomong,” kesal Nasha dengan terus berbicara tanpa titik koma.

“Haha dasar cerewet, marah marah terus lagi, maumu apa sih Na, haha,” tawa Sera

“Nah kan bener, udah ah aku mau pulang dulu, besok harus di kantor pagi banget ada tugas dadakan, aku duluan ya Ra,” ucap Nasha sembari berpamitan untuk pulang lebih dulu.

“Oke Na, persiap-in buat besok dengan baik yah, aku yakin kamu bisa,” ucap Sera menyemangati Nasha. Walaupun kening Nasha sempat mengernyit bingung akan ucapan Sera tak urung dia mengangguk juga untuk mengiyakan ucapan temannya itu.

Saat mereka mengobrol tadi memang mereka sambil melanjutkan membereskan peralatan masing-masing, jadi sekarang tinggal mengganti pakaiannya saja. Dan setalah semuanya selesai Nasha bergegas pergi menuju salah satu pusat perbelanjaan biasa yang ada di kota ini.

Membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 20 menit untuk sampai ke sana. Setelah turun dari angkutan umum Nasha langsung masuk ke dalam dan mencari apa yang dia butuh kan besok, sekalian dia membeli beberapa makanan ringan untuk di jalan atau di rumah nanti, sekalian membeli lipstik atau lip cream dengan warna pastel agar mukanya lebih fresh.

“Lumayan juga belanja barang kaya gini, tapi gapapa deh siapa tau nanti dapet ganti yang lebih dari ini, sekarang mending makan atau jajan aja ya? Hm.. pasti di rumah Ibu udah masak, jadi sekarang mending jajan aja deh, biar pulang bisa makan masakan Ibu,” gumam Nasha dengan suara yang teramat kecil bahkan orang lain tidak akan mendengar saking kecilnya.

Walau tanpa disadari oleh Nasha ada beberapa orang yang mengikutinya sejak dia keluar dari perusahaan. Sampai dia akan memasuki rumah seperti sekarang pun orang orang itu masih berada di sekitar rumahnya. Seperti sedang berjaga padahal tidak ada bahaya. Saking profesionalnya mereka jadi Nasha tidak menyadari keberadaannya.

Rumah..

“Assalamualaikum,” salam Nasha saat membuka pintu dan langsung bertemu dengan Ibu, Ayah dan juga adiknya yang memang sedang makan malam. Waktu memang tidak terasa jika kita sedang berada dalam ruangan yang selalu ramai dengan lampu dan kebisingan dari orang yang sedang berlalu lalang. Apalagi disana sedang melihat lihat atau mencari suatu barang.

“Wa’ alaikumsalam. dari mana aja Sha, kenapa ga ngabarin?” jawab salam ketiganya dan diakhiri tanya dari Ibu Nasha.

“Ehehe tadi pergi ke kampus terus temen-in Rumi cari barang,” jawab Nasha yang sedikit berbohong dengan membawa nama Rumi dan juga kampus.

“Jajan pasti tu Bu, pergi mulu dasar,” ucap Uca mengompori.

“Apaan, orang aku Cuma anter aja, kaya yang gapernah aja kamu mah, orang yang sering pulang telat itu kamu malah salah-in aku, dasar kamu,” balas Nasha yang menanggapi omongan adiknya itu.

“Ish.. kamu mah gitu, balik balik-in aja sikon (situasi kondisi) sih, sebel banget,” ucap Uca sedikit kesal karena Nasha mengembalikan ucapannya.

“Hahaha, aku dilawan, kalah kan, haha,” ucap Nasha

“Udah udah, kalian itu berantem aja terus, akur sebentar sisanya berantem, dasar,” lerai Ibu

“Udah sini makan dulu, biar bareng bareng Sha,” ucap Ibu lagi dengan mengajak makan Nasha.

“Iya Bu, bentar aku simpen dulu barang ke kamar,” ucap Nasha dan berlalu menuju kamarnya untuk menaruh barang dan juga mengganti pakaiannya. Setelah selesai, Nasha kembali ke ruang depan untuk bergabung dengan yang lainnya.

Keesokan harinya...

Pagi ini Nasha terbangun pada saat jarum jam masih menunjukkan angka 03.00. Biasanya dia akan terbangun pada jam 03.30 atau 04.00 tapi hari ini dia lebih cepat terbangun dari pada biasanya. Karena dia harus mengulang lagi sedikit isi dari laporan yang akan di sampaikan pada klien. Mungkin nanti dia hanya menyimak saja, tapi tidak menutup kemungkinan jika dia yang diminta untuk memaparkannya. Maka dari itu dia berusaha untuk bisa memahami dengan betul isinya. Walau hasil yang didapat belum dia ketahui baik tidaknya, yang penting berusaha semaksimal mungkin dengan diiringi doa tentunya.

Biasanya Nasha akan mandi saat sudah jam 5 atau saat matahari sudah sedikit muncul, sekitar jam 7 mungkin. Tapi karena hari ini dia akan berangkat lebih awal jadilah dia mandi saat orang rumah belum ada yang bangun, tepatnya 30 menit setelah dia bangun tadi. Alasannya pertama, karena tidak ingin ada yang mengetahuinya, kedua, dia juga harus menyiapkan bekal hari ini agar tidak ada kejadian seperti kemarin, lagi pula dia juga akan shalat malam terlebih dahulu agar lebih tenang.

Selesai dengan segala persiapannya, sekarang sudah masuk waktu subuh, dan 10 menit yang lalu kedua orang tua Nasha sudah bangun, karena Ayah Nasha lebih sering shalat di masjid jika sedang di rumah dan Ibu Nasha akan masak nasi terlebih dahulu baru setelahnya akan menunaikan shalat sembari menunggu nasi masak, setelahnya baru akan memasak makanan pendamping nasi untuk sarapan hari ini.

Mungkin hari ini dia akan jujur pada orang tuanya jika dia selama beberapa tahun ini sudah bekerja di perusahaan LAKS GROUP sebagai seorang office girl. Dia sudah menyiapkan hatinya jika nanti akan dimarahi. Walau bagaimanapun dia sudah sejauh ini, dan entah kenapa dia takut jika ada yang memberi tahu mereka atau mereka melihat sendiri bukan karena dia yang mengatakannya.

Selesai dengan segala kesibukan paginya. Sekarang Nasha menggunakan pakaian biasa dengan rok plisket berwarna senada dengan blazer dan juga kerudungnya. Sengaja dia memakai pakaian yang biasa dulu agar tidak dicurigai, nanti sesampainya di kantor dia akan langsung mengganti bajunya, tak lupa dia memakai flat shoes berwarna cream dengan sedikit hak. Penampilan yang cukup feminin untuknya, karena biasanya dia memakai celana dengan baju yang panjangnya menutupi paha atau jaket dan teman temannya.

“Bu, aku pergi dulu yah, mau ada perlu dulu,” ucap Nasha pada Ibunya, karena Ayah dan Adiknya sudah lebih dulu pergi tadi.

“Mau kemana? Pulang jam berapa nanti?” tanya Ibu

“Mm.. jam berapa yah, kurang tau sih Bu, tapi sekitar jam 4 atau 5 mungkin udah pulang,” jawab Nasha

“Sendiri? ... “ tanya Ibu yang belum selesai karena ada yang mengetuk rumah.

“Bentar aku buka pintu dulu,” ucap Nasha sekalian berlalu membuka pintu.

...----------------...

“Eh kok kamu disini Diel?” Tanya Nasha ketika membuka pintu.

“Bukannya salam atau nyuruh masuk, ini malah ditodong, aneh,” cibir Diel ketika Nasha langsung bertanya.

“Ehehe, ya maaf kan spontan,” ucap Nasha sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan juga jari tengahnya.

“Dasar,” ucap Diel lagi

“Ih kan udah minta maaf, masih aja dibahas. Oh iya, kamu ngapain kesini?” tanya Nasha lagi karena pertanyaannya tadi belum dijawab.

“Mau anter kamu ke kantor, hehe. Mumpung libur kan, terus juga pasti sekarang kamu lagi bikin alesan buat pergi kan?,” tebak Diel karena dari dulu dia dan Rumi terkadang membantu Nasha mencari alasan untuk pergi ke kantor.

“Uuu.. baik banget sih temen aku, haha,” jawab Nasha dengan gemas.

“Siapa Sha?” tanya Ibu dari dalam, karena Nasha tak kunjung masuk setelah membuka pintu.

“Eh iya sampe lupa. Ini Bu ada Diel eh Dari maksudnya,” jawab Nasha. Ibu Nasha pun berjalan ke depan untuk menemui Diel.

“Kenapa ga disuruh masuk Dari nya, Sha,” tanya Ibu Nasha ketika sudah di depan.

“Eh Ibu, Assalamualaikum,” salam Diel dengan meminta tangan Ibu Nasha untuk dia salami.

“Iya, Wa ‘alaikumsalam,” ucap Ibu Nasha dengan mengulurkan tangannya.

“Ini Bu, biasa, saya mau pinjem Nasha sebentar, mau ada perlu yang urgen hehe,” ucap Diel pada Ibu Nasha.

“Oh kirain Nasha mau pergi sama siapa, kalau perginya sama kamu atau Rumi mah Ibu tenang soalnya udah tau kalian, takut dia pergi sama orang yang ga Ibu kenal, suka was was, adenya juga sama kalau bukan temen yang Ibu kenal suka rada takut Ibu,” ucap Ibu Nasha pada Diel dan memberi ijin mereka untuk pergi.

“Jadi boleh Bu?” tanya Nasha

“Yaudah sana, hati hati dijalan,” jawab Ibu Nasha.

Mereka pun berpamitan dan Nasha mengambil barang barangnya terlebih dahulu. Setelahnya Nasha dan Diel pun pergi dengan menggunakan mobil milik Diel.

.

.

.

.

.

.

Tbc . . .

.

.

.

tandai jika ada typo . . .

happy reading :)

Episodes
1 Perkenalan Cerita
2 Kembali Kerja
3 Kampus
4 Rutinitas (kuliah&kerja)
5 Keputusan
6 Taman
7 Ujian Akhir Semester
8 DiSh’S Cafe (part 1)
9 DiSh’S Cafe (part 2)
10 Kembali Bekerja
11 Pengganti Pak Zeroun
12 Jadi Sekertaris?
13 Menguping
14 Diminta Ikut Meeting
15 Diel Menjemput Nasha
16 Diel Menyebalkan
17 Serba salah
18 Klien Sekaligus Sahabat
19 Hukuman Atau...
20 Diantara 2 Pilihan
21 Sedikit Reward
22 Bertemu Keluarga
23 Bertemu Keluarga . . . (2)
24 Garden Party
25 Menginap
26 Sarapan
27 ARCHA MALL
28 Pulang, Nonton, Masak.
29 Wedding day
30 Wedding day 2
31 Sarapan dan sedikit perdebatan
32 Aneh?
33 Bertemu Acha?
34 Paviliun
35 Ke RS yang hampir gagal
36 Jadi Ke RS
37 Kembali ke Mall
38 Penjelasan Farzan
39 Memberitahu
40 Supermarket dan jajanan
41 Tidur terus
42 Pergi lagi
43 Cengeng
44 Bertemu seseorang
45 Ternyata!?
46 Rumah Sakit
47 Kondisi Nasha
48 Kekacauan Di Perusahaan
49 Dijenguk adik?
50 Rasa Sakit
51 Panik
52 Pergi?
53 Sahabat
54 Makan Bersama
55 Kepanikan
56 Mimpi?
57 Menyadari semua hanya mimpi
58 Siapa?!
59 Mual Di Pagi Hari
60 Emosi yang tidak stabil
61 Membaik
62 Masih kepikiran wanita itu
63 Rumah Sakit
64 Bertemu Reno
65 Akhirnya mengetahui
66 Pemilik perusahaan?
67 Mansion Lakeswara
68 Kabar kehamilan Nasha
69 Makan malam
70 Susah Tidur
71 Lapar tengah malam
72 Membuatnya bahagia itu mudah~Farzan
73 Bandel
74 Kumpul
75 Menjelaskan pada mereka
76 Mengobrol
77 Mual dan sedikit keluhan
78 Zupa Soup
79 Drama Pagi ini
80 Ijin Pergi Main?
81 Mall
82 Kaget, Marah dan Kepanikan
83 Tidak mau ditinggal
84 Mama dan Papa Reno
85 Baby boy again
86 Perdebatan seperti biasa
87 Kedatangan Zetta dan Zeroun
88 Danish Adelard Adinatha
89 Bosan dan rengekan
90 Mansion Lakeswara
91 Supermarket
92 Pulang dari supermarket
93 Pasta Buatan Para Uncle
94 Ngidam Jajan Malam Hari
95 Masih Seputar Ngidam dan Makan
96 Bangun Kesiangan
97 Teman arisan yang julid
98 Acara dan Tangisan Nasha
99 Lebih banyak diam
100 Part 100
101 Rencana Liburan
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 110
111 111
112 112
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Perkenalan Cerita
2
Kembali Kerja
3
Kampus
4
Rutinitas (kuliah&kerja)
5
Keputusan
6
Taman
7
Ujian Akhir Semester
8
DiSh’S Cafe (part 1)
9
DiSh’S Cafe (part 2)
10
Kembali Bekerja
11
Pengganti Pak Zeroun
12
Jadi Sekertaris?
13
Menguping
14
Diminta Ikut Meeting
15
Diel Menjemput Nasha
16
Diel Menyebalkan
17
Serba salah
18
Klien Sekaligus Sahabat
19
Hukuman Atau...
20
Diantara 2 Pilihan
21
Sedikit Reward
22
Bertemu Keluarga
23
Bertemu Keluarga . . . (2)
24
Garden Party
25
Menginap
26
Sarapan
27
ARCHA MALL
28
Pulang, Nonton, Masak.
29
Wedding day
30
Wedding day 2
31
Sarapan dan sedikit perdebatan
32
Aneh?
33
Bertemu Acha?
34
Paviliun
35
Ke RS yang hampir gagal
36
Jadi Ke RS
37
Kembali ke Mall
38
Penjelasan Farzan
39
Memberitahu
40
Supermarket dan jajanan
41
Tidur terus
42
Pergi lagi
43
Cengeng
44
Bertemu seseorang
45
Ternyata!?
46
Rumah Sakit
47
Kondisi Nasha
48
Kekacauan Di Perusahaan
49
Dijenguk adik?
50
Rasa Sakit
51
Panik
52
Pergi?
53
Sahabat
54
Makan Bersama
55
Kepanikan
56
Mimpi?
57
Menyadari semua hanya mimpi
58
Siapa?!
59
Mual Di Pagi Hari
60
Emosi yang tidak stabil
61
Membaik
62
Masih kepikiran wanita itu
63
Rumah Sakit
64
Bertemu Reno
65
Akhirnya mengetahui
66
Pemilik perusahaan?
67
Mansion Lakeswara
68
Kabar kehamilan Nasha
69
Makan malam
70
Susah Tidur
71
Lapar tengah malam
72
Membuatnya bahagia itu mudah~Farzan
73
Bandel
74
Kumpul
75
Menjelaskan pada mereka
76
Mengobrol
77
Mual dan sedikit keluhan
78
Zupa Soup
79
Drama Pagi ini
80
Ijin Pergi Main?
81
Mall
82
Kaget, Marah dan Kepanikan
83
Tidak mau ditinggal
84
Mama dan Papa Reno
85
Baby boy again
86
Perdebatan seperti biasa
87
Kedatangan Zetta dan Zeroun
88
Danish Adelard Adinatha
89
Bosan dan rengekan
90
Mansion Lakeswara
91
Supermarket
92
Pulang dari supermarket
93
Pasta Buatan Para Uncle
94
Ngidam Jajan Malam Hari
95
Masih Seputar Ngidam dan Makan
96
Bangun Kesiangan
97
Teman arisan yang julid
98
Acara dan Tangisan Nasha
99
Lebih banyak diam
100
Part 100
101
Rencana Liburan
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
110
111
111
112
112

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!