Membaca dan memahami sebuah laporan atau berkas memang membutuhkan waktu, apalagi apa yang di baca akan di presentasikan juga. Belum lagi isi dari laporan itu sendiri harus di pertanggung jawab kan. Karena ini menyangkut sebuah kerja sama, jika menguntungkan kedua belah pihak tidak akan ada perdebatan nantinya, tapi jika sampai merugikan maka bisa jadi kita dituntut nanti.
Dan kali ini Nasha memang sudah menyelesaikan tugasnya, tapi karena dari tadi di perhatikan, butuh waktu untuk fokus menyelesaikan tugasnya. Bukannya Nasha tidak memperhatikan, tapi memang dia berusaha acuh agar tidak gugup. Walau nyatanya tetap saja gugup.
Butuh waktu sekitar 1 jam Nasha mempelajari dan mengubah beberapa kata atau penempatan kata yang sedikit rancu menurutnya, salah kata memang bisa merugikan perusahaan kan, makannya dia selalu teliti akan hal itu. Bahkan gaya huruf dan tanda baca pun ada yang dikoreksi beberapa. Setelah selesai Nasha memberikan laporan itu pada Farzan dan membiarkan Farzan memeriksanya kembali.
“Ini pak laporannya sudah saya kerjakan apa yang Bapak minta tadi,” ucap Nasha ketika memberikan laporan. Setelah diambil laporannya dan diperiksa oleh Farzan, mereka sama sama terdiam dengan pemikiran masing-masing.
Hingga, “Cukup bagus juga ternyata, saya pikir Daddy hanya membual saja setiap bercerita pada saya, ternyata memang bukan. Walaupun ada beberapa yang sedikit salah, tapi ini sudah lebih baik dari yang pertama saya baca, dan kamu bisa paham. Tapi kenapa kamu memilih menjadi seorang office girl disini, kenapa tidak menjadi salah satu staf dari bagian apa misal?” ucap Farzan memuji Nasha sekaligus heran juga dengan Nasha, terkadang dia berpikir jika Nasha adalah mata mata dari perusahaan musuh yang ingin mencari kelemahan perusahaan ini agar dia mendapat banyak keuntungan, tapi ternyata dugaannya salah, karena..
“Alhamdulillah jika memang apa yang saya kerjakan sesuai dengan apa yang Bapak mau. Jika ada kekurangan saya minta maaf Pak, karena saya juga masih terus belajar agar bisa lebih memahami lagi. Dan untuk pertanyaan terakhir Bapak, saya bekerja karena memang ingin mencari pengalaman dan itu darimana saja, saya juga masih kuliah di salah satu universitas swasta di kota ini, dan jujur orang tua saya belum mengetahui bahwa saya bekerja sambil kuliah, yang mereka tau saya hanya kuliah saja, beruntung perusahaan ini mau menerima saya disini untuk belajar, dari sini saya bisa sisihkan uang untuk membayar kuliah beberapa semester terakhir, berhubung semester ini sudah memasuki akhir dan saya juga tidak bisa mempercepat kelulusan jadi saya memutuskan untuk fokus bekerja satu semester ini, setelah itu baru saya lanjutkan lagi kuliah saya, segini juga saya bersyukur, tapi jika memang nanti saya sudah menyelesaikan kuliah mungkin saya akan berhenti dan mencari pekerjaan sesuai dengan apa yang saya bisa,” begitulah penjelasan panjang lebar dari Nasha yang membuat Farzan merasa praduganya sedikit keterlaluan.
“Bagaimana jika kamu menjadi sekretaris saya saja?” Ucap Farzan tiba-tiba.
Nasha bingung kenapa mendadak dia diminta menjadi seorang sekretaris, karena dia tidak mempunyai basic dalam bidang itu, lagi pula ada Bu Tery yang menjabat disana, begitu pikir Nasha.
“Gimana Pak? Maaf Pak bukannya saya lancang, tapi sudah ada Bu Tery yang menjadi sekretaris Bapak bukan, dan satu lagi asisten Bapak yang waktu itu kesini, maaf sekali lagi bukan saya menolak tapi memang saya tidak bisa, menurut saya pekerjaan ini sudah lebih dari cukup untuk memberi saya banyak pelajaran, karena dengan pekerjaan ini saya bisa memahami setiap laporan dari berbagai bidang,” ucap Nasha menjelaskan kenapa dia menolak.
“Memang jika menjadi sekretaris aku akan mendapat kenaikan gaji dan lain sebagainya, tapi disana masih ada banyak orang yang lebih layak dariku bukan? Kenapa sih Bapak yang satu ini suka bikin orang emosi, kerjaan aku juga belum bagus bagus amat, harusnya orang lain yang mempunyai prestasi yang diangkat jabatannya, suka aneh, astaghfirullah sabar sabar,” batin Nasha.
“Kenapa dia menolak? Jika orang lain mungkin akan meminta jabatan lebih dari itu, apa dia masih mempunyai maksud lain? Apa dia ingin mencuri data dari semua bidang? Tapi mukanya tidak menunjukkan hal itu. Tapi dia juga bilang dia masih kuliah, biar aku cari tau dulu latar belakangnya nanti, agar aku yakin,” batin Farzan.
Berdehem sebentar, setelah itu Farzan mengucapkan,
“Ekhm, baik saya terima penolakan kali ini. Tapi saya minta kamu untuk satu bulan ini membereskan lantai ini saja, dan tidak berpindah dulu. Saya tau sistim disini memindahkan kalian setiap seminggu sekali, walaupun saya tau yang akan bekerja untuk lantai ini hanya Bu Eno saja, tapi itu keputusan final saya,” ucap Farzan memerintah. Walau ingin menolak rasanya sulit karena dia memang mempunyai kekuasaan penuh disini.
“Huh, baiklah jika itu yang Bapak minta, dan maaf sekarang sudah memasuki jjam makan siang ada yang bisa saya bantu? Barangkali Bapak ingin membeli makanan? Saya juga ijin untuk ke meja Bu Tery, karena saya harus bertanya pada ...,” terdengar helaan nafas kasar di awal kalimat dan perkataannya pun terputus karena pintu diketuk. Setelah mendengar kata “masuk” dari Farzan, orang yang mengetuk masuk, dan ternyata orang itu Tery.
“Permisi Pak, sudah masuk jam istirahat, apa ada yang Bapak ingin beli?” tanya Tery sopan pada Farzan.
“Tidak ada, saya sebentar lagi akan pergi sebentar, jika ada pertemuan seusai makan siang nanti kamu tunda dulu atau ganti di sore hari atau besok, mengerti?” ucap Farzan datar tanpa ekspresi.
“Baik Pak, saya akan atur ulang jadwalnya nanti, kalau begitu saya permisi Pak,” ucap Tery dan berlalu dari sana ketika mendapat anggukan kepala dari Farzan. Tery sebenarnya melihat ada Nasha di dalam dan sedang berdiri di samping meja kerja Farzan, tapi dia tidak berani bertanya karena itu tidak sopan, biarlah nanti setelah Nasha keluar dia akan bertanya.
“Seperti yang saya bilang tadi, saya akan keluar, dan kamu saya minta tetap berada di lantai ini sampai saya kembali nanti, kamu boleh keluar,” ucap Farzan yang hanya bisa diangguki oleh Nasha. Setelah itu Nasha keluar ruangan dan Farzan bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
“Hahh.. akhirnya keluar ruangan itu juga, eh tapi aku kan gabisa ke lantai bawah yah, padahal aku udah laper, yaudah deh nanti bikin teh manis hangat saja di pantry,” gumam Nasha sesaat setelah keluar dari ruangan.
Di depan ada Tery yang baru saja menutup telepon dari klien tadi, dan saat Tery melihat Nasha dia pun memanggilnya.
“Nasha,” panggilnya.
“Eh iya Bu, kenapa? Mau minta beli-in makanan yah? Tapi maaf Bu saya tidak boleh meninggalkan daerah sini, tadi Bapak siapa itu yang di dalem bilang gitu,” ucap Nasha yang langsung bicara padahal tidak ada yang bertanya. Dasar Nasha. Haha.
“Hush, siapa yang mau minta tolong ke kamu, orang mau nanya kenapa di dalem lama tadi? Ga di apa apa-in kan? Ga di pecat juga? Aku tuh khawatir tau ngga, lupa soalnya, kalau Pak Farzan gasuka ada orang yang gadikenal masuk ke ruangan dia tanpa ijin darinya langsung, terus juga dia biasanya lewat lift yang ada di dalem, maaf yah lupa ngasih tau,” sesal Tery karena lupa mengabari Nasha hal baru itu. Pertama Tery tau juga dia sedikit kaget karena tidak melihat ada yang datang dari lift khusus di depan tetapi dari dalam ruangan ada telepon masuk, dan setelah beberapa hari dia mengetahui jika atasannya yang sekarang jarang lewat lift atau pintu depan biasanya dari basement langsung.
“Oh itu, gapapa Bu, lagi pula saya tidak di apa apa-in kok, dia itu kelihatannya aja datar padahal mah biasa aja, mungkin emang tampangnya gabisa berekspresi, waktu di seminar kampus juga mukanya gitu aja datar nyerem-in lagi,” ucap Nasha blak blakan.
“Ya sudah kalau begitu alhamdulillah, tapi kamu juga jangan bilang gitu, siapa tau dia murah senyum sama orang terdekatnya kan, jangan bilang yang macam macam lagi, kalau orangnya dengar ga enak,” nasihat Tery setelah mendengar kalimat akhir dari Nasha.
“Tapi tunggu, emang Pak Farzan pernah ikut seminar?” tanya Tery
“Bukan ikutan seminarnya sih Bu, lebih tepatnya jadi salah satu narasumber gitu, dari kampus swasta apa ya namanya Universitas Adya apa ya lupa aku,” jawab Nasha
“Oh saya kira ikutan seminarnya, bentar bentar nama univnya Adyawara bukan?”
“Nah iya Bu, itu Universitas Adyawara, itu emang kampus elit sih katanya, tapi aku gatau bener atau ngga nya,”
“Pantesan, itu mah kampus punya keluarga Lakeswara, dan sudah sekitar 3 tahun di pegang sendiri oleh Pak Farzan. Walaupun sudah memegang perusahaan, tapi Pak Farzan juga tetap memegang kampus, dan hebatnya Pak Farzan juga masih mengajar disana, walaupun seminggu hanya 3 sampai 4 kali saja ke kampus, sisanya ada di perusahaan,” terang Tery pada Nasha.
“Oh iya iya, lagian gapenting juga Bu buat saya, saya mah gaperlu tau tentang siapa Pak Farzan, bagi saya yang penting sekarang bisa mengumpulkan pundi pundi buat nanti setelah cuti dan buat persiapan sidang dan masih banyak lagi, haha,” ucap Nasha di akhiri tawa.
“Haha, ah kamu bisa aja, ya siapa tau kamu kesemsem sama Pak Farzan kan dia ganteng, banyak uang lagi, haha,” ucap Tery menggoda Nasha.
“Padahal aku udah tau kalau anak Pak Zeroun memang pegang kampus dari dia pulang ke indo, kan kebanyakan pas di ruangan aku jadi tempat curhat, haha,” batin Nasha.
“Apa sih Bu, ganteng mah relatif, uang juga bisa di cari, ditabung kalau mau banyak, cari pendamping mah yang penting bikin kita nyaman, bisa diajak kerja sama, dan mengerti kita, kalau kita cuma cari ganteng sama banyak uang aja ga menjamin itu semua kan, hehe,” ucap Nasha yang memang tidak berminat, karena dia masih menunggu. Tapi untuk perkataannya, orang yang dia tunggu menggambarkan itu semua.
“Iya juga sih, boleh juga tuh saran kamu tentang mencari pendamping, ngomong ngomong kamu udah ada kandidat belum nih? Kalau dari omongan sih kayanya udah ada ya,” ucap Tery yang lagi lagi menggoda Nasha.
“Huh Ibu mah, saya mau fokus kuliah sama kerja dulu untuk sekarang, kalau masalah jodoh mah ga ke pikiran buat sekarang, tapi kalau memang sudah waktunya ya terima aja, iya ngga? Haha,” ucap Nasha yang berpura pura kesal pada awal dan diakhiri dengan tawa.
“Haha kamu mah ada we jawabannya,” ucap Tery tertawa.
“Hehe, yaudah Bu, saya mau ke pantry yah, mau bikin minum,” ucap Nasha yang ingin berlalu karena sebenarnya dia cukup lapar sekarang, tapi karena tidak di perbolehkan ke bawah jadi dia akan minum untuk mengganjal.
“Emang ga ke kantin? Saya lagi pesen makanan sih tadi, mungkin bentar lagi sampe, mau makan di kantin juga bareng yang lain,” ajak Tery pada Nasha.
“Emm.. ngga deh Bu, saya mau di sini dulu, sekalian mau main hp mumpung lagi diem gini kan, hehe,” ucap Nasha sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih.
“Kamu mah main hp aja, yaudah kalau ga akan ke kantin, saya ke bawah dulu ya. Oh iya, kalau gitu saya minta tolong bikin-in kopi juga ya, siapa tau nanti ada yang mau, biasanya asisten Pak Farzan, Pak Brady dateng buat temui Pak Farzan, dan juga Pak Farzan yang memang akan membutuhkan kopi saat menjelang sore nanti,” terang Tery, agar nanti saat diminta kopinya sudah ada jadi tak membutuhkan waktu terlalu lama, lagi pula setelah ini banyak email yang harus dia baca dan di saring.
“Oke Bu, nanti saya buatkan,” ucap Nasha
Setelah itu Nasha pergi menuju pantry dan Tery juga pergi ke kantin karna makanan yang dipesan sudah datang. Meskipun sebenarnya Nasha bisa meminta tolong pada rekannya atau siapa saja yang ada di lantai bawah, tapi ada rasa tidak enak jika menyuruh seseorang, jadi dia memilih menahan lapar sebentar, lagi pula dia bekerja tidak sampai malam jadi masih bisa pergi membeli makan dulu nanti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments