Tales Of Darkness And Light
Anak laki-laki itu berlari memasuki hutan. Bulan purnama yang menghiasi langit malam membuat dia dapat melihat sekelilingnya dengan baik. Bola matanya yang berwarna merah bagaikan darah sama sekali tidak mempedulikan sekeliling. Pohon-pohon yang menjulang tinggi berusia ratusan tahun, udara dingin yang menusuk tulang, kesunyian tanpa suara yang mencekam, tapi, itu semua tidak menakutkan baginya sedikitpun.
Seluruh tubuh anak itu dipenuhi dengan darah dan luka. Dia yang terus berlari seakan masih ada yang mengejarnya telah mati rasa. Darah dan luka bukanlah hal baru baginya, dia sudah terbiasa dengan itu semua.
"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵... 𝘒𝘢𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯..."
"𝘚𝘦𝘵𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩… "
"𝘗𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯…"
"𝘗𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩…"
"𝘐𝘣𝘭𝘪𝘴…"
"𝘒𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯… "
Kata-kata yang ditujukan kepadanya oleh orang-orang yang ditemuinya terus tergiang di dalam kepala. Rasa sakit yang luar biasa tiba-tiba menyerang kepalanya. Sakit hingga kepalanya terasa akan pecah. Mengangkat kedua tangan menyusuri rambut hitamnya, dia menekannya kuat-kuat, seakan berharap rasa sakit yang ada akan menghilang. Hanya saja, itu tidak berhasil.
Dia tidak sadar berapa lama telah berlalu saat dia berlari, dan juga, seberapa dalam hutan ini telah dia masuki. Berlari dan terus berlari, tanpa arah dan tujuan—anak itu terus berlari sampai akhirnya dia menemukan sebuah danau.
Tidak begitu besar, namun sangat indah dan bersih. Di tengah hutan yang begitu gelap dan suram, di bawah sinar rembulan malam, danau tersebut bagaikan sebuah cermin.
Berhenti berlari, dengan napasnya yang tidak beraturan, anak itu kemudian berjalan dengan pelan mendekati danau di depan mata. Bulan purnama yang terang di atas langit membuat dia bisa melihat dengan jelas bayangan dirinya yang terpantul di air danau. Rambut berwarna hitam, wajah putih pucat, bola mata berwarna merah, serta—darah merah melumuri wajahnya.
Mengepal jari jemarinya yang penuh darah, anak itu memukul air dan membuyarkan bayangan yang terpantul di danau. Dia tidak ingin melihatnya. Sosok dirinya yang seperti itu; sosok yang dibenci, menakutkan, terkutuk dan juga—menyedihkan.
Tiba-tiba, suara nyanyian seseorang terdengar memenuhi hutan yang sunyi. Terkejut, anak laki-laki tersebut segera bangkit menatap sekelilingnya penuh kewaspadaan. Memusatkan indra pendengaran dan penglihatan, dia berusaha mencari sumber suara yang ada. Namun, dia tidak menemukan apa-apa.
Dia tetap berwaspda, namun dia harus mengakui bahwa suara yang masih mengalun itu begitu merdu, indah dan sangat lembut—suara yang bisa menenangkan siapapun yang mendengarnya.
Lalu, pandangan mata anak laki-laki itu kemudian tertuju ke tengah danau. Di tengah-tengah danau tersebut, setangkai kuncup bunga besar berwarna putih tumbuh dengan kecepatan luar biasa. Bunga itu sangat besar dan memancarkan cahaya putih lembut. Diiringi suara nyanyian yang ada, kuncup bunga tersebut perlahan-lahan terbuka—mekar dalam kegelapan malam hutan.
Anak laki-laki itu tidak tahu apa yang terjadi. Saat kuncup bunga itu terbuka sempurna, dia melihat seorang gadis kecil seusianya berada di dalam. Duduk dengan badan mungil yang tidak tertutup sehelai benangpun, gadis itu bernyanyi dengan mata tertutup. Anak laki-laki itu segera sadar, pemilik suara nyanyian yang mengalun tidak lain adalah gadis dalam bunga tersebut.
Rambut gadis kecil itu berwarna emas panjang dengan kulit berwarna putih bersih. Cahaya bulan purnama membuat anak laki-laki itu bisa melihat dengan jelas wajah cantik sang gadis. Mata gadis kecil itu perlahan-lahan terbuka, mata jernih berwarna hijau yang sangat indah. Saat mata mereka berdua bertemu, gadis kecil itu berhenti bernyanyi. Kedua ujung bibirnya perlahan terangkat—dia tersenyum kepada sang anak laki-laki.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments