Setibanya kami dirumah, rumah tampak masih berantakan, tetapi ada beberapa orang tetangga terdekat yang mulai membersihkan tiap sudut rumah. Mereka menyapu lantai, menggulung tikar, dan mencuci piring serta gelas kotor bekas minum dan makan para pelayat sehabis dari kuburan.
Aku melihat keluarga Mas Hanung tampak duduk santai di sofa ruang keluarga sembari memainkan ponsel. Begitu melihat kedatangan ku, salah satu diantara mereka menyela.
''Apa enggak capek bersandiwara, pura-pura merasa paling kehilangan, padahal aslinya mah kesenangan karena sudah berkurang satu beban!''
Resti, adik ipar ku berkata begitu lancar dan lancang. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu.
Mas Hanung tampak mencium pucuk kepala anak Resti berulangkali kali, anak perempuan yang berusia dua tahun. Cantik, dengan rambut lebat bewarna hitam dikepang dua, dan menjadi anak kesayangan keluarga Mas Hanung, termasuk Mas Hanung sendiri, dia sangat menyayangi anak Resti, karena katanya sedari dulu dia memang menginginkan anak perempuan, dan tidak menginginkan anak laki-laki, itulah kenapa dia memperlakukan Hasan dan Husein selama ini dengan setengah hati. Pun saat ini dia sama sekali tidak peduli sama kondisi aku dan Husein, sekalipun dia tidak pernah berusaha untuk menghibur atau mengajak aku sekedar berbicara berbagi duka atas meninggalnya Hasan. Pasangan suami istri macam apa kami ini, suami istri yang hanya sekedar status saja.
''Resti! Kalau kamu hanya bisa menambah rasa sedihku karena perkataan kotor mu itu, mendingan sekarang juga kamu pulang dari rumah ini. Pergi dari sini Sekarang juga!'' kata ku lantang. Dada ku bergemuruh hebat, aku tidak dapat lagi mengendalikan emosi yang dari kemarin tertahan. Sungguh, keluarga Mas Hanung sama sekali tidak pernah menghargai aku, mereka sama sekali tidak bersimpati atas meninggalnya Hasan, bahkan tadi, aku melihat tiada tangis dan rasa sedih di wajah mereka, mereka terlihat biasa saja seperti tidak merasa kehilangan.
''Indah, sudah tidak usah baper, sana, mending kamu masuk kamar, bawa Husein juga. Suara mu itu bikin Cantika takut,''
Bukannya membela aku, tapi Mas Hanung malah berkata membentak dengan wajahnya yang tampak marah, kedua tangannya memeluk tubuh anak Resti yang bernama Cantika.
Jujur, saat ini aku merasa begitu hina, sikap Mas Hanung dari dulu tidak pernah berubah. Bahkan setelah kematian Hasan, dia sama sekali tidak berubah.
Sesak di dada semakin kentara aku rasa. Netra ku mendadak berkaca-kaca. Belum hilang rasa sedih dan sakit karena ditinggal mati Hasan, kini, suamiku sendiri malah menorehkan luka yang semakin dalam dan menganga. Husein memeluk pinggang ku, sementara keluarga Mas Hanung tersenyum sinis melihat kearah ku. Dan para tetangga yang menyaksikan tampak menggeleng kepala dengan wajah prihatin.
''Suami macam apa kamu ini, Mas!'' tambah ku dengan suara serak.
''Apa maksud mu?'' kini, nada bicaranya sedikit melunak, tangannya sibuk mengelus punggung Cantika, aku tahu, dia takut membuat Cantika menangis.
''Ah sudahlah. Kamu dari dulu memang tidak pernah peduli sama aku dan anak-anak,'' balasku, lalu melangkahkan kaki memasuki kamar dengan menggandeng tangan Husein.
Setibanya di dalam kamar, aku meminta agar putra ku yang tampan berbaring di atas kasur, tangan ku mengelus punggung nya. Sekarang hanya Husein yang aku punya, hanya dia sumber semangat hidupku, aku harus menjaga dan merawat Husein dengan baik.
''Ma, Papa kok dari dulu tidak pernah menyayangi kita?'' tanya Husein, ''Papa lebih menyayangi Cantika dibandingkan aku dan Kak Hasan yang merupakan anak kandung Papa sendiri,'' sambungnya.
Aku tak mampu menjawab pertanyaan tersebut, lidah ku seakan kelu.
''Sudah, kamu tidak perlu bertanya hal yang tidak penting Sayang. Meskipun Papa tidak menyayangi kita, tapi kamu harus selalu ingat, Mama akan terus menyayangi kamu dan Mama juga akan terus berdoa untuk kebaikan kamu dan Kak Hasan,''
''Terimakasih Ma. Aku janji, saat aku sudah besar nanti, aku akan menjaga Mama dengan sepenuh hatiku, tidak akan aku biarkan seorang pun yang menyakiti Mama ku tersayang,''
Mendengar perkataan Husein, membuat aku merasa terharu. Semoga saja Husein berumur panjang, dan menjadi lelaki sejati yang bisa bersikap adil antara Mama dan istri nya kelak.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments