“Duduk sekarang juga, atau kamu bisa keluar dan jangan kembali lagi,” bentar Farzan datar.
“Ba baik Pak, saya duduk,” gugup Nasha lebih tepatnya takut. Bukankah dulu dia pernah bilang jika dia takut akan bentakan karena sewaktu dia kecil dia sering dimarahi bahkan tanpa sadar dipukul oleh orang yang paling penting dihidupnya. Dan trauma itu terbawa sampai sekarang, walaupun sering di tutupi tapi tetap saja akan terasa jika kita memperhatikannya.
Mereka pun mulai memakan makanan yang sudah di bawa tadi, dan Nasha mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya, mencoba untuk seperti biasa. Bahkan tanpa dia sadari dia makan sangat lahap tanpa memedulikan sekitar.
“Makanannya enak banget ini mah, jarang jarang bisa makan enak gratis lagi, haha, alhamdulillah deh,” batin Nasha senang.
“Dari sekian banyak wanita yang menjaga cara makannya, dia malah tidak memedulikan sekitarnya, seperti hanya ada dia dan makannya, walaupun masih dalam batas wajar, tapi tetap saja dia berbeda,” batin Farzan.
“Lagi lagi gue mikirin dia, apa spesialnya dia sebenarnya? Kenapa aku merasa jika aku mengenalnya jauh sebelum ini? Tapi tidak mungkin jika dia adalah ... ah sudahlah tidak perlu memikirkannya lagi, cukup jalani rencana saja dulu, soal nanti bagaimana itu masih bisa dipikirkan, ya setidaknya hanya sementara, maaf saya harus meminta bantuan pada kamu, maaf,” batin Farzan kembali. terkadang perasaan jika dipungkiri akan semakin besar dan terasa memberatkan. Dan mungkin saat ini Farzan sedang mencoba untuk memungkirinya. Walau tidak tau akhirnya bagaimana, tapi mungkin keputusannya nanti berdampak pada masa depan keduanya.
Setelah beres dengan makanannya, sekarang Nasha tengah membereskan meja yang dipenuhi oleh beberapa makanan tadi. Tidak semua dibereskan sebenarnya, karena cangkir kopi yang belum diminum masih tersimpan di meja. Dan juga di meja sudah disimpan laptop pengganti dari piring piring tadi.
“Sebelumnya terimakasih atas makanannya Pak, apa ada yang bisa saya bantu lagi Pak?” ucap Nasha yang berterimakasih dan sekalian basa basi sebelum keluar dari ruangan.
“Simpan dulu piring kotor itu di pantry, setelahnya kamu kembali lagi ke ruangan ini, mengerti?” ucap Farzan
“Baik Pak saya mengerti, saya permisi dulu Pak,” ucap Nasha sembari mengangguk pada kedua orang yang ada di dalam ruangan dan bergegas membawa nampannya keluar.
Memang perintahnya tadi harus langsung kembali ke ruangan, tapi karena piringnya kotor tidak mungkin Nasha membiarkannya saja kan, jadi dia putuskan untuk mencuci semua piring kotor tadi, setelah selesai barulah dia akan kembali lagi ke dalam ruangan. Pasti disana pekerjaan sudah menanti, bukan pekerjaan yang seharusnya aku kerjakan sih pastinya, tapi tak apalah lumayan buat menambah ilmu kan, pikir Nasha sembari mencuci piring.
Hanya memerlukan waktu 5 menit untuk mencuci piring tersebut, setelahnya dia menghabiskan dulu teh manis yang tadi dia buat dan mencuci gelasnya. Jadi dia kembali lagi ke ruangan 10 menit kemudian.
“Biar-in deh kalau nanti dimarahi, lagian masa iya ga di cuci dulu, nanti kalau numpuk aku juga yang repot kan, terima aja kalau dimarahi Chaa, sabar ya,” gumam Nasha pada dirinya sendiri.
Setelahnya dia bergegas kembali ke dalam ruangan agar tidak terlalu dimarahi nantinya. Tapi sebelum masuk dia melihat Tery yang baru saja duduk di meja kerjanya. Jadilah mereka mengobrol sedikit sekaligus Nasha memberitahu kalau dirinya di butuh kan ada di dalam ruangan. Setelahnya Nasha bergegas menuju ruangan tersebut.
Tok.. tok.. tok..
“Masuk,” ucap pemilik ruangan.
“Maaf lama Pak, tadi ada sedikit pekerjaan, dan saya mengobrol sedikit di depan bersama Bu Tery, dan tadi Bu Tery bilang jika pukul 4 sore atau satu jam sebelum pulang nanti Bapak ada rapat dengan setiap kepala bagian. Itu saja Pak. Sekarang ada yang bisa saya kerjakan?” ucap Nasha menjelaskan, memang tadi sebelum ke dalam Tery berpesan pada Nasha agar menyampaikan jadwal dari Farzan. Menurut Tery, sekalian saja bilang pada Nasha, karena dia itu amanah jadi apa yang dia pesan akan disampaikan pada penerimanya.
Tadinya Farzan pikir akan sedikit menegur Nasha, tapi setelah penjelasannya tadi, dia tidak jadi memarahinya, setidaknya Nasha jujur, dan itu cukup.
“Ya terimakasih informasinya, sekarang kamu bantu saya untuk menyelesaikan laporan ini, setelahnya kamu print out dan berikan pada saya, mengerti? Dan jika ada yang ingin kamu tanyakan saya ada di meja kerja sana, karena harus membahas sesuatu dengan Brady,” ucap Farzan yang sekalian menjelaskan karena tadi Nasha seperti akan membantah ucapannya.
“Baik Pak, saya coba kerjakan sebisa saya. Tapi jika memang Bapak butuh ruang khusus untuk pembahasan sekarang, biar saya mengerjakan laporan ini di meja Bu Tery, bagaimana Pak?” tawar Nasha karena merasa apa yang dibicarakan nanti akan sedikit privasi.
“Tidak perlu, kamu diam saja disana dan jangan ke mana mana sebelum selesai,” ucap Farzan dan berlalu setelah Nasha hanya mengangguk saja.
Pembahasan yang di lakukan oleh Farzan dan Brady berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Dan setelahnya Brady meninggalkan ruangan untuk kembali ke mejanya di dekat meja Tery. Saat melihat Brady sudah keluar Farzan pun memanggil Nasha karena sejak 30 menit yang lalu dia seperti ingin bertanya tapi takut mengganggu, jadi dia hanya diam tepatnya berpura pura masih mengerjakan.
“Arfa kemari,” panggil Farzan, masih ingat bukan panggilan pada Nasha memang sudah berbeda dari awal mereka bertemu.
“Eh iya Pak,” kaget Nasha karena tadi sempat melamun entah memikirkan apa.
Nasha pun berjalan mendekat ke meja Farzan dengan membawa laptop tentunya, karena dia akan langsung bertanya nanti setelah selesai diperiksa.
“Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Farzan langsung setelah Nasha duduk didepanya.
Obrolan dengan Brady memang dipercepat karena gelagat Nasha sudah terbaca olehnya. Perlu kalian tau selama mengobrol tadi perhatian Farzan tidak jauh dari Nasha, kuping memang fokus untuk mendengarkan tapi matanya tidak, karena matanya memperhatikan gerak gerik Nasha, dan sepertinya Nasha tidak mengetahuinya karena dia fokus pada pekerjaan yang sedang dia kerjakan.
Kaget? Tentu saja. Nasha pikir dia dipanggil karena pekerjaannya akan diperiksa oleh Farzan, tapi ternyata pikirannya salah.
“Eh kok malah ditanya sih, aku kira bakal periksa langsung laporannya. Tapi alhamdulillah deh kalau gitu, ada yang ga aku paham juga hehe,” batin Nasha.
“Eh emm ini Pak saya kurang paham pada bagian 3 paragraf ke 2,” ucap Nasha
“Coba saya lihat dulu,” ucap Farzan
Farzan pun menjelaskan sampai Nasha memahaminya. Dari sana mungkin Nasha sedikit kagum karena cara penyampaian Farzan yang mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang lebih ringan. Mungkin karena Farzan seorang dosen jadi lebih mudah untuk menjelaskan. Atau memang dia yang pandai menjelaskan pada orang lain. Entahlah, bisa jadi memang sudah cerdas dari lahir.
“Jadi nanti dari paragraf ini akan menyambung pada bagian 4 untuk proses perhitungan, sampai sini dulu apa sudah paham?” tanya Farzan kemudian.
“Oiya, insyaallah saya paham Pak, tapi jika nanti ada kendala lagi apa boleh saya bertanya kembali?” tanya Nasha lagi takut nanti menemui kesulitan lain.
“Jika ada pertanyaan tinggal bertanya saja,” ucapnya singkat
“Baik Pak, kalau begitu saya pamit untuk mengerjakan lagi disana,” pamit Nasha
“Disini saja, lagi pula hanya tinggal beberapa bagian lagi, setelah ini selesai kamu bisa langsung pulang, karena besok kamu akan ikut saya rapat dengan klien,” ucap Farzan yang membuat kedua bola mata Nasha seperti ingin keluar karena terkejut. Bukannya dia tidak mau, tapi itu adalah pekerjaan Tery sebagai sekretaris atau Brady sebagai asistennya untuk mendampingi dia rapat kan.
“Tery akan ikut bersama Brady untuk meninjau proyek yang sedang berjalan, jadi tidak ada yang membantu saya besok, dan karena kamu sedikit bisa diandalkan saya tidak ada pilihan lain. Besok pakai pakaian yang rapih dan sebelum saya datang siapkan berkas yang dibutuhkan serta pahami dengan betul isinya,” jelas Farzan lagi ketika melihat Nasha ingin memprotesnya.
“Huh.. Apa tidak ada orang lain lagi Pak? Disini masih banyak karyawan yang bisa diandalkan selain saya. Saya hanya seorang office girl dan rasanya tidak pantas bagi saya untuk mengerjakan hal yang memang bukan seharusnya yang saya kerjakan. Saya hanya tidak ingin rekan rekan saya iri atau apa pun itu, walau mereka diam tapi saya tau mereka tidak seperti yang terlihat,” ucap Nasha yang kentara sekali dia menolaknya.
“Tidak perlu memikirkan perkataan orang lain, terserah jika kamu menolaknya, tapi jika sampai kerja sama ini batal maka kemungkinan ada ratusan orang yang akan menjadi korbannya. Bukankah itu lebih tidak menguntungkan bagi mereka? Apa kamu tidak memikirkannya?” ucap Farzan yang seketika membuat Nasha terdiam dan tidak bisa memprotes perkataannya.
Bukannya dia tidak mau, tapi di satu sisi dia tidak ingin ada yang merasa iri dan di sisi lain dia tidak ingin banyak orang menjadi pengangguran karenanya.
“Apa yang harus kulakukan sekarang? Tidak mungkin menolak jika itu alasannya, mereka bersusah payah bekerja disini dari dulu, jika aku menolak kebahagiaan orang lain yang menjadi taruhannya. Oke. Kamu. Pasti. Bisa. Kali ini jangan pedulikan omongan orang. Cukup lakukan yang terbaik. Semangat,” ucap dalam hati Nasha menyemangati dirinya sendiri.
“Baik. Saya akan mempelajari berkas ini sebaik mungkin. Semoga hasil yang didapatkan sesuai dengan harapan. Hanya saja saya minta maaf jika saya melakukan kesalahan esok hari,” ucap Nasha pada akhirnya karena dia sendiri tidak yakin pada dirinya. Bukan apa apa tapi ini pertama kali dia akan mengikuti seseorang yang akan melakukan kerja sama. Biasanya dia hanya memeriksa dan membereskan sebuah berkas. Memikirkannya saja sudah membuatnya takut, apa kabar besok.
“Tidak perlu dipikirkan. Semua akan baik baik saja jika kamu memahami dengan baik apa yang sedang kamu kerjakan. Sekarang buat kembali laporan itu, setelah selesai saya akan periksa ulang dan jika sudah selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Farzan langsung karena melihat Nasha hanya melamun setelah berbicara tadi.
Nasha sedikit tersentak sebelum akhirnya dia kembali mengerjakan laporan didepanya. Kali ini dia lebih teliti mengerjakannya karena ini menyangkut kehidupan lain yang sedang mencari nafkah di tempat ini.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments