DiSh’S Cafe (part 2)

“Jadi? Apa harus sebuah jawaban?”

“Mungkin,” jawab Diel sambil tersenyum.

Sungguh Diel tak mengharapkan jawaban itu sekarang, tak apa jika memang Nasha tak menjawab atau terkesan “menggantung” dirinya, Diel tak peduli. Yang penting jika memang Nasha bukan jodohnya dia akan mencoba ikhlas, tapi dia akan selalu menjaga Nasha dari jauh.

“Diel please.. jangan gini, aku cuma takut ga bisa mencoba, aku juga takut kecewa-in kamu, aku cuma.. hiks..”

“Eh.. jangan nangis Sha, aku gapapa beneran, kalaupun kamu gajawab juga gapapa, tapi jangan kaya orang lain yah, tetep jadi sahabat aku, gimana?” ucap Diel menenangkan Nasha yang sedikit terisak.

Diel tak menyangka Nasha akan terbawa suasana sampai seperti ini, dia pikir kalaupun tak dijawab Nasha akan biasa atau bahkan tetap cuek seperti biasanya. Tapi Diel lupa, Nasha adalah orang yang tak ingin mengecewakan orang lain, bahkan dia memilih membuat dirinya sendiri yang kecewa daripada orang sekitarnya. Dan mengalah yang selalu dia lakukan.

“Aku beneran gapapa Sha, aku seperti ini karena ku pikir mungkin nanti gaakan ada kesempatan lagi untuk bicara, bisa jadi nanti kamu bertemu dengan seseorang dimasa lalu kamu dan aku gapernah punya kesempatan sama sekali untuk bicara. Aku minta maaf kalau aku memang membuat kamu merasa ga nyaman karna ini, tapi Sha, aku beneran hanya ingin bicara, agar kamu tau, itu aja,” sambung Diel karna Nasha masih sedikit terisak.

“Ta tapi,” ucap Nasha terhenti karena menahan tangisnya, mencoba menutupi lebih tepatnya, dia jarang sekali menangis di hadapan orang lain, jadi seperti itulah.

“Kalau kamu mau nangis, nangis aja dulu Sha, aku tau gimana bingungnya kamu, tapi aku juga ga maksa buat kamu jawab kan, jadi please Sha, jangan terlalu dipikir-in yah, jangan karna ini kamu menjauh nantinya, aku gamau itu,”

“A aku cuma gamau kecewa-in seseorang, karna aku tau gimana sakitnya dikecewa-in, dan aku gamau orang lain merasakan itu, walau aku tau ga semua orang akan terhindar dari rasa itu, tapi aku berusaha agar tak ada yang kecewa,” ucap Nasha yang mulai berhenti tangisnya.

“Aku paham, dan maaf aku sempet lupa akan hal itu, maaf karna hal ini kamu jadi kaya gini, harusnya memang aku gapernah bilang kalau tau jadinya gini,”

“Eh.. bukan gitu Diel, tapi jujur aku bingung sekarang, dan aku gabisa kasih kepastian juga buat kamu, karna hati aku masih tersimpan satu nama yang tak bisa dilupakan begitu saja, dan janji di masa lalu yang harus ku pegang. Mungkin janji itu akan lenyap suatu saat nanti, karna hidup juga harus terus berjalan kan, hanya saat itu belum tiba, karna hati ku belum menyesuaikannya,” ucap Nasha diakhiri senyum.

“Aku tau Sha, aku tau, dan aku harap saat janji itu kamu hilangkan, aku yang menggantikannya,” balas Diel sambil tersenyum juga.

“Makasih Diel, kamu udah mau ngerti, dan maaf karna hal ini,” ucap Nasha menggantung karna di sela oleh Diel.

“It’s Ok Sha, gapapa, dan makasih udah mau dengerin aku hari ini,”

“Kaya ke siapa aja haha,”

“Iya iya, your my best friend and my future wifey haha,”

“Apaan sih haha,”

Diel tau akan seperti apa jawaban itu, tapi mencoba itu harus bukan. Jika di pendam bisa jadi ada penyesalan nantinya saat sudah tak bisa bicara. Untuk saat ini mungkin belum ada kesempatan, tapi bolehkan Diel berharap suatu hari nanti akan ada sedikit harapan untuk mereka? Mungkin, dan semoga.

“Aku suka lihat tawamu ini Sha, walau bukan menjadi seseorang yang spesial untukmu, tapi bisa melihatmu terus tersenyum dan tertawa itu menjadi satu kebahagiaan untukku. Terus bahagia ya Sha, kalaupun senyum itu bukan hanya saat bersamaku,” batin Diel.

Tanpa sadar Diel melamun untuk beberapa saat, dan Nasha yang melihat jam sudah hampir jam 7 malam pun langsung terkesiap, lalu..

“Eh.. kenapa udah jam segini lagi, duh telat pulang dicari-in nih pasti, Diel kita pu..lang yu,” ucap Nasha yang melambat karna Diel yang melamun.

“Diel.. hallo..”

“Hm.. maaf maaf, kenapa?”

“ck.. ngelamun apaan coba? Masa iya gara gara tadi?”

“Bukan bukan, tenang aja, tadi kamu mau ngomong apa?”

“Ish.. udah jam 6, aku mau balik yah, oh iya ini berapa? Aku yang bayar aja yah,”

“No.. udah aku bayar ko, tenang aja,”

“Lah kapan bayarnya? Kan dari tadi sama aku disini,”

“Tadi waktu kamu ngelamun, haha,”

“Emang iya? Ga ngelamun ish,”

“Ya ya ya, terserah kamu aja, yang jelas ini udah aku bayar tadi titik,”

“Hm.. iya iya makasih kalo gitu, hehe,”

“Lumayan kan bisa ditabung tu uang, tapi makan enak, haha,”

“Iya dong, haha,”

Setelah selesai berbicara mereka pun bergegas pulang, karna Nasha lupa mengabari orang rumah jika dia akan pulang terlambat. Siapa yang tau jika Diel ternyata akan membawanya ke tempat yang tak terduga seperti ini kan? Ternyata makna dari “mengantar membeli minum” akan berujung dengan hal ini.

Tak apalah, terkadang apapun itu, jika mengganjal dan perlu dibicarakan, lebih lega jika sudah bicara dengan yang bersangkutan, daripada harus dipendam dan berakhir lebih buruk, atau dibicarakan pada orang yang tidak tepat, dan berakhir tersebarnya cerita itu.

***rumah***

Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, dengan mengendarai di atas rata rata, mereka tiba di rumah Nasha. Diel dan Rumi memang dikenal oleh kedua orang tua Nasha, karena mereka pernah belajar bersama, atau sekedar main, jadi sudah tak sungkan lagi jika bertemu.

Seperti saat ini, Diel yang ternyata tak langsung pulang dan menyempatkan untuk mampir, bukan apa apa, tapi Diel yang membuat Nasha pulang terlambat karna diajak pergi dahulu, jadi dia harus bicara dulu pada orang tua Nasha, agar Nasha tak di marahi tepatnya.

Sebelum masuk..

“Loh.. ko ikut turun?” tanya Nasha.

“Mampir dulu kali bentar,” jawab Diel.

“Udah malem Diel.. ntar kamu pulang kemaleman,” ucap Nasha, geram juga lama lama sama sikap Diel yang terkadang menyebalkan seperti ini.

“Yaudah sih, cuma bentar juga, lagian udah lama ga main kesini, hehe,”

“Ish.. yaudahlah, terserahmu saja,” ucap Nasha dan langsung berjalan masuk ke rumah.

*Di rumah..

“Assalamualaikum,” ucap Nasha dan Diel bersamaan, sambil menyalami kedua tangan orang tua Nasha yang memang sedang berada di ruang depan.

“Wa ’alaikumsalam, tumben baru pulang Sha, tumben juga dianter-in Dari,” ucap salam orang tua Nasha berbarengan, diakhiri pertanyaan dari Ibu Nasha.

“Iya Bu, maaf Nasha jadi pulang telat, tadi aku minta tolong ke Nasha buat anter ke suatu tempat dulu, dan lumayan jauh tempatnya, sekali lagi maaf ya Yah, Bu, Nasha nya jadi pulang telat, Dari kira ga akan lama, ternyata makan waktu yang lumayan,” penjelasan ini yang bicara adalah Diel tentu saja, Nasha hanya memperhatikan, tadinya memang dia yang akan menjawab, tapi ternyata Diel lebih cepat membalas, jadi dia hanya diam menyimak saja.

Untuk panggilan Diel, itu memang karna orang rumah memanggil nama depan Dariel, dan memotong 2 kata terakhir agar lebih mudah “katanya” haha.. dan panggilan Diel dan Rumi pada orang tua Nasha memang sama seperti Nasha, karena terlalu sering main jadi terbiasa memanggil seperti itu.

“Oalah kirain dia main dulu kemana,” ucap Ibu Nasha.

“Iya gapapa, tapi lain kali kasih tau orang rumah dulu ya Dari, kan kita jadi mikir yang macam macam,” ucap Ayah Nasha.

“Iya Yah sekali lagi maaf, tadi lupa mau ijin, hehe,” ucap Diel.

“Iya gapapa, kalau bisa jangan ulangi lagi ya,”

“Iya siap yah,”

“Oh iya sampe belum bikin-in minum, mau minum apa Dari?” sela Ibu Nasha.

“Gausah Bu, ini juga Dari mau langsung pulang, udah malem juga, kalau gitu Dari pamit pulang dulu ya Yah, Bu, Assalamualaikum,” ucap Diel sambil berpamitan pada orang tua Nasha.

“Yasudah kalau gamau minum dulu, hati hati dijalan, Wa ‘alaikumsalam,” ucap Ibu dan Ayah Nasha.

“Aku anter ke luar dulu ya, Bu, Yah,” ucap Nasha.

.

.

.

“Kadang heran akutu, kenapa ya kalau kamu yang ngomong ke Ibu atau Ayah, jawaban mereka kalem aja gitu, gabanyak nanya lagi, giliran aku yang bilang ceramahnya panjang kali lebar, aneh,” gerutu Nasha sepanjang jalan menuju motor Diel.

“Hahaha.. mungkin karna aku lebih cocok jadi anaknya dibanding kamu, kamu mah bandel, gakaya aku yang baik hati ini, hahaha,” ucap Diel sambil terus tertawa dan mengejek Nasha.

“Ketawa aja ketawa, aku baik gini dibilang bandel, gimana sama yang bandel dibilang apa coba mereka, soleh? Gitu? Huh,” kesal Nasha.

“Hahaha.. ya ga gitu juga, haha,”

“Tau ah, udah sana pulang,” usir Nasha.

“Dih marah, ngusir, ntar kalau butuh aja di baik baik-in, dasar,” balas Diel.

“Bodoamat, gimana nanti aja kalau butuh mah, haha,”

“Iya-in aja, haha,”

“Udah ya aku pulang dulu, jangan kangen, haha,” ucap Diel setelah memakai helm dan sarung tangan.

“Dih males, yaudah sana, hati hati dijalan, dan makasih,” ucap Nasha.

“Sama sama, jangan sungkan Sha, kalau kamu butuh bantuan dan aku bisa bantu aku akan coba bantu ko, yaudah aku pulang ya, bye,” ucap Diel, dan pergi meninggalkan rumah Nasha setelah Nasha mengangguk.

.

.

.

to be continued

Episodes
1 Perkenalan Cerita
2 Kembali Kerja
3 Kampus
4 Rutinitas (kuliah&kerja)
5 Keputusan
6 Taman
7 Ujian Akhir Semester
8 DiSh’S Cafe (part 1)
9 DiSh’S Cafe (part 2)
10 Kembali Bekerja
11 Pengganti Pak Zeroun
12 Jadi Sekertaris?
13 Menguping
14 Diminta Ikut Meeting
15 Diel Menjemput Nasha
16 Diel Menyebalkan
17 Serba salah
18 Klien Sekaligus Sahabat
19 Hukuman Atau...
20 Diantara 2 Pilihan
21 Sedikit Reward
22 Bertemu Keluarga
23 Bertemu Keluarga . . . (2)
24 Garden Party
25 Menginap
26 Sarapan
27 ARCHA MALL
28 Pulang, Nonton, Masak.
29 Wedding day
30 Wedding day 2
31 Sarapan dan sedikit perdebatan
32 Aneh?
33 Bertemu Acha?
34 Paviliun
35 Ke RS yang hampir gagal
36 Jadi Ke RS
37 Kembali ke Mall
38 Penjelasan Farzan
39 Memberitahu
40 Supermarket dan jajanan
41 Tidur terus
42 Pergi lagi
43 Cengeng
44 Bertemu seseorang
45 Ternyata!?
46 Rumah Sakit
47 Kondisi Nasha
48 Kekacauan Di Perusahaan
49 Dijenguk adik?
50 Rasa Sakit
51 Panik
52 Pergi?
53 Sahabat
54 Makan Bersama
55 Kepanikan
56 Mimpi?
57 Menyadari semua hanya mimpi
58 Siapa?!
59 Mual Di Pagi Hari
60 Emosi yang tidak stabil
61 Membaik
62 Masih kepikiran wanita itu
63 Rumah Sakit
64 Bertemu Reno
65 Akhirnya mengetahui
66 Pemilik perusahaan?
67 Mansion Lakeswara
68 Kabar kehamilan Nasha
69 Makan malam
70 Susah Tidur
71 Lapar tengah malam
72 Membuatnya bahagia itu mudah~Farzan
73 Bandel
74 Kumpul
75 Menjelaskan pada mereka
76 Mengobrol
77 Mual dan sedikit keluhan
78 Zupa Soup
79 Drama Pagi ini
80 Ijin Pergi Main?
81 Mall
82 Kaget, Marah dan Kepanikan
83 Tidak mau ditinggal
84 Mama dan Papa Reno
85 Baby boy again
86 Perdebatan seperti biasa
87 Kedatangan Zetta dan Zeroun
88 Danish Adelard Adinatha
89 Bosan dan rengekan
90 Mansion Lakeswara
91 Supermarket
92 Pulang dari supermarket
93 Pasta Buatan Para Uncle
94 Ngidam Jajan Malam Hari
95 Masih Seputar Ngidam dan Makan
96 Bangun Kesiangan
97 Teman arisan yang julid
98 Acara dan Tangisan Nasha
99 Lebih banyak diam
100 Part 100
101 Rencana Liburan
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 110
111 111
112 112
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Perkenalan Cerita
2
Kembali Kerja
3
Kampus
4
Rutinitas (kuliah&kerja)
5
Keputusan
6
Taman
7
Ujian Akhir Semester
8
DiSh’S Cafe (part 1)
9
DiSh’S Cafe (part 2)
10
Kembali Bekerja
11
Pengganti Pak Zeroun
12
Jadi Sekertaris?
13
Menguping
14
Diminta Ikut Meeting
15
Diel Menjemput Nasha
16
Diel Menyebalkan
17
Serba salah
18
Klien Sekaligus Sahabat
19
Hukuman Atau...
20
Diantara 2 Pilihan
21
Sedikit Reward
22
Bertemu Keluarga
23
Bertemu Keluarga . . . (2)
24
Garden Party
25
Menginap
26
Sarapan
27
ARCHA MALL
28
Pulang, Nonton, Masak.
29
Wedding day
30
Wedding day 2
31
Sarapan dan sedikit perdebatan
32
Aneh?
33
Bertemu Acha?
34
Paviliun
35
Ke RS yang hampir gagal
36
Jadi Ke RS
37
Kembali ke Mall
38
Penjelasan Farzan
39
Memberitahu
40
Supermarket dan jajanan
41
Tidur terus
42
Pergi lagi
43
Cengeng
44
Bertemu seseorang
45
Ternyata!?
46
Rumah Sakit
47
Kondisi Nasha
48
Kekacauan Di Perusahaan
49
Dijenguk adik?
50
Rasa Sakit
51
Panik
52
Pergi?
53
Sahabat
54
Makan Bersama
55
Kepanikan
56
Mimpi?
57
Menyadari semua hanya mimpi
58
Siapa?!
59
Mual Di Pagi Hari
60
Emosi yang tidak stabil
61
Membaik
62
Masih kepikiran wanita itu
63
Rumah Sakit
64
Bertemu Reno
65
Akhirnya mengetahui
66
Pemilik perusahaan?
67
Mansion Lakeswara
68
Kabar kehamilan Nasha
69
Makan malam
70
Susah Tidur
71
Lapar tengah malam
72
Membuatnya bahagia itu mudah~Farzan
73
Bandel
74
Kumpul
75
Menjelaskan pada mereka
76
Mengobrol
77
Mual dan sedikit keluhan
78
Zupa Soup
79
Drama Pagi ini
80
Ijin Pergi Main?
81
Mall
82
Kaget, Marah dan Kepanikan
83
Tidak mau ditinggal
84
Mama dan Papa Reno
85
Baby boy again
86
Perdebatan seperti biasa
87
Kedatangan Zetta dan Zeroun
88
Danish Adelard Adinatha
89
Bosan dan rengekan
90
Mansion Lakeswara
91
Supermarket
92
Pulang dari supermarket
93
Pasta Buatan Para Uncle
94
Ngidam Jajan Malam Hari
95
Masih Seputar Ngidam dan Makan
96
Bangun Kesiangan
97
Teman arisan yang julid
98
Acara dan Tangisan Nasha
99
Lebih banyak diam
100
Part 100
101
Rencana Liburan
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
110
111
111
112
112

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!