Luna
Sejujurnya aku tak pernah menyangka kalau seorang Noah akan menyukaiku. Aku hanya mahasiswi biasa, bukan mahasiswi yang terbiasa gaul sana sini. Bisa dibilang aku agak introvert. Aku tak pandai bergaul. Satu-satunya sahabatku ya Ariel.
Sejak awal kuliah, aku dan Ariel satu kelas. Dimana ada Ariel, di situ ada aku. Awal mula mengenal Noah yang beda jurusan adalah pertemuan kami yang tak sengaja di kampus.
Noah ibarat magnet yang memikat para gadis yang melihatnya. Penampilan Noah yang selalu rapi dan bersih menjadi salah satu nilai plusnya di antara pengurus senat lain yang bak anak lupa pulang. Kucel dan jarang ganti baju.
Noah juga anak keluarga berada. Papanya salah satu lurah di lingkungan elit Jakarta Selatan. Kemana-mana Noah selalu naik mobil. Makin keren saja Noah di mata para mahasiswi.
Aku dan Ariel suka membicarakan tentang rekan satu angkatan kami yang terkenal tampan, salah satu yang sering kami bicarkan adalah Noah. Siang itu, aku tak menyangka akan menjadi hari dimana Noah mengenalku lebih dekat lagi.
Aku sedang berjalan seorang diri ke kantin. Aku lapar sehabis kuliah statistik. Otak rasanya diperas sampai habis. Aku janjian dengan Ariel di kantin dan Ariel berjanji akan menyusul karena ingin foto copy dahulu.
Malang bagiku, saat aku melangkah masuk ke dalam kantin aku bertubrukan dengan Noah yang membawa es teh manis.
Brukk!
Aku dan Noah sama-sama terbelalak, apalagi saat baju yang kukenakan basah oleh es teh manis yang Noah bawa. "Ya ampun, maaf, maaf banget!" kata Noah penuh penyesalan.
Rasa lapar yang tadi kurasakan langsung meluap. Bajuku basah dan aku masih harus mengikuti kelas berikutnya. Bagaimana aku bisa masuk kelas kalau bajuku basah begini?
Aku tak berkata apa-apa. Rasanya kemarahanku sudah diubun-ubun namun aku terbiasa menyembunyikan perasaanku dari orang lain.
"Maafin aku. Sungguh, aku tak sengaja. Hm ... pakai jaket aku saja ya? Kamu harus ganti baju agar tidak masuk angin!" Noah terlihat merasa bersalah. "Tunggu sebentar, aku ambilkan jaketku dulu ya di mobil!"
Tanpa menunggu jawabanku, Noah berlari. Aku diam mematung, tak tahu harus berbuat apa. Semua pasang mata kini menatapku. Ada yang berbisik-bisik membicarakanku. Malu sekali rasanya.
Tak lama kemudian Noah datang dengan membawa jaket miliknya. Wajahnya terlihat berkeringat dengan nafas yang tersengal sehabis berlari lumayan jauh sampai ke parkiran.
"Maaf la ... ma. Ayo ... kita ganti baju ... kamu," kata Noah dengan suara terbata-bata. Ia masih mengatur nafas yang tersengal sehabis berlari jauh.
Dengan patuh aku menurut saja apa yang Noah suruh. Noah memberiku jaket miliknya. Aku terima pemberian dari Noah lalu masuk ke dalam toilet perempuan. Aku melepas kemejaku yang basah. Tubuhku juga agak lengket karena ketumpahan teh manis. Aku bilas sedikit tubuhku lalu memakai jaket Noah yang tentunya kebesaran di tubuhku.
Jaketnya harum, masih tertinggal bekas parfum yang ia kenakan. Benar-benar berbeda dengan mahasiswa lain yang jaketnya kucel dan bau ketiak. Aku lalu keluar dan melihat Noah masih menungguku dengan sabar.
"Agak kegedean sedikit tak apa ya? Aku tak bawa baju ganti lagi." Noah mengamati tubuhku yang memakai jaket miliknya yang kebesaran di tubuh langsingku.
"Iya. Tak apa," jawabku pelan.
"Oh iya, kamu anak jurusan apa? Perkenalkan, aku Noah!" Noah mengulurkan tangannya padaku.
"Management. Aku Luna, kita satu angkatan loh." Aku membalas uluran tangan Noah.
"Ah masa sih? Kok aku enggak pernah melihat kamu sih? Mata aku tajam loh kalau melihat cewek yang cantiknya natural kayak kamu," goda Noah.
Aku membalas ucapan Noah dengan senyuman. Aku salah tingkah, kuselipkan anak rambutku ke belakang telinga. Hal yang kulakukan untuk menutupi rasa maluku.
"Hmm ... Luna, tadi kamu mau makan di kantin bukan? Untuk menebus kesalahanku, aku traktir kamu ya?" ajak Noah.
"Oh, enggak usah. Kamu sudah pinjamkan aku jaket. Aku anggap kamu sudah bertanggung jawab," tolakku. "Jaket kamu akan kukembalikan setelah aku cuci nanti."
"Ah ... santai saja. Itu sih gampang. Hari ini biarkan aku traktir kamu ya, ayo!" Tanpa permisi, Noah menarik tanganku dan mengajakku ke kantin. Tentu saja apa yang Noah lakukan membuat banyak pasang mata menatap ke arah kami penuh tanda tanya. Susah memang kalau jalan dengan idola kampus, selalu jadi pusat perhatian.
Noah lalu memesankan mie ayam bakso untukku. Makanan yang tadi memang aku ingin beli sebelum tertabrak olehnya. Kami mengobrol sambil makan.
Ternyata Noah orangnya asyik juga. Meski baru kenal tapi kami sudah mengobrol layaknya teman akrab. Aku juga suka caranya membuatku tertawa. Sekarang aku mengerti kenapa banyak mahasiswi yang menyukai Noah.
Sejak saat itu, aku dan Noah makin dekat. Noah suka mengajakku makan siang bareng. Noah juga menungguku selesai kuliah untuk mengantarku pulang.
Setiap bersama Noah, jantungku terus berdegup kencang. Wajahku terasa memanas. Hatiku selalu berbunga-bunga. Aku sangat yakin kalau aku sedang dilanda cinta.
Hari-hari yang kami habiskan selalu menyenangkan. Noah membuatku selalu ditatap dengan tatapan iri oleh para mahasiswi, seakan aku adalah saingan terbesar mereka. Ada perasaan bangga saat aku jalan bersama Noah. Ketenaran yang tak pernah aku miliki selama ini dan juga perhatian dari semua orang.
Setelah sebulan kami dekat, Noah mengajakku makan malam di salah satu cafe dengan konsep yang unik. Cafe dengan cemilan enak risol dan teh tarik menjadi saksi pernyataan cinta Noah padaku.
"Luna, kamu tahu tidak, selama ini aku begitu bodoh. Aku tak tahu kalau di kampus kita ada mahasiswi secantik kamu. Kamu tuh ibarat mutiara yang tertutup cangkang kerang. Tak semua orang menyadarinya,"
"Sejak mengenal kamu, aku merasa hidupku lebih berwarna. Aku jadi semangat ke kampus. Kamu membuatku jadi rajin belajar. Aku juga mengenal apa itu ... cinta," ujar Noah.
"Cinta?" Aku mengulangi perkataan Noah. Oh My God, apakah Noah akan menyatakan perasaannya padaku? Apakah selama ini perasaanku terbalaskan?
"Iya, cinta. Luna, aku cinta sama kamu. Sejak pertama bertemu, aku sudah jatuh cinta sama kamu. Hatiku sudah terjerat pesonamu. Maukah kamu menjadi pacarku?" Noah lalu mengeluarkan setangkai bunga mawar yang ia sembunyikan di jaket miliknya.
Wah ... daebak!
Noah menyatakan perasaannya padaku!
Mimpi apa aku semalam?
"Kamu ... serius?" tanyaku yang masih tak percaya kalau semua ini bukan mimpi. Seorang Noah loh yang menyatakan cintanya padaku! Idola para gadis di kampus yang begitu dielu-elukan malah mencintaiku. Betapa beruntungnya aku dicintai olehnya.
"Kamu tak percaya kalau aku beneran mencintai kamu? Aku mengerti. Mungkin karena banyak mahasiswi yang mengidolakanku, kamu pasti berpikir kalau aku tak serius. Percayalah, Luna, aku sangat serius. Baru kali ini aku jatuh cinta pada seorang gadis dan gadis itu kamu. Hanya kamu yang memenuhi pikiranku sejak hari kita pertama bertemu. Luna, aku tanya sekali lagi sama kamu, maukah kamu menjadi pacarku?" Noah menggenggam tanganku dan mengecupnya dengan lembut.
Oh My God!
"Aku .... " Aku memejamkan mataku sejenak, menetralisir debaran jantungku yang bertalu kencang. Bagaimana aku bisa menolak semua keberuntungan ini dalam hidup? Noah gitu loh! Bodoh rasanya kalau aku menolak cinta Noah sementara wanita lain sibuk mengejar cintanya. "Aku mau jadi pacar kamu!"
****
Hi Semua! Nungguin update novel ini ya? Maaf aku kemarin sibuk sekali. Kita mulai lagi ya up novelnya. Jangan lupa vote, like, add favorit dan komen. Maacih 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
merti rusdi
sa ae kukusan nasi!
2024-06-17
0
merti rusdi
Buaya kalo udah naek ke darat ya kayak gini suaranya sih
2024-06-17
0
Dwisur
Luna
Noah
Ariel
NNT ada Maya juga ya
2023-07-09
3