Pelangi Untuk Arya
Gerimis tipis di sore itu selalu bisa membuat perasaan menjadi tidak menentu. Seribu bayangan dan seribu luka selalu hadir disaat saat seperti ini. Bukan lagi perasaan rindu yang semakin menggebu, namun rasa sakit karena kehilangan itu masih terasa hingga sekarang.
Gerimis tipis dan desiran angin dingin mengiringi langkah Arya menuju kesebuah tempat yang selalu dia datangi sejak lima tahun terakhir.
Meski sudah begitu lama, tapi rasanya masih sama.
Rasa sakit yang sama.
Rasa rindu yang sama dan rasa cinta yang sama.
Belum ada yang berbeda.
Arya berlutut didepan sebuah mahkam berumput hijau yang begitu segar. Meletakkan beberapa tangkai bunga tulip putih diatas sana dengan senyum tipis. Seolah sedang menyapa seseorang yang kini sudah terbaring tenang di dalam sana.
Dia mengusap batu nisan hitam itu dengan begitu lembut dan penuh perasaan. Gadis yang sangat dia cintai, tapi takdir dengan begitu kejam merenggutnya begitu saja dari Arya.
Arya Bagaskara, pria dewasa yang sudah berusia 34 tahun itu masih tenggelam dalam perasaan cintanya pada sang kekasih. Kekasih yang sudah pergi meninggalkannya dengan sejuta luka yang tidak bisa dia obati. Lima tahun berlalu, tapi rasa sakit karena kehilangan itu masih begitu terasa, hingga membuat Arya benar benar tidak bisa membuka hatinya untuk siapapun.
Pernikahan sudah didepan mata, gaun pengantin sudah terpajang dengan indah, dan tempat pernikahan juga sudah menanti. Tapi kekasihnya malah pergi begitu cepat. Meninggalkan dia dalam luka yang tidak berkesudahan.
Zelina Adiputra.
Gadis cantik nan ceria pemilik hati Arya.
Senyumnya, tawanya dan semangatnya. Semua masih bisa Arya rasakan.
"Ze..."
"Sudah lima tahun kamu pergi. Tapi luka itu masih terasa sampai saat ini,"
"Tapi tidak apa apa. Aku masih bisa menahannya meski disetiap detik rasa rindu dan bayang bayang kamu masih selalu menghantui,"
"Tenanglah disana sayang. Tunggu aku datang."
Ungkapan hati Arya terdengar begitu lirih dan penuh luka. Dia sudah ikhlas, tapi sungguh, Zelina pergi dengan membawa seluruh kebahagiaan dan nyawanya. Hingga kini membuat Arya seperti hidup, tapi terasa mati.
Arya mendongak keatas, dia tertegun saat melihat pelangi ada diatas sana, berada diantara awan yang sedang merinyai. Dan tanpa sadar pemandangan itu membuat Arya tersenyum tipis. Dia yang memejamkan mata, menikmati desiran angin dingin dan juga rinyai gerimis yang menerpa wajahnya. Terasa tenang dan damai, apalagi ketika senyuman Zelina terlintas dibenaknya.
Kehilanganmu meninggalkan sejuta luka yang tidak bisa terobati.
Merindukan mu yang tidak bisa lagi aku lihat.
Kamu pergi terlalu jauh, bahkan sangat jauh.
Hingga langit kita tak lagi sama.
Adakah kebahagiaan selain dirimu Ze?
Ketika seluruh hati dan nyawaku rasanya sudah terpaut hanya untuk dirimu.
....
Keesokan harinya.
Seperti hari hari sebelumnya yang tidak pernah terlewatkan, Arya sudah berada diperusahaan Polie. Bekerja sebagai direktur utama diperusahaan itu membuat Arya sedikit bisa melupakan beban dihati yang selama ini dia tanggung. Bekerja keras siang dan malam hanya untuk memajukan perusahaan milik seseorang yang kini telah dipercayakan kepadanya.
Semua terbukti, dalam waktu lima tahun, perusahaan Polie sudah berkembang dengan pesat. Bahkan karena kerja keras Arya, perusahaan Polie sudah mempunyai cabang di kota lain.
Pria dengan rambut gondrongnya itu terlihat bekerja dengan begitu serius, bahkan suara ketukan di pintu tidak membuat dia beralih.
"Selamat siang, pak Arya." sapa Nina, sekretaris cantik sekaligus asisten Arya yang masih betah melajang diusianya yang sudah menginjak tiga puluh tahun.
Arya hanya meliriknya sekilas dan kembali bekerja seperti biasa.
"Ada office girl yang ingin membersihkan ruangan ini, pak," ujar Nina seraya dia yang meletakkan berkas yang dia bawa ke atas meja Arya.
Arya menghela nafas dan langsung menoleh pada Nina yang tersenyum secerah mentari.
"Kenapa kamu kebiasaan, disaat saya bekerja kamu malah meminta orang untuk membersihkan ruangan ini," Arya menggerutu seraya memandang Nina dengan kesal.
"Maaf pak, malam tadi bapak lembur dan tidak bisa diganggu. Pagi tadi juga kita kedatangan nona kecil, dan sekarang ruangan ini begitu berantakan. Dua jam lagi kita kedatangan klien untuk membahas kerja sama proyek baru kita," ungkap Nina
"Terserah!" sahut Arya dengan pasrah.
Nina hanya tersenyum masam melihat Arya. Dia masih memandangi Arya yang begitu keren disaat bekerja. Sudah bertahun tahun bersama Arya membuat Nina menjadi jatuh cinta pada lelaki berambut gondrong ini. Padahal sudah berbagai cara Nina lakukan untuk menarik perhatian Arya, tapi tetap saja, Arya bagai batu yang sama sekali tidak ingin melihatnya.
"Kenapa kamu masih disini?" pertanyaan Arya langsung mengejutkan lamunan Nina.
"Ah maaf pak. Saya permisi keluar. Oh iya, office girl kita baru masuk hari ini, pak. Desi yang biasa membersihkan ruangan bapak sedang cuti," ungkap Nina
"Terserah!" jawab Arya tanpa ingin perduli.
Nina langsung mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Dasar menyebalkan sekali memang. Untung cinta, jika tidak, sudah Nina buat sapu rambut gondrongnya itu.
Benar saja, tidak lama setelah kepergian Nina, seorang office girl masuk kedalam ruangan itu dengan peralatan bersih bersihnya.
Seorang gadis yang masih terlihat begitu muda dengan rambut panjang yang dia kepang kebelakang.
"Selamat siang, pak." sapanya
Arya hanya melirik dengan wajah datar seperti biasa.
"Saya izin untuk membersihkan ruangan ini ya, pak," ucap gadis itu lagi.
"Hmm," gumam Arya, dia masih begitu fokus dalam pekerjaannya. Membuat gadis itu jadi bingung harus bersikap apa. Tapi sesekali dia melirik ke arah Arya dengan senyum simpul. Karena akhirnya, setelah sekian lama dia bisa melihat Arya dari dekat. Masuk keperusahaan dan bertemu dengan pria manis yang menjadi idamannya selama ini.
Tidak sia sia perjuangannya.
Akhirnya gadis itu dengan telaten dan cekatan membersihkan seluruh ruangan Arya. Apalagi dibagian sofa, sangat berserakan dengan bekas makanan dan noda noda yang berceceran dilantai. Kata sekretaris cantik itu, pagi tadi Arya kedatangan keponakannya yang selalu saja membuat kegaduhan jika sudah berada diperusahaan ini. Pantas saja ruangan ini begitu kotor dan berantakan.
Arya hanya fokus pada pekerjaannya, tanpa ingin melihat gadis office girl itu. Hingga satu jam kemudian ruangan itu sudah hampir bersih dan harum kembali.
Namun tiba tiba,
prang
Arya terkejut ketika mendengar suara benda terjatuh dan pecah. Dia langsung menoleh pada gadis itu yang nampak takut dan berjongkok didekat pecahan vas bunga tulip yang tidak sengaja dia senggol. Bahkan bunga tulip itu terlihat berserakan dilantai, namun dengan cepat dipungut olehnya.
"Apa kamu tidak bisa bekerja dengan baik?" tanya Arya.
"Maaf, pak, saya ... saya tidak sengaja," ucap gadis itu. Tangannya gemetaran memunguti pecahan vas itu hingga dia meringis saat jarinya malah tergores kaca.
Arya menghela nafas pelan dan langsung beranjak dari kursinya. Berjalan mendekati gadis itu yang terlihat semakin ketakutan. Apalagi saat Arya langsung merebut bunga tulip itu dari tangannya.
"Bereskan itu cepat dan segera obati lukamu. Baru bekerja sehari tapi sudah membuat kesalahan," Arya melirik tangan gadis itu yang berdarah.
"Iya, pak. Maaf." jawabnya dengan cepat, dan dengan cepat pula dia memunguti pecahan kaca itu dengan hati hati. Sembari sesekali melirik Arya yang nampak memperhatikan bunga tulip itu dengan lekat. Dan memang, diruangan ini banyak dihiasi tulip putih dibeberapa sudut ruangan. Apa dia maniak bunga???
"Kenapa lama sekali?" pertanyaan Arya kembali mengejutkan gadis itu, hingga membuat tangannya lagi lagi tergores kaca.
"Ck... memang bodoh," umpat Arya seraya meraih lengan gadis itu untuk berdiri.
"Pergi sana dan suruh ob yang lain untuk membersihkan ini," ujar Arya, dia nampak kesal sekarang.
"Tidak pak, tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri," sahut gadis itu dengan cepat.
"Bisa, tapi kau terus melukai tangan mu. Aku tidak suka melihat darah. Pergi sana!" usir Arya lagi. Tangan yang berdarah itu membuat Arya merasa pusing. Entahlah, sejak kejadian itu dia benar benar ngerih melihat darah.
Gadis itu langsung menyembunyikan tangannya dan memandang Arya yang kembali ke mejanya.
"Maaf, pak. Kalau begitu saya permisi dulu" pamit gadis itu.
"Siapa namamu?" tanya Arya yang langsung membuat langkah gadis itu terhenti.
"Pelangi, pak." jawab nya.
Arya kembali menoleh kearah gadis ob itu.
Pelangi? aneh sekali namanya.
...
# Cerita ini sekuel dari cerita Menyerah Diantara Cinta Yang Terabaikan. Jadi untuk kalian yang mau tahu kisah masa lalu Arya, bisa mampir disana ya guys.
Selamat membaca, jangan lupa tinggalin jejak. Like, komen dan dukungan kalian sangat membantu. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
guntur 1609
ok thor aku lanjut seqel dari rey
2023-10-03
1
guntur 1609
arya..move on lah dari zelina..hidup tra betjalan
2023-10-03
0
itin
ya ampun ternyata ini kisah si arya gondrong
2023-06-06
1