"Ayo, cepat Lara! Mereka akan menemukan kita! Kita harus masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan!" ujar seorang pemuda berambut pirang. Mata biru dan wajah tampannya penuh dengan kekhawatiran. Punggung baju tunic biru tua yang dikenakannya telah basah karena keringat, namun dia tidak mempedulikannya sedikitpun.
"Kurasa kita sudah masuk cukup dalam dari hutan terlarang ini," balas seorang gadis cantik dengan wajah datar. Gadis itu berambut hitam pendek dengan mata berwarna hitam. Ada sedikit rasa kesal dalam hati, tidak tahukah pemuda di depannya sekarang ini, bahwa ini adalah pertama kali dalam tujuh belas tahun hidupnya, dia berlari sekencang dan selama tadi? Stamina seorang wanita dan pria tetap sangat berbeda walau mereka seusia. Pemuda itu tidak punya hak memaksa dirinya untuk terus berlari. "Dan juga, aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk terus berlari, Fedrick."
Mendengar perkataan Lara, Fedric berhenti berlari. Walau gadis di belakangnya bermuka datar, dia bisa merasakan kejengkelan yang ada. "Maaf Lara, kurasa kau benar. Sebaiknya kita beristirahat dulu sebentar."
Tidak mempedulikan Fedrick, Lara berjalan pelan menuju sebatang pohon oak besar dan duduk di bawahnya. Napas gadis itu masih sedikit terengah-engah, menutup mata dia berusaha menenangkan kejengkelan dalam hati.
Fedrick tidak mengatakan apa-apa. Pemuda itu mengikuti Lara beristirahat sejenak dengan duduk di samping sang gadis. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Sejujurnya, dia juga sangat kecapekan, tetapi dia tidak begitu berani mengambil resiko berhenti dan ditemukan pengejar mereka.
"Kurasa mereka tidak akan berani masuk ke dalam hutan terlarang ini untuk sementara," suara Lara yang tiba-tiba memecahkan keheningan membuat Fedrick terkejut. Mata biru pemuda itu segera tertuju pada gadis di sampingnya. "Istirahatlah dengan tenang sejenak."
Fedrick menghela napas. "Kurasa kau benar. Tapi, kita juga harus hati-hati di dalam hutan ini. Kita sama sekali tidak tahu apa yang ada di dalam hutan ini."
"Aku tahu, Fedrick." Balas Lara pelan. Mata hitamnya melihat sekeliling mereka yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar berusia ratusan tahun. Cahaya matahari yang sedikit minim karena terhalang daun dan cabang pohon membuat hutan ini terlihat berbeda dengan hutan biasanya.
Hutan yang mereka masuki ini adalah hutan yang dikenal dengan nama 'Hutan terlarang'. Menurut cerita yang ada, hutan ini dipenuhi dengan makhluk-makhluk sihir serta jebakan sihir kuno yang akan menyesatkan siapa saja yang memasukinya. Tak pernah ada yang kembali dari hutan ini hidup-hidup setelah memasuki hutannya.
𝘓𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢...
Suara senandung nada yang tiba-tiba terdengar dari kejauhan membuat Fedrick dan Lara langsung berdiri.
"Suara apa itu?" mata Fedrick terbelalak tidak mempercayai apa yang di dengarnya.
"Diam, Fedrick." Perintah Lara pelan. Namun kewaspadaan dalam hatinya tidak berkurang sedikitpun.
Baik Fedrick maupun Lara bisa mendengar dengan jelas suara senandung yang ada. Namun, tidak tahu kenapa suara senandung nada itu membuat mereka berdua merasa sedikit relaks. Harus diakui, suara itu sangat merdu, jernih dan indah. Membuat mereka berdua tertegun dan sekaligus penasaran.
"Suara manusia, kah itu? Bukannya tidak ada manusia yang tinggal di hutan ini?" tanya Fedrick kebingungan, "Tapi, indah sekali suaranya." akunya pelan.
Lara mengangguk kepala, dia setuju dengan apa yang dikatakan Fedrick. Suara yang di dengarnya adalah suara terindah yang pernah dia dengar. Namun, pertanyaan Fedrick juga benar, suara manusia kah? atau makhluk sihir yang ada dalam hutan?
Menatap Lara, Fedrick bisa melihat kewaspadaan dan juga penasaran. Tapi, suara itu terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Seakan bisa membaca pikiran Fedrick, Lara mengangguk kepala. Tidak mempedulikan pemuda yang menatapnya, kakinya melangkah pelan menuju sumber suara.
Fedrick mengikuti Lara dalam diam. Semakin dekat mereka pada sumber, kewaspadaan mereka semakin meningkat. Beberapa meter mereka berjalan, mereka berdua kemudian menemukan sebuah danau kecil. Namun, apa yang kemudian dilihat membuat mereka tertegun.
Ada seorang gadis seusia mereka sedang menari sambil menyandungkan nada di samping danau tersebut. Beberapa ekor burung kecil terbang di sampingnya, seakan menemaninya menari. Gadis itu memiliki kulit putih bersih seperti salju yang dibalut sehelai tunic berwarna coklat tua. Rambut emas panjangnya yang indah terbang dimainkan angin saat dia menari, lalu, sepasang mata hijaunya yang bersinar penuh keluguan seperti anak kecil—gadis itu sangat cantik.
Fedrick dan Lara berdiri mematung melihat gadis tersebut. Terpesona—gadis itu terlalu cantik, seakan-akan bukan beasal dari dunia ini.
Menyadari kehadiran Fedrick dan Lara, gadis itu berhenti menari dan menyandungkan nada. Mata hijaunya yang kemudian segera terarah kepada mereka terbelalak. Terlihat jelas gadis itu sangat terkejut dengan keberadaan mereka berdua.
"Ma-maaf, kami tidak bermaksud mengejutkanmu.." Fedrick terbata-bata mengeluarkan suaranya begitu melihat gadis itu menatap mereka. Sedangkan Lara, gadis berambut hitam itu hanya berdiri diam tanpa mengatakan apapun.
Mendengar ucapan Fedrick, gadis itu mengangkat ujung bibirnya dan tersenyum ceria. Kedua kakinya yang ramping bergerak dengan pelan menuju arahnya dan Lara.
Wajah Fedrick memerah begitu melihat senyum gadis itu. Hatinya berdetak dengan sangat cepat. Semakin dekat gadis itu berjalan ke arah mereka, semakin jelas dia bisa melihat wajah gadis tersebut. Dirinya telah melihat begitu banyak wanita yang dikatakan cantik, tapi kecantikan gadis di depannya sekarang jelas telah mengalahkan kecantikan mereka.
Namun, baru melangkah beberapa langkah, gadis itu terjatuh karena tersandung batu di depannya. "Aduh!"
Melihat gadis itu terjatuh Fedrick serta Lara segera berlari mendekat dan membantunya berdiri. Seharusnya mereka waspada terhadap gadis tidak dikenal tersebut, tapi hati mereka berkata lain.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Fedrick pelan sambil mengulurkan tangan membantu gadis itu berdiri.
"Terima kasih, aku tidak apa-apa," tawa gadis itu menerima uluran tangan Fedrick. "Aku hanya tersandung batu saja."
Suara tawa gadis itu sangat indah seperti dentingan lonceng. Sepasang mata hijaunya berbinar-binar persis seperti seorang anak kecil.
"Ketemu!" seru seseorang dari belakang mereka tiba-tiba.
Fedrick, Lara dan gadis berambut emas tersebut segera menolehkan pandangan mata pada sumber suara. Mata Fedrick dan Lara langsung terbelalak saat melihat dua orang pria berpakaian hitam berdiri dengan senyum menyeringai tidak jauh dari mereka.
Berpakaian hitam dari atas hingga bawah dengan badan tegap besar, sebilah pedang terikat di pinggang kedua pria tersebut.
"Di sini rupanya kalian," tawa salah satu pria sambil berjalan mendekat. Matanya kemudian langsung terbelalak saat melihat gadis berambut emas di samping Fedrick dan Lara. "Wah! Siapa gadis cantik di samping kalian itu?"
Pria satu lagi juga tidak kalah terkejutnya saat melihat gadis berambut emas tersebut. Tersenyum menyeringai semakin lebar, dia menjilat bibir bawahnya, "Kita hanya diperintahkan untuk menangkap mereka berdua saja. Berarti, kita boleh melakukan sesuka kita terhadap gadis itu, kan?" tanyanya.
"Kau benar!" balas temannya sambil tertawa.
Fedrick segera sadar dengan niat tidak baik kedua pria tersebut. Dengan sigap di memerintah Lara, "Lara, cepat lari! Bawa juga gadis itu lari dari sini!"
"Bagaimana denganmu?" tanya Lara dengan tenang. Namun, mata hitamnya menghianati ketenangan di wajah cantik tersebut—kepanikan terlihat jelas.
"Aku akan mencoba menahan mereka. Cepat lari dari sini!" perintah Fedrick lagi sambil berlari ke arah kedua pria tersebut.
Fedrick mengeluarkan sebuah pisau pendek dari belakang punggungnya untuk menyerang kedua pria berpakaian hitam di depan. Namun, kedua pria tersebut dengan gesit menghindari serangannya Salah satu dari pria tersebut kemudian menangkap tangan Fedrick yang memegang pisau pendek, dan dari samping, pria satu lagi menendangnya hingga terpental ke belakang.
"Fedrick!" teriak Lara sambil berlari mendekati Fedrick.
"Aku tidak apa-apa Lara. Cepat lari dari sini!" Ujar Fedrick pelan. Kesakitan terpancar jelas dari ekspresi wajah tampan itu, sedangkan tangan kanannya memegang bagian perut yang ditendang.
Lara membalikkan badan menghadap arah kedua pria tersebut. Mengangkat tangan kanan, sebuah lingkaran sihir berwarna biru muncul di depannya. Mulutnya dengan cepat membacakan sebuah mantra sihir. Namun, sebelum gadis itu menyelesaikan mantranya, salah satu dari pria tersebut telah berlari mendekati dan meninjunya hingga jatuh ke bawah.
Sihir Lara pun gagal.
Tersenyum melihat keadaan yang ada, pria satunya lagi segera berjalan mendekati gadis berambut emas yang dari tadi hanya berdiri diam bagaikan patung. Gadis itu berjalan mundur ke belakang saat pria tersebut mengulurkan tangan untuk menangkap dirinya. Ketakutan memenuhi mata hijau tersebut. Saat tangan pria itu akan menyentuh gadis itu. Gadis itu menutup mata dan berteriak keras. "A-Apel!!!."
Sebuah pilar api tiba-tiba muncul di tengah gadis berambut pirang dan pria yang ingin meraihnya. Terkejut, pria itu menghentikan gerakannya dan meloncat mundur ke belakang.
Tidak tahu sejak kapan, tanpa disadari semua yang ada, seorang pemuda berambut hitam telah berdiri di depan gadis berambut emas tersebut. Pemuda itu terlihat seusia dengan sang gadis. Berbadan tinggi tegap dan proposional, hanya saja, wajahnya tidak kelihatan dengan jelas. Seulas kain putih panjang menutup kedua mata sang pemuda seperti yang dilakukan orang buta pada umumnya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments