Pengaruh Obat

Lagi lagi gerimis masih turun dimalam itu. Malam yang sudah cukup larut dan begitu senyap. Malam dingin yang kembali menemani kesendirian Arya. Untuk malam yang entah keberapa ratus kalinya, Arya masih berada diperusahaan. Membuang waktu yang terasa menyakitkan hanya untuk sebuah pekerjaan.

Malam itu cukup hening, hanya suara ketikan dikeyboard komputernya yang memenuhi setiap sudut ruangan itu. Sesekali jika sudah terasa lelah, Arya hanya memijit pangkal hidung nya dan kembali bekerja. Apa saja yang bisa dia kerjakan, maka akan dia lakukan.

Malam...

Adalah waktu yang sangat tidak disukai Arya. Apalagi malam dengan gerimis seperti ini. Lagi lagi suasana seperti ini selalu bisa membawa dia pada rindu yang tidak berujung. Rindu yang tidak akan pernah bisa ada obatnya.

Terkadang Arya berfikir, kenapa dia harus mengalami hal seperti ini?

Terasa perih, sesak dan juga sakit, tapi tidak berdarah.

Kehilangan seseorang yang menjadi cinta pertama nya.

Sampai kapan dia akan seperti ini?

Lima tahun sudah, seharusnya luka itu bisa sembuh seiring berjalan nya waktu bukan. Tapi kenyataan nya, rasa sakit dan luka itu masih sama. Bahkan jika rindu itu datang, semua terasa begitu menyakitkan.

Tok tok tok

Arya menghela nafasnya dengan pelan, seraya dia yang merenggangkan kepalanya yang terasa sudah pegal. Pintu yang terbuka tidak membuat Arya menoleh, dia malah melihat jam yang ada diatas meja. Sudah pukul 10 malam. Masih cukup sore untuk memulai malam yang panjang ini.

"Kopi anda pak" ucap Nina yang datang dengan segelas kopi ditangan nya.

Arya menoleh pada Nina. Gadis tua ini sudah terlihat lelah dengan tubuh yang berbalut jaket nya.

"Kenapa kamu belum pulang? Sudah saya bilang saya tidak suka ditemani" ucap Arya

Nina tersenyum seraya meletakkan kopi itu di atas meja Arya. Dia memandang Arya yang kembali memeriksa pekerjaan nya.

"Tadi nya saya memang mau menemani pak Arya. Tapi seperti nya tidak jadi" jawab Nina

Arya melirik sekilas kearah nya.

"Kayaknya saya masuk angin pak. Jadi saya pulang duluan ya. Tidak apa apa kan pak?" tanya Nina.

"Ya" jawab Arya begitu singkat.

Nina langsung mengerucutkan bibirnya sekilas. Apa tidak ada perkataan manis yang bisa dia dengar? Setidak nya ucapan perhatian seperti jangan lupa meminum obatmu, atau paling tidak hanya sekedar kata hati hati? Tidak bisakah berkata seperti itu?

Menyebalkan sekali memang.

"Kenapa masih disini?" tanya Arya.

Nina terkesiap, dia langsung menghela nafas pelan dan memandang Arya dengan pandangan sendunya.

"Bapak kenapa sih pak?" ucap Nina akhirnya. Dia memandang Arya dengan pandangan sendunya.

"Kenapa apanya?" tanya Arya.

"Sudah lama saya ada disamping bapak. Tapi kenapa bapak masih saja bersikap dingin seperti itu" jawab Nina. Dia sudah tidak bisa lagi menahan perasaan nya. Arya sudah seperti batu yang jika bukan dia yang memulai, maka lelaki ini pasti tidak akan terbuka. Seperti yang Nara katakan padanya beberapa waktu lalu.

"Kenapa memang nya?" tanya Arya lagi. Dia terlihat begitu acuh, seakan tidak ingin meladeni perkataan Nina.

"Pak.... saya itu suka sama bapak. Kenapa gak ngerti juga sih. Udah bertahun tahun lo pak. Kenapa bapak masih gak bisa melihat keberadaan saya" ungkap Nina. Dia benar benar sudah membuang rasa malu nya sekarang. Kesal sekali dia melihat bos gondrong nya ini.

"Kalau saya gak melihat kamu, kamu tidak akan ada disini sekarang Nina" ucap Arya.

Nina nampak tertegun.

"Apa maksudnya itu?" tanya Nina

"Saya itu percaya sama kamu, kamu cukup setia dengan saya. Maka dari itu saya menempatkan kamu menjadi asisten kepercayaan saya. Tapi tolong, jangan membahas tentang perasaan. Saya tidak suka" ucap Arya dengan tegas. Dia sudah rumit dengan perasaan nya sendiri selama ini, dan kenapa Nina tidak juga mengerti. Bukan Arya tidak tahu jika gadis ini menyukai nya. Arya tahu, hanya saja Arya memang tidak pernah menanggapi nya.

Dia, tidak bisa menggantikan posisi Zelina!

"Pak.." lirih Nina

"Jika kamu masih mempermasalahkan tentang hal ini, saya bisa mencari asisten yang lain Nina" sahut Arya.

Nina tertegun mendengar itu. Dia memandang Arya dengan sedih.

"Saya hargai perasaan kamu. Tapi kamu juga jangan berharap apapun pada saya. Saya tidak pernah lagi berfikiran untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Hidup kamu terlalu berharga untuk mengharapkan cinta dari saya" ujar Arya. Dia memandang Nina dengan lekat. Hatinya sudah tertutup. Zelina nya masih menjadi penghuni hatinya sejak dulu. Tidak tahu sampai kapan, tapi sungguh, sampai saat ini Arya memang belum bisa melihat wanita manapun yang bisa mengalihkan perhatian nya dari Zelina.

Nina mengangguk pelan. Wajahnya terlihat sedih, tapi dia berusaha untuk tersenyum memandang Arya.

"Baik pak. Maafkan saya. Saya tidak akan lagi membahas ini. Tapi tolong, biarkan saya tetap menjadi asisten bapak" pinta Nina.

"Hmm... pulang lah. Hari sudah larut" ujar Arya.

"Baik pak.. saya permisi. Selamat malam" pamit Nina.

Arya hanya mengangguk saja, dan membiarkan Nina keluar dari ruangan nya. Bukan dia jahat dan tidak menghargai, tapi sungguh, rasanya masih sangat tidak rela untuk menyingkirkan Zelina dari hatinya.

Arya memijat pelipisnya yang terasa berat. Rasa lelah itu datang lagi. Bukan hanya lelah karena pekerjaan nya, tapi juga lelah karena hatinya yang selalu merindu dan menuntut Zelina untuk tetap ada.

Ze....

Sampai kapan aku akan begini terus???

Aku lelah harus selalu hidup dalam rindu dan bayang bayang yang semu.

Arya tersandar lemas dikursi nya. Memandang nanar keluar dinding kaca, dimana malam itu gerimis tadi kini sudah berubah menjadi hujan. Hujan yang mengguyur kota Jakarta malam itu.

Hujan yang sepertinya akan terus mengguyur dalam bulan ini. Dan entah kapan pelangi itu akan muncul. Meski sekejap, rasanya sudah cukup untuk membuat hatinya tenang kan.

Lagi lagi Arya menghela nafasnya dengan berat, harum bunga tulip yang selalu ada didalam ruangan itu cukup menenangkan fikiran nya, meski tidak dengan hatinya.

Arya meraih kopi yang dibawa Nina tadi, sepertinya segelas kopi panas ini bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Tapi tiba tiba Arya mengernyit, saat merasa jika kopi ini sudah tidak panas lagi.

Apa mereka terlalu banyak berbicara hingga kopi ini cepat dingin?

Atau karena cuaca sedang hujan maka kopi ini menjadi dingin.

Ah Nina.... padahal dia tahu jika Arya suka kopi panas, tapi kopi ini malah sudah hangat.

Tapi karena rasanya yang lumayan nikmat, Arya jadi tetap menikmatinya hingga kopi itu habis separuh. Apalagi menikmati dengan fikiran yang terus membayangkan senyum Zelina nya. Terasa indah dimalam yang dingin ini.

Setelah puas menikmati kopi hangat itu, Arya kembali bekerja, setidak nya matanya masih bisa bertahan untuk menahan kantuk yang sempat menyerang.

Tapi belum lagi lima belas menit dia bekerja, Arya sudah merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.

"Kenapa gerah sekali?" gumam Arya seraya matanya yang memandang keluar gedung. Hari masih hujan, tapi kenapa dia merasa gerah dan kepanasan. Bukan hanya itu, tapi Arya juga merasa jika ada sesuatu yang terasa bangkit dan membuat dia bergairah.

Nafas Arya mulai bergemuruh seiring dia yang merasa jika inti tubuhnya pun juga mulai bereaksi.

"Kurang ajar.... siapa yang berani memberi ku obat sialan ini!!!" teriak Arya dengan sekuat tenaga nya seraya dia yang langsung beranjak dan meminum air putih yang ada didepan nya.

Kepala Arya mulai berat, begitu juga dengan nafasnya. Bahkan jantung nya juga sudah bergemuruh dengan hebat. Sepertinya dosis obat perangsang yang ada dikopinya itu cukup kuat hingga membuat Arya benar benar membutuhkan pelampiasan sekarang.

"Aaahhhh Nina....."  teriak Arya yang langsung berjalan keluar. Tidak bisa dibiarkan, dia butuh obat penawar, bermain dikamar mandi hanya akan membuat dia semakin gila.

"Sialan" gumam Arya dengan begitu kesal. Dia meraih kunci mobilnya dan berjalan dengan cepat kearah pintu. Nafasnya semakin sesak, dia tidak tahu apa dia akan tahan sampai mendapatkan obat itu. Atau dia akan mati karena terkena serangan jantung mendadak???

Namun saat membuka pintu Arya malah dikejutkan dengan seorang gadis yang berlari dengan tangis diwajahnya.

"Pak.... tolong saya pak, ada yang mau melecehkan saya dibawah. huuuu saya takut pak" ucap gadis itu dengan tangis nya yang benar benar kuat, penampilan nya juga terlihat menyedihkan. Wajahnya basah dengan air mata, pakaian nya juga sudah robek dibagian dada.

Dan sungguh pakaian robek itu membuat mata Arya menyalang tajam. Apalagi ketika gadis itu malah merangkul tangan nya dengan erat. Membuat darah Arya benar benar berdesir dengan hebat.

"Lepas!" ucap Arya dengan suara beratnya.

"Pak tapi saya takut, dia mau melecehkan saya. Saya takut pak, tolong, tolong saya pak" pinta gadis itu yang malah memeluk tubuh Arya dengan erat. Membuat Arya memejamkan matanya karena sungguh dia tidak bisa lagi menahan hasrat nya lebih lama. Apalagi dengan perlakuan gadis ini.

"Pergi kataku!" bentak Arya.

"Enggak, saya takut" seru gadis itu yang semakin mengeratkan pelukan nya.

"Aaarggghhh" Arya berteriak seraya melepaskan pelukan gadis itu dengan paksa. Membuat gadis itu terhempas kebelakang, Arya kembali berjalan masuk, namun sialnya gadis itu juga ikut berlari kearah nya.

"Kenapa kau malah masuk! Pergi kataku!!" teriak Arya dengan wajah yang benar benar memerah. Tapi gadis itu tidak lagi memandang itu, dia benar benar ketakutan hingga tidak lagi melihat gelagat aneh Arya.

"Pak saya takut" ucap nya dengan tangisan yang begitu bergetar.

"Aku tidak bisa menahan, aku tidak bisa" gumam Arya yang langsung menutup pintu ruangan nya dengan cepat. Dan dengan cepat pula dia menarik gadis itu ke sofa

"Pak" seru gadis itu yang menjadi takut melihat Arya, gadis yang tidak lain adalah..... Pelangi.

"Aku sudah menahan nya dan kau malah membuat ku semakin menggila" gumam Arya yang sudah tidak lagi mengingat apapun. Bahkan dia langsung membuka pakaian nya dan menarik kuat Pelangi yang ingin pergi.

"Pak jangan...!!!!!!" teriak Pelangi saat Arya menghempaskan tubuhnya kesofa dan mulai menggagahi nya.

"Pak jangan...." lirih pelangi saat Arya membuka paksa pakaian yang dia kenakan.

Arya sudah tidak lagi sadar, dia sudah tenggelam dalam pengaruh obat yang menguasai tubuh dan otak nya.

Tapi tetap saja... hanya satu nama yang masih dia ingat.

"Zelina... aku mencintaimu" ucap Arya saat dia mulai melampiaskan hasrat nya pada gadis malang itu.

Pelangi hanya bisa menangis pedih tanpa bisa melawan lagi.

Terpopuler

Comments

Sulis Tiyo Asih

Sulis Tiyo Asih

hampir nangis Thor. sedikit lagi.

2023-08-04

2

🌹Fina Soe🌹

🌹Fina Soe🌹

kasian arya...
lagian pelangi sdh disuruh menjauh malah tambah nempel..

2023-06-13

0

Esti Restianti

Esti Restianti

biarlah kalau ini sudah jalannya,yang penting nantinya Arya bisa tanggung jawab dan juga meraih kebahagiaan dan cintanya lagi

2023-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 Pelangi
2 Pengaruh Obat
3 Permintaan Pelangi
4 Menikah
5 Cukup Sulit
6 Kopi Salah Sasaran
7 Sikap Dingin Arya
8 Kedatangan Wanita Cantik
9 Ze In Florist
10 Semua Masih Tentang Zelina
11 Tidak Akan Terganti
12 Bertemu Nara
13 Tentang Arya
14 Bukan Tentang Bunga
15 Ungkapan Arya
16 Arya Demam
17 Anggap Saya Pembantu!
18 Pedih
19 Ancaman Arya
20 Bertemu Teman Lama
21 Tetap Bertahan
22 Ketakutan Pelangi
23 Pingsan
24 Kekesalan Arya
25 Pulang Kerumah Pelangi
26 Tulip Dan Mawar
27 Permintaan Bunda
28 Kedatangan Rangga
29 Kekesalan Nina
30 Arya Dan Rangga
31 Hamil
32 Kegundahan Pelangi
33 Terbongkar
34 Demi Mie Instan
35 Kerumah Keluarga Adiputra
36 Kesedihan Pelangi
37 Martabak Jagung Keju
38 Hujan Dan Darah
39 Gundah
40 Memalukan
41 Bubur Keramat
42 Meminta Izin
43 Berbagi Cerita Dengan Mia
44 Cemburu Atau Tidak Suka????
45 Sisi Lemah Arya
46 Harapan Dan Impian
47 Kenang Kenangan
48 Makan Malam Dirumah Keluarga Adiputra
49 Alergi
50 Kerumah Sakit
51 Teror Lelaki Berjaket Hitam
52 Bapak Orangnya!
53 Dia Istriku!
54 Apakah Rangga???
55 Pelangi Dan Nina
56 Kemarahan Arya
57 Arya Terluka
58 Perasaan Rangga
59 Disalahkan
60 Kemana Pelangi?
61 Jangan Perdulikan Aku!
62 Sentuhan Kedua
63 Kamar Yang Berbeda
64 Memilih Pergi
65 Surat Dari Pelangi
66 Kemalangan Arya
67 Penyesalan Arya
68 Mencari Ketenangan
69 Ternyata Cinta
70 Maafkan Saya Ayah
71 Talak Didepan Orang Tua
72 Arya Kritis
73 Jangan Pergi Lagi
74 Kebahagiaan Pelangi
75 Arya Telah Kembali
76 Kegalauan Rangga
77 Petuah Bunda
78 Cemburu
79 Mas Arya
80 Panas Dan Berkeringat
81 Lukisan Dan Paket Aneh
82 Paket Misterius
83 Malam Yang Indah
84 Kotak Hitam Lagi
85 Kesal Dan Cemburu
86 Sedikit Info
87 Kekesalan Arya
88 Mengidam Martabak Panas
89 Festival Lampion
90 Kepanikan Arya
91 Pelangi Dirawat
92 Wajar Jika Cemburu
93 Kedatangan Reynand Dan Bimantara
94 Ziarah Ke Makam Zelina
95 Kegalauan Arya
96 Gaun Pengantin
97 Pembicaraan Random
98 Ancaman Pelangi
99 Kejutan Untuk Arya
100 Baby Twins
101 Alergi????
102 Pernikahan
103 Malam Yang Indah
104 Patah Hati
105 Bulan Madu
106 Cantik Dan Begitu Indah
107 Pulang Ke Tanah Air
108 Rumah Baru
109 Sarapan Pagi
110 Kecurigaan Ferdi
111 Dimana Suamiku?
112 Kesialan Arya
113 Kamu Harus Kuat
114 Melahirkan
115 Akhir Sebuah Kisah
116 Bisik bisik Author
117 Novel Zeze
118 Novel Ferdi dan Mia
119 Novel Baru
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Pelangi
2
Pengaruh Obat
3
Permintaan Pelangi
4
Menikah
5
Cukup Sulit
6
Kopi Salah Sasaran
7
Sikap Dingin Arya
8
Kedatangan Wanita Cantik
9
Ze In Florist
10
Semua Masih Tentang Zelina
11
Tidak Akan Terganti
12
Bertemu Nara
13
Tentang Arya
14
Bukan Tentang Bunga
15
Ungkapan Arya
16
Arya Demam
17
Anggap Saya Pembantu!
18
Pedih
19
Ancaman Arya
20
Bertemu Teman Lama
21
Tetap Bertahan
22
Ketakutan Pelangi
23
Pingsan
24
Kekesalan Arya
25
Pulang Kerumah Pelangi
26
Tulip Dan Mawar
27
Permintaan Bunda
28
Kedatangan Rangga
29
Kekesalan Nina
30
Arya Dan Rangga
31
Hamil
32
Kegundahan Pelangi
33
Terbongkar
34
Demi Mie Instan
35
Kerumah Keluarga Adiputra
36
Kesedihan Pelangi
37
Martabak Jagung Keju
38
Hujan Dan Darah
39
Gundah
40
Memalukan
41
Bubur Keramat
42
Meminta Izin
43
Berbagi Cerita Dengan Mia
44
Cemburu Atau Tidak Suka????
45
Sisi Lemah Arya
46
Harapan Dan Impian
47
Kenang Kenangan
48
Makan Malam Dirumah Keluarga Adiputra
49
Alergi
50
Kerumah Sakit
51
Teror Lelaki Berjaket Hitam
52
Bapak Orangnya!
53
Dia Istriku!
54
Apakah Rangga???
55
Pelangi Dan Nina
56
Kemarahan Arya
57
Arya Terluka
58
Perasaan Rangga
59
Disalahkan
60
Kemana Pelangi?
61
Jangan Perdulikan Aku!
62
Sentuhan Kedua
63
Kamar Yang Berbeda
64
Memilih Pergi
65
Surat Dari Pelangi
66
Kemalangan Arya
67
Penyesalan Arya
68
Mencari Ketenangan
69
Ternyata Cinta
70
Maafkan Saya Ayah
71
Talak Didepan Orang Tua
72
Arya Kritis
73
Jangan Pergi Lagi
74
Kebahagiaan Pelangi
75
Arya Telah Kembali
76
Kegalauan Rangga
77
Petuah Bunda
78
Cemburu
79
Mas Arya
80
Panas Dan Berkeringat
81
Lukisan Dan Paket Aneh
82
Paket Misterius
83
Malam Yang Indah
84
Kotak Hitam Lagi
85
Kesal Dan Cemburu
86
Sedikit Info
87
Kekesalan Arya
88
Mengidam Martabak Panas
89
Festival Lampion
90
Kepanikan Arya
91
Pelangi Dirawat
92
Wajar Jika Cemburu
93
Kedatangan Reynand Dan Bimantara
94
Ziarah Ke Makam Zelina
95
Kegalauan Arya
96
Gaun Pengantin
97
Pembicaraan Random
98
Ancaman Pelangi
99
Kejutan Untuk Arya
100
Baby Twins
101
Alergi????
102
Pernikahan
103
Malam Yang Indah
104
Patah Hati
105
Bulan Madu
106
Cantik Dan Begitu Indah
107
Pulang Ke Tanah Air
108
Rumah Baru
109
Sarapan Pagi
110
Kecurigaan Ferdi
111
Dimana Suamiku?
112
Kesialan Arya
113
Kamu Harus Kuat
114
Melahirkan
115
Akhir Sebuah Kisah
116
Bisik bisik Author
117
Novel Zeze
118
Novel Ferdi dan Mia
119
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!