Els melakukan aktivitas harian nya, kini wanita itu tengah di ruangan setrika, ada tiga buah keranjang dengan gunungan full baju kering yang harus di setrika, dan semua pakaian itu harus mengantri menunggu tangan ajaib Els menyentuhnya hingga terlipat licin dan rapih siap pakai bagi sang pemilik.
"Els..." ibu mertuanya mendatangi Els yang sedang berduet ria dengan kemenakannya Iron Man yang bolak balik di atas lembaran kain.
"Ya Bu" sahut Els.
"Ibu mau pergi arisan, kamu temenin ibu ya" ucapnya.
"Hah.." Els mengehentikan gerakan tangannya, dan menatap tak percaya pada ibu mertuanya itu. "Ibu ngajak Els?" Els memastikan telinganya tidak salah dengar.
"Iyalah kamu, memang siapa lagi yang bisa ibu ajak? Dini sibuk di tokonya, Lisa juga sekolah. Kan cuma ada kamu di rumah" sahut ibu Nunik.
"Tapi Bu, setrikaan Els masih banyak" ucap Els.
"Jadi baju-baju tak berguna itu lebih penting dari pada ibu mertuamu ini?" serunya.
"Bukan begitu Bu, baiklah Els temani ibu pergi arisan" putus Els, karena menolak pun percuma.
"Jangan terpaksa gitu dong Els" protesnya.
"Els tidak terpaksa Bu" ucapnya menampilkan senyum hangat. "Mau berangkat jam berapa?" sambung Els.
"Ini ibu udah mau berangkat, kamu ganti baju dulu" perintahnya.
"Iya Bu" sahut Els pergi ke kamarnya untuk menggantikan pakaian.
•••
Els mengikuti Ibu mertua nya pergi arisan, sebenarnya Els sangat tidak suka dengan acara kumpul-kumpul seperti ini, namun Els terpaksa mengikuti kemauan ibu mertuanya. Els adalah wanita yang pendiam, ia sulit bergaul dengan lingkungan luar, Els selalu tidak nyaman saat berada di keramaian, Els lebih suka berdiam diri di rumah, sendirian di kamar atau berada di tempat yang sunyi. Els juga hanya memilikinya satu teman, dia adalah Widia, satu-satunya teman yang tidak bosan berada di sisi Els dengan sikap pendiam nya.
"Jeng Nunik apa kabar?" seru seorang paruh baya seusia dengan mertua Els.
"Jeng Sari" keduanya saling memeluk. "Kabar saya baik, Jeng sendiri apa kabar?" tanyanya.
"Baik juga. Ayo-ayo masuk, jeng Nunik datang sama siapa?" wanita itu melihat ke arah Els.
"Dia istrinya Arya" ucap mertua Els.
"Saya Els Tante" Els mengulang tangan dan memperkenalkan diri.
"Oh... ini istrinya Arya?" menyambut tangan Els. "Ayo masuk" ajaknya pada Els.
"Kok berdua aja, memangnya anaknya Arya tidak ikut?" tanyanya, membuat Els tidak nyaman.
"Arya belum punya anak Jeng, padahal dulu Aryo dan Dini gak sampai setahun langsung hamil" ucap mertua Els.
"Kamu sih Jeng, dulu kan udah aku bilangin buat jodohin anak kita. Lihat Gina, baru tiga bulan menikah sekarang udah hamil" ucap seorang wanita yang datang nimbrung.
"Jeng Retno telat, si Arya udah kecantol sama istrinya itu" ibu melirik Els
"Bukannya Arya udah lama nikahnya?"datang lagi teman Bu Nunik.
"Bukan lama lagi Jeng Rita, ini udah masuk tahun keempat" ketus Mertua Els.
"Wah udah lama itu, coba Jeng Nunik bawa istri Arya periksa kesehatan, jangan-jangan rahimnya gak sehat" datang lagi teman Bu Nunik yang ikut menyudutkan Els.
"Tapi katanya semua baik-baik saja Jeng Sumi, tapi saya juga gak tahu bagian mana yang baik-baik saja itu" sahutnya.
"Kamu harus periksa kesehatan Els, kasian Arya kalau belum juga punya keturunan, jangan sampai Arya punya keturunan di luar sana" ucap teman Mertua Els yang bernama Sari.
"Insyaallah kami berdua sehat Bu, hanya saja Tuhan belum berkehendak menitipkan momongan pada kami" sahut Els menahan perih di hatinya, ternyata ini tujuan mertua Els mengajak dirinya.
"Kalau baik-baik saja gak mungkin belum hamil" sahut wanita yang bernama Retno. "Pasti ada apa-apanya sama kamu, Aryo aja gak selama itu langsung punya anak" ketus nya.
Els hanya bisa menahan sesak di dada selama acara itu berlangsung, Ibu Nunik dan teman-temannya tak berhenti menyudutkan bahkan menyalahkan Els karena belum bisa hamil. Els merasa di kuliti dan di telanjangi harga diri nya sebagai seorang wanita dan seorang istri, apalagi yang melakukannya juga seorang wanita yang seharusnya memberikan nasehat bijak dan motivasi agar dirinya menjadi lebih kuat. Bukanya menghakimi, menyalahkan dan merendahkannya seperti ini.
•••
"Ibu kenapa tega melakukannya semua ini pada Els?" tanya Els ketika mereka baru saja memastikan rumah.
"Apa maksud mu Els?" serunya tak terima dengan pertanyaan menantu nya.
"Ibu kenapa tega mempermalukan aku di depan teman-teman ibu?" Els sudah menangis.
"Ibu tidak mempermalukan kamu Els, ibu dan teman-teman ibu hanya membicarakan fakta yang ada" kilahnya.
"Tapi memiliki keturunan itu di luar kuasa kami Bu, itu hal mutlak Tuhan kapan Dia akan menitipkan keturunan pada hambanya"
"Kamu jangan bawa-bawa Tuhan untuk menutupi kekurangan mu Els" ketuanya.
"Els bicara yang sebenarnya Bu, Els dan Mas Arya itu sehat, Els tidak..."
"Kamu berani mendebat mertuamu Els?" bentaknya. "Ibu ini adalah wanita yang mengandung, melahirkan bertaruh nyawa, menyusui, merawat dan membesarkan pria yang saat ini menjadi suamimu. Pria yang kini menanggung makan, minum dan kebutuhanmu. Kamu mau melawan wanita ini?" serunya.
"Maaf Bu" Els hanya bisa bungkam dan menundukkan kepalanya.
"Kamu jangan jadi wanita gak tahu diri Els, ingat posisimu itu, dasar wanita tak berguna" Ibu Ninik mendorong bahu Els hingga terbentur tembok, lalu pergi meninggalkan Els.
"Kenapa tidak ada yang menyayangi ku hiks..." tangis Els pecah, sesak yang ia tahan di dada hingga membuatnya sulit bernafas itu terlepaskan bersama jatuhnya air mata Els.
"Aku benci diriku sendiri hiks.....hiks.... kamu lemah Els, kamu wanita yang bodoh, kamu tidak berguna hiks...hiks...." Els berdiri di depan cermin memaki dan menyalahkan dirinya sendiri, karena terlalu lemah untuk melawan ketidak adilan yang menimpa dirinya.
"Aku tidak berguna, aku bodoh, aku tolol, aku lemah, aku pecundang, aku tidak berguna hiks...hiks...huhu...huhu...." Els terus menyalahkan dirinya dan menjambak rambutnya, semua makian dan cacian yang pernah Els terima seolah berputar di dalam kepalanya, Els juga mengingat cemoohan yang di lakukan oleh orang tuanya saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Isi kepala Els seolah penuh dengan kata-kata sampah dari orang terdekatnya.
"Tuhan, aku lelah" Els terbaring di atas lantai, suaranya serak, air matanya bahkan tidak bisa mengalir lagi, kepalanya berdenyut terasa sakit, tubuhnya juga lemah, mual, lelah, dan terasa ngilu di beberapa bagian.
"Tuhan aku harus bagaimana? tidak adalah setitik bahagia untukku? apakah kau lupa menuliskan takdir bahagia dalam hidupku?" Els menatap kosong langit-langit kamarnya.
"Sampai kapan aku harus hidup seperti ini? Apa alasanku terlahir ke dunia ini? aku sungguh lelah" Els menutup matanya, tubuh hati dan pikirannya sangat lelah, tidak ada tempat untuk berbagi, suaminya pasti tidak akan berbuat apa-apa meskipun Els mengadu,. bercerita dengan kedua orang tuanya juga tidak mungkin Els lakukan. Bercerita dengan Widia, Els sangat malu.
Entah takdir seperti apa yang Els jalani, jika saja Els memiliki keberanian untuk bunuh diri, mungkin sudah Els lakukan sejak dulu.
🍀
🍀
🍀
🍀
🍀
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments