Jangan sampai Tuhan mendeletnya

"Nayaaa ..."

Bima menurunkan nada suaranya, ia berujar lembut sehalus beledu. Tapi Naya merasa geli sendiri akan panggilan itu. Bahkan saat suaminya mendekat Naya segera menghindar. Rasanya ia sangat jijik jika harus bersentuhan dengan suaminya sendiri. Membayangkan Bima sudah di miliki wanita lain membuat bathin Naya terkoyak dengan tidak beraturan.

"Menjauh dariku Abimana!" Naya menggeram di antara giginya yang merapat.

Naya pergi ke kamar lain di rumahnya, ia tak ingin menempati kamar utama lagi di rumah itu. Ini terlalu sakit, ia harus membicarakan hal ini terhadap ayahnya meskipun ia menebak jika ayahnya akan menolak keras rencana perceraiannya.

Tak Naya hiraukan Bima yang sedari tadi menggedor pintu kamar yang Naya tempati, dirinya sudah terlalu sakit atas perlakuan Bima padanya.

Untung saja putrinya tengah berada di rumah kakek neneknya sehingga ia tak perlu berlakon menjadi seorang wanita yang penurut.

Jika kalian berkata apa alasan Naya bertahan meski di sakiti inilah jawabannya, Naya memikirkan putrinya yang tengah menginjak remaja, putrinya bahkan sampai memohon padanya supaya tidak berpisah dengan Papanya. Entahlah apa yang ada di pikiran putrinya yang jelas sepertinya Disa putrinya tak mengerti tentang rasa sakit di khianati. Yang di ketahui bocah itu hanya satu jika terjadi perceraian maka anaklah yang menjadi korban. Disa bahkan mengancam Mama jika yang mengajukan gugatan cerai adalah dirinya maka Disa tak akan mau tinggal atau sekedai menemui Naya. Dan itu sulit untuk Naya lakukan, kecuali jika Abimana sendiri yang ingin bercerai darinya.

Yang kedua, Ayah Naya termasuk orang tua yang lumayan toxic yang di mana Ayah Naya selalu mengatakan jika sebagai seorang wanita, Naya harus menurut dengan apa keputusan suaminya, bahkan saat kakak Naya bercerai dari suaminya karna masalah serupa Ayah Naya mengusir kakaknya dari rumah benar-benar ayah yang keji. Naya berulang kali mengutarakan niatnya ingin berpisah dari Bima namun jawaban Ayahnya tetap sama. Ayahnya melayang Naya untuk bercerai selain karna pendapatnya Ayahnya juga malu jika kedua putrinya harus gagal dalam brrumah tangga.

Ya begitulah, banyak pertimbangan yang tak bisa Naya selesaikan sendiri. Ini terlalu rumit. Naya mengerti satu hal jika seorang pria melakukan kesalahan yang terlihat adalah setitik warna Abu-abu di antara warna putih yaitu samar,

Berbeda dengan seorang wanita, jika wanita melakukan kesalahan maka warnanya akan hitam pekat dan terlihat jelas di antara warna lainnya.

Naya lelah dengan semua yang ada, Naya ingin menepi ke tempat yang menurutnya hanya ada ketenangan. Tapi lagi dan lagi Naya harus menjalani hidup yang seperti di penjara dengan pasungan dan rantai yang membelenggu tubuhnya.

Hehh. Jika kalian menganggap Naya bodoh memang itu faktanya.

Naya bahkan mengatakan jika dirinya sangat Goubloug.

.

Abimana Pov.

Aku terbangun di saat jarum jam menunjukan pukul delapan, dan sialnya sepertinya Naya tak membangunkanku. Aku tertidur di kursi sofa ruang tamu sejak perdebatan semalam selesai

Aku mengingat Dewi yang berada di rumah sakit sendirian tanpa diriku. Ingin rasanya aku menyalahkan Naya karna tidak membangunkanku, namun niat itu ku urungkan kala ku lihat Naya keluar dengan pakaian yang sudah rapih sepertinya ia ingin pergi ke Caffe miliknya. Inilah yang ku sukai dari Naya, meski hartaku berlimpah tapi Naya tidak berpangku tangan dan menikmati hartanya dengan cuma-cuma.

Naya adalah tipikal wanita pekerja keras, di samping ia mengurusku dan putriku dengan sangat baik dirinya juga pandai dalam segala bidang.

Jika ada yang bertanya padaku mengapa aku malah memiliki seorang baby yang bahkan fisiknya dan kecerdasannya jauh dari Naya maka ini jawabanku.

Kalian pasti bosankan jika setiap hari menikmati rendang daging sapi dengan kualitas super, pastilah sesekali ingin mencoba cemilan lain dan makanan lainmisalnya orek tempe. Dan ini alasannya aku memulai hubungan dengan Dewi, meski aku mencintainya, tadinya aku hanya iseng untuk menggodanya. Namun siapa sangka Dewi merespon baik diriku.

Dan alasan di atas sebenarnya hanya alibiku saja. Dan di saat hubungan kami semakin jauh aku menawarinya pernikahan siri dengan tujuan agar aku tidak berjina. Ya benar yang di katakan Naya penghianatan yang di balut label halal.

Perutku yang sejak kemarin tidak terisi makanan terasa sangat lapar dan keroncongan.

Aku mengikuti langkah Naya menuju ke arah dapur. Naya sama sekali tak menyapaku.

Di meja makan kosong, tidak terdapat makanan sama sekali. Padahal biasanya sedari pagi akan banyak makanan dan tentu saja Naya yang menyiapkannya.

"Naya mana sarapan dan kopiku?"

Sialnya Naya hanya menyunggingkan senyuman sinis.

"Istrimu bukan hanya aku. Aku sudah melayanimu selama lima belas tahun dan aku rasa sekarang giliran istri mudamu." Naya berujar santai, ia tengah memblender buah-buah segar untuk ia jadikan jus buah sebagai sarapannya.

Ya Naya sangat menjaga pola hidupnya sehingga di umurnya yang ke 32 tahun Naya masih terlihat seperti baru berusia 20an. Bahkan Naya di bilang Kakaknya Disa jika jalan bersama.

"Dewi tengah sakit dan kini baru menjalani oprasi." Sial mengapa pula aku kelepasan berbicara tentang sakit Dewi pada Naya. Aku terus merutuki mulutku yang tanpa filter.

"Sakit?"Naya mengerutkan kening.

"Sakit apa?" tanyanya girang.

"Kanker mulut rahim." ujarku lemah.

Terlihat binar kebahagiaan di mata Naya. Ku akui baru kali ini istriku terlihat bahagia di atas penderitaan seseorang. Padahal sebelumnya anku mengenal Naya, dia peduli dan penuh kasih sayang. Namun kali ini itu tak berarti lagi.

"Oh yaa, astagha mengapa karmanya cepat sekali. Jangan sampai Tuhan mendelet wanita itu dari muka bumi sebelum rasa sakitku terbayarkan." Naya berlalu dengan satu gelas jus di tangannya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***