Nasha bingung sebenarnya, kenapa dia dibawa ke tempat seperti ini, dan belum sempat dia bertanya, Diel mengajak masuk ke dalam Cafe. Nasha kira mereka akan duduk di lantai 2 karena Diel jalan ke arah tangga. Tapi ternyata mereka hanya melewatinya saja.
Bingung? Tentu saja, karena sebelum naik ke lantai paling atas atau lantai 3 di tempat ini terdapat tulisan “selain yang berkepentingan dilarang masuk” dan yang jadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa Diel mengajak Nasha kesini? Apa dia mau melamar pekerjaan? Atau ada masalah dengan pemilik Cafe? Sungguh membingungkan, teka teki ini tak bisa dipecahkan untuk saat ini.
Tak lama mereka duduk di dekat jendela besar yang langsung mengarah pada keindahan pemandangan sekitar bukit, dari atas sini kita bisa melihat pemandangan dari beberapa sisi, karena ada balkon kecil dengan tempat duduk yang bisa terayun dan juga ada karpet berbulu tebal dibawahnya serta beberapa bantal dan meja di tengah karpet. Mereka sendiri duduk di sofa berukuran sedang dengan meja di depannya.
“Indah sekali tempat ini. Jika di lihat di bawah saja sudah indah, apalagi dari atas sini, semua terasa jauh lebih indah lagi,” batin Nasha.
Lama menikmati pemandangan sekitar dan keindahan yang terlihat dari tempat ini, Ada beberapa pelayan yang datang untuk membawakan beberapa makanan. Tunggu dulu, bukannya mereka dari tadi sama sekali belum memesan makanan? Kenapa sudah ada makanan yang datang? Tak ingin lebih pusing dengan semua pertanyaannya akhirnya Nasha mencoba untuk bertanya pada Diel.
“Diel.. bukannya kita belum pesan makanan yah? Kok udah dianterin aja?” Tanya Nasha bingung.
“Haha.. tadi aku udah pesan kali, kamu nya aja yang daritadi sibuk perhatiin luar jendela,” jawab Diel sambil tertawa.
“Loh?! Emang iya? Perasaan tadi ga kaya gitu kok, ini aku yang emang lagi eror atau gimana sih? Terus kenapa kamu ajak kesini coba, kan tadi mau beli minum aja,” rajuk Nasha kesal bercampur bingung.
“Hahaha.. kamu eror karna tadi ujian mungkin, ya kan aku juga lapar jadi sekalian aja makan disini kan, hehehe,” ucap Diel yang tertawa sekaligus gemas, karna jarang Nasha merajuk seperti itu, walau jika bersama dengan dia maupun Rumi, Nasha akan menunjukkan kelakuannya yang sedikit kekanakan, tapi lebih sering menunjukkan sifatnya yang galak dimana pun haha.
“Tau ah pusing, Huh,” kesal Nasha yang langsung mengambil garpu dan juga pisau.
Kenapa mengambil garpu dan pisau? Jawabannya karena di meja kecil ini ada 2 piring Tea Smoked Salmon, Chocolate Hazelnut Ice Cream, dengan beberapa makanan ringan lainnya, serta Mango Thai, Milk Shake Chocolate, dan satu teko Teh hijau hangat dengan gula yang terpisah.
Sekarang kebingungan ini bertambah lagi, tapi karena kekesalan tadi Nasha jadi melupakan sejenak kebingungannya, walau dia sedikit menyesal karena hari ini dia menghamburkan uang yang telah dia tabung.
“Huh.. enak sih, tapi kan sayang uang kalo makan beginian, mending beli yang murah aja, eh tapi bukan aku yang pesen kan, tapi berhubung udah terlanjur ada daripada pusing mending makan ajalah, lagian sedikit mengeluarkan uang untuk hal seperti ini juga tak apa, yang pening jangan keseringan haha,” batin Nasha.
Selesai menghabiskan makanan utama dan sedikit cemilan, mereka duduk santai sambil menunggu makanan turun Haha.. berhubung jarum kecil di jam dinding menunjukkan angka 4 dan jarum panjang ke angka 10, yang artinya sekarang sudah hampir jam 5 sore, jadi Nasha memutuskan untuk bertanya agar dia bisa cepat pulang juga.
“Ehm.. Diel?” tanya Nasha.
“Ya?” jawab Diel.
Terdiam sebentar, dan..
“Kenapa tiba tiba ngajak kesini?”
“Karna aku ingin,”
Tapi bukan itu jawaban yang diinginkan Nasha.
“Please jawab yang bener, aku juga harus pulang Diel,” pinta Nasha lagi.
“Hhah.. sebenernya aku pingin bicara sama kamu, tentang kita,” ucapnya, dan Nasha hanya diam mendengarkannya, sampai..
“Bisakah kita lebih dari sekedar teman atau sahabat? Aku tau mungkin ini terasa mendadak, tapi apa kamu tak pernah merasakan jika aku hanya lebih baik padamu? Aku bingung sebenarnya, aku tau bagaimana kamu, dan begitu juga sebaliknya, aku juga tau jika kamu sedang menunggu seseorang dari masa lalu mu kan? Tapi adakah kesempatan untukku?” sambung Diel.
Nasha sempat terkejut karena Diel membahas tentang dia yang menunggu seseorang dimasa lalunya. Tapi dia lebih terkejut lagi saat Diel berbicara tentang hal yang tak terduga seperti ini.
“Apa karna omongan orang lain?” tiba tiba pertanyaan itu yang terlintas dikepala Nasha.
“Bukan,” jawabnya cepat.
“Aku sudah ingin berbicara, dari awal, hanya saja aku tak bisa, karena kamu yang membuat jarak pada setiap orang dan kami semua menyadari itu. Mungkin memang kamu akan menerima sebuah pertemanan, tapi dalam berteman pun kamu tak sepenuhnya percaya, jadi kuputuskan untuk menjadi seseorang yang memang berguna dan bisa kamu andalkan. Bahkan aku memulai untuk selalu bercerita tentang hidupku, dan setiap orang terdekatku. Aku juga mencoba mencari tau bagaimana tanggapan kamu mengenai beberapa orang yang memang hanya dekat sebagai temanku namun aku bilang akan mendekatinya. Dan respon yang kamu berikan hanya sebatas saran yang tak pernah ku gunakan, karena aku mengharapkan jawaban lain. Tapi tak pernah ada. Aku terus bertahan sampai saat ini, untuk tetap diam dan menjadi sandaran di waktu sulit yang kamu alami, tapi saat kamu bercerita akan cuti untuk semester depan, aku berpikir hal lain. Bagaimana jika memang tak akan ada kesempatan lagi? Bagaimana jika kamu dipertemukan kembali dengan orang lain yang memang kamu harapkan? Dan berbagai “bagaimana” lainnya. Jadi kuputuskan untuk mencoba walau nanti hasilnya tak seindah harapan, haha,” ucap panjang Diel.
Diel memang mengetahui tentang Nasha, bahkan yang tidak diketahui orang lain, karena dia mencari tau tentang segala hal yang menyangkut Nasha. Untuk tempat kerja atau beberapa hal lain memang Nasha sendiri yang cerita kepada Diel dan Rumi, walau lebih banyak bercerita pada Diel. Karena jika bersama Rumi, lebih banyak dia yang mendengarkan. Sebaliknya juga begitu hanya saja seperti itulah.
“Kenapa aku? Dan kenapa kamu tau tentang hal yang menyangkut masa laluku?” ucap Nasha, setelah terdiam untuk beberapa saat karena mendengar perkataan Diel.
“Karena itu kamu. Bahkan aku tak mengetahui apa alasannya, tapi bersama denganmu aku merasa nyaman, bahkan aku tak ingin main main, aku serius. Berharap kamu yang mendampingiku sampai tua nanti. Dan untuk masa lalu itu, aku tau karena tak sengaja mendengar gumaman saat kamu tertidur dikelas beberapa waktu lalu, dan ya, aku mencari tau lebih dalam tentang hal itu. Aku minta maaf soal itu,”
“Aku bingung harus bagaimana sekarang. Kamu juga sudah tau tentang masa lalu ku, jadi aku harus bagaimana?”
“Tak perlu memikirkannya sekarang, jika belum ingin menjawabnya. Dan untuk masa lalu itu, Huh.. mungkin jika memang sudah saatnya kamu bersama dengan dia nanti, aku ikhlas melepaskanmu. Tapi jika kamu tak bahagia bersamanya, aku akan merebutmu dari dia.”
“Bagaimana jika jalani saja dulu?”
“Bukannya tak ingin meng-iya-kan, tapi terkadang kata itu tak berakhir bahagia, haha,” ucap Diel dengan tawa sumbangnya.
“Jadi? Apa harus sebuah jawaban?”
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments