Wajah mereka sangat mirip

Rayan saat ini berada di kantor polisi setelah para warga menolongnya. Kedua penculik di hajar massa dan di bekuk oleh polisi.

“Namamu siapa, Dek?” tanya pria berseragam polisi yang duduk di hadapannya.

“Rayan,” jawabnya sambil memakan es krim yang di berikan oleh polisi agar dia tidak menangis.

“Lalu rumahmu di mana? Nanti Bapak akan mengantarkanmu pulang,” lanjut polisi tersebut.

“Aku tidak tahu, Pak.” Rayan menggeleng pelan. “Tapi, rumahku sangat besar seperti istana.” Rayan menjawab sembari melebarkan kedua tangannya, seolah sedang mengukur lebar rumah mewahnya. Tingkah bocah kecil itu sangat menggemaskan, membuat para polisi di sana terkekeh melihatnya.

“Kalau begitu nama kedua orang tuamu siapa?” tanya polisi itu lagi.

“Nama Daddy Jericko Clark. Daddy adalah pengusaha terkaya di Negara ini. Dan nama Mommy ... Jasmine ...” jawab pria kecil itu, sengaja menyebut nama Jasmine, ia merasa insecure karena tidak memiliki ibu.

“Kamu memang anak yang cerdas. Bapak tahu alamat rumahmu.” Polisi itu segera beranjak dari duduknya.

Keluarga Clark adalah keluarga konglomerat di Negara itu. Semua orang dari berbagai kalangan mengenal keluarga tersebut.

“Bapak tahu alamatku?” tanya Rayan dengan tatapan bulat dan sangat menggemaskan.

“Tentu saja tahu. Bahkan alamat kakek buyutmu pun Bapak tahu,” jawab polisi tersebut.

“Waoww! Bapak sangat hebat, tapi tunggu dulu, aku akan menghabiskan es krimku.” Rayan menjawab dengan nada yang lucu. Rayan teringat perkataan Jasmine, kalau makan sesuatu tidak boleh di sisakan, nanti Tuhan akan marah.

“Baiklah. Bapak, akan menunggumu.”

*

*

“Sudah menemukannya?” tanya Ricko pada anak buahnya melalui sambungan telepon.

“Kami sudah menemukan jejaknya. Ada saksi mata mengatakan kalau di jalan X telah terjadi penculikan anak, dan dua pelaku sudah di gelandang ke kantor polisi, berikut dengan anak yang di culik itu. Aku yakin kalau anak tersebut adalah Rayan, Pak,” jawab anak buah Ricko di ujung telepon sana.

“Aku tunggu kabar baiknya lagi. Dan semoga anak itu adalah putraku,” ucap Ricko lalu segera mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

“Bagaimana, Pak?” tanya Jasmine dengan cemas.

“Sebentar lagi Rayan akan di temukan.” Ricko menjawab dengan datar dan dingin.

Jasmine sedikit bernafas lega, meski hatinya masih tidak tenang.

Deru suara mobil memasuki halaman rumah mewah Ricko. Ricko tahu siapa yang datang, ternyata kabar di culiknya Rayan sudah sampai di telinga keluarganya.

“Bagaimana bisa cicit kesayanganku sampai di culik!!” seru suara bariton saat memasuki rumah mewah itu sambil memegang tongkat sakti yang berbentuk ular naga.🤣

“Jas! Kamu bagaimana bisa kecolongan seperti ini!” seru Jeje pada Jasmine yang menundukkan kepala.

“Aku sudah mempercayakan kedua cicitku kepadamu!” lanjut Jeje penuh emosi.

“Maafkan saya, Tuan, Nyonya.” Jasmine mengakui kesalahannya, dengan perasaan penuh sesal, ia terus mengucapkan kata maaf kepada pasangan yang sudah tidak muda lagi itu.

“Pokoknya kalau sampai Rayan belum di temukan sampai malam nanti, kau harus menanggung akibatnya!!” desis Xander pada Jasmine.

“Oma, Opa, ini sepenuhnya bukan kesalahan Jasmine. Ini juga kesalahanku, andai saja aku tidak memberikan izin kepada mereka pergi ke Mall, ini semua tidak akan terjadi.” Ricko memberikan penjelasan.

Jasmine menatap Ricko penuh haru. Ia tidak menyangka pria sedingin kulkas 5 pintu itu membelanya.

“Tapi, dia tetap salah karena lalai menjaga kedua cicitku!” sahut Jeje masih tidak terima sambil menunjuk wajah Jasmine.

Jasmine semakin menundukkan kepalanya. Gadis itu semakin merasa bersalah dan menyesal.

Semua orang yang berada di ruang tengah itu terdiam. Ketegangan semakin menjadi, namun tidak berselang lama suasana di sana mencair ketika mendengar suara anak kecil dari luar rumah.

“Kak Jas! Daddy!”

Semua orang yang ada di sana, termasuk para pelayan di rumah mewah itu langsung berlari ke halaman. Ternyata benar kalau yang berteriak adalah Rayan.

Rayan pulang ke rumah di antar oleh polisi dan di kawal oleh para anak buah Ricko. Rayan menangis histeris sambil turun dari mobil, berlari ke arah keluarganya yang berdiri di halaman rumah.

Ricko yang sudah menyambut putranya dengan haru pun harus menelan kekecewaan karena putranya itu bukan memeluknya, melainkan memeluk Jasmine dengan erat, menumpahkan tangisnya di sana.

Tindakan Rayan yang memeluk Jasmine, membuat semua orang tak terkecuali para pelayan sangat terkejut.

“Kak Jas, aku sangat takut.” Adu Rayan pada Jasmine.

“Maafkan Kak Jasmine karena tidak menjagamu dengan baik,” ucap Jasmine lalu mengecupi seluruh wajah Rayan dengan penuh kasih sayang.

Semua yang di lakukan Jasmine tidak luput dari perhatian semua orang. Termasuk Ricko yang menjadi cemburu berat, karena Rayan lebih memilih memeluk Jasmine.

Akan tetapi ada satu hal yang membuat mereka tersadar, yaitu Rayan dan Jasmine seperti ibu dan anak, bahkan wajah mereka pun sangat mirip.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***