Bab 05

"Mau makan apa?"

"Gak tau, ngikut aja."

Niken dan Kasih berjalan masuk kedalam Caffe ia duduk dikursi dengan meja no 05.

"Ini kayaknya Caffe baru, soalna rame banget."

Kasih mengangangguk, pelayan caffe itu menghampiri mereka berdua dan menyodorkan menu.

"Mau pesan apa kak?"

"Ini caffe baru ya kak?"

"Ia kak, baru 2 minggu. mau pesan apa?"

"Jus jeruk 2 kentang goreng dua dan ini apa ini?"

"Itu roti selai kak, best seller."

"Boleh deh, Niken mau?"

"Boleh."

"Baik itu saja?"

"Udah."

Pelayan meninggalkan mereka berdua, kemudian datang lagi membawa pesanan. Kasih dan Niken bercanda gurau layaknya sahabat, karna ini hari spesial sebab Zidan mengizinkan Kasuh keluar.

"Eh itu kayak Kevin."

Kasih mengedarkan pandangan, Niken menunjuk kecil kearah pria yang membelakanginya. namun bisa Kasih lihat, jika didepan pria itu ada wanita cantik.

"Kurang aja-"

"Diem disini, jangan gegabah. siapa tau bukan Kevin."

"Itu Kevin, Ken. gue tau, itu Kevin!"

"Iya tapi diem dulu, poto dulu aja."

Kasih segera mengambil ponselnya dan.

Cekrek!

"Dapet?"

Kasih mengangguk.

"Aman, tinggal liat mukanya."

"Lagi ngapain dia disini?" Lanjut Niken.

"Gue samperin aja."

"Jangan Ka, harus main slay~"

Kasih mendesah, ada benarnya juga ucapan Niken.

"Mbak, mbak!"

Kasih menoleh saat pria diujung sana meneriaki pelayan, itu adalah pria yang Kasih di Niken curigai sebagai Kevin.

"Niken, itu suaranya.."

"Ada apa kak?"

"Minumannya tumpah kena pacar saya, tolong lantainya beresin ya."

"Ia kak, baik."

Kasih beranjak dari duduknya, ia tahu betul suara itu milik siapa. Niken mencoba menarik namun Kasih tepis, wanita mana sih yang kuat jika diselingkuhi didepan mata.

"Breng*ek kamu KEVIN!"

"Kasih, ke-kenapa kamu bisa disini?"

"Gue yang seharusnya nanya sama lo, ngapain disini bawa cewek kayak gini?"

Semua mata tertuju padanya, Niken berlari kearah Kasih agar ia bisa menenangkan temannya itu.

"Dia siapa Kevin?"

Kasih menatap gadis imut itu, sepertinya umurnya tak jauh darinya.

"Gue Kasih Siregar, dan Kevin pacar gue!"

"Kata kamu, kamu udah putus?"

"Kapan putusnya, gak pernah tuh."

"Si4lan kamu Kevin!"

Plak!

Kevin terhempas kekiri saat pipinya gadis itu t4mpar, sedangkan Kasih menunggu waktu pas untuk men4mparnya.

"KITA PUTUS!"

Kasih tersenyum, lalu gadis itu pergi meninggalkan. melihat itu Kevin menarik tangan kecil Kasih sampai luar caffe.

"kamu tega ya selingkuhin aku Kevin."

"Emangnya kenapa? kamu sekarang bukan keluarga Siregar lagi, kamu udah jadi istri orang lain yang aku rasa itu gak akan menghasilkan buat aku."

Ma-maksud kamu?"

"Kasih, kamu dipikir aku cowo bodoh yang mau pacaran sama cewek on plus b3go kaya kamu?"

"Ka-kamu.."

"Ia, aku cuma MANFAATIN KAMU, ya abisnya uang kamu banyak dan aku enak. dan kebetulan kamu cuma on makin keenakan aku nya."

"KEVIN!"

"Apa gak suka? Itu faktanya, kamu bukan keluarga Siregar lagi. Aku tahu sekarang kamu diatur segalanya sama suami kamu, itu yang buat aku gak mau sama kamu."

Aku kira kamu cinta tulus sama aku, Kevin.."

"Gak ada cinta tulus, yang ada cinta pulus."

"Kev-"

"Mulai sekarang kita gak ada hubungan lagi, kamu udah gak punya duit. Dan gak berguna lagi, selamat hidup sengsara dengan suamimu itu."

"bye.."

Plak!

Kasih men4mpar pipi kanan Kevin, bukannya mengaduh Kevin malah tertawa remeh membuat Kasih menangis sesegukan didepan caffe.

"Cuma segini?"

"Tambah lagi Kasih, tambah!"

"Anggap aja, perpisahan."

Kevin tertawa lagi, Kasih menunduk dan menangis. Niken datang dan memeluknya, ia tak menyangka jika pasangan sejoli yang bucin ini bisa tragis karna sikap matre Kevin.

"Jadi cowok kok matre, kerja sana. Jangan cuma andelin cewe, gak modal. Gue gak akan biarin Kasih balikan sama lo, si4lan!"

"Siapa yang mau balikan sama cewek Oon dan b3go kaya Kasih, idih ogah! mikir dua kali gue."

Kevin meninggalkan mereka berdua, Niken mengelus punggung Kasih yang bergetar. Kasih memeluk Niken, sekarag yang bisa Kasih jadikan tempat sandar hanyalah Niken seorang.

"Udah membaik?"

Niken dan Kasih duduk dihalte, Kasih tak henti-hentinya menangis sedari tadi. Setelah kematian papa nya hidup Kasih menjadi hancur, sehancur-hancurnya.

Mulai kematian mendadak, perjodohan dan pernikahan kilat. Dan sekarang, ketahuan selingkuh dan ketauan bahwa Kasih hanya dimanfaatkan.

"Makasih ya Niken, gue mau balik aja. Gue di iznin pulang jam 4 sore."

"Gue anter ya?"

Kasih mengegeleng.

"Ka.."

"Gue gak papa kok, gue bisa pulang sendiri. Makasih atas semuanya, maaf juga selalu ngerepotin."

"Ngerepotin apa sih, sama sekali nggak Ka. gue anter pulang yuk?"

"Gak usah, gue naik taksi aja."

"Hati-hati Kia."

Kasihcmengangguk, wajah Niken tergerat mengiba. Sungguh malang nasib gadis cantik dengan kulit kuning langsat itu.

Sampai rumah Kiana jam 16:14, karna jalanan sedikit macet membuatnya lelah dan ingin istirahat.

"Papaaaaaaaaa, coba kalo papa ada.. aku gak bakal kaya gini paa!" Kasih menangis diranjang, ia memukul kasur dengan brutal. hatinya begitu sakit untuk sekarang.

Tok! Tok! Tok!

Kasih hanya menoleh, tak berniat membuka. ia yakin yang datang itu Zidan baru pulang kerja, Kasih tak minat untuk bercakap dengan Zidan sekarang.

Ceklek!

Mendengar pintu terbuka Kasih segera masuk selimbut tebal warna abu pekat itu, ia tak mau keadaan berantakan seperti ini dilihat Zidan.

"Kamu udah pulang?"

Zidan membuka dasinya, namun ia belum melihat jika selimbut itu bergetar.

"Kenapa pintunya dikunci?"

Zidan tak menyadari jika gadis yang tengah ia ajak ngobrol itu sedang menangis.

"Kasih, kamu kenapa? sakit?"

Zidan duduk ditepi ranjang dan mengelus punggung Kia.

"Jangan pegang-pegang!"

Zidan menyipitkan matanya, suara Kasih terdengar serak dan berat. Zidan tau ini suara jika seseorang sedang menangis.

"Kasih kamu kenapa?"

Zidan mencoba mengelus lagi.

"Ka...?"

Zidan membuka kancing kemejanya dan menyisakan sisanya, kemudian menatap tubuh kecil yang tertutup selimbut itu.

"Kamu kenapa?"

Kasih tak lagi bersuara.

"Ada masalah?"

Kasih tak kunjung menjawab, membuat Zidan bingung harus apa?

"Coba cerita, siapa tau saya bisa bantu."

Kasih malah sesegukan, Zidan semakin bingung.

"Oke saya gak bakal maksa kamu buat cerita, tapi coba buka selimutnya. Jangan disitu, kamu bisa kehabisan nafas."

Zidan membuka selimbut tebal itu, menarik Kasih dan mendekap gadis itu kencang. hingga Zidan merasa jika lehernya sekarang sudah hangat karna terkena nafas Kasih

"Abda masalah apa?"

Kasih diam, Zidan menatap mata bulat yang sekarang sudah berubah sipit itu.

"Mama?"

Kasih menggeleng.

"Kak Kiano?"

Kasih menggeleng lagi.

"Terus siapa?"

Kasih diam, Zidan mengangguk dan tidak akan memaksa gadis itu untuk cerita. Dengan keadaan Kasih memeluk Zidan, itu membuat Kasih sedikit tenang.

"Syuttt udah, jangan nangis lagi. Sayang air matanya.."

Kasih mendongak, ia menatap pria tampan yang sudah ia basahi kemejanya dengan air matanya itu, Zidan tampak tenang sembari mengusap punggung Kasih.

"Jangan nangis lagi, mata kamu sembab sayang.."

Jempol Zidan mengusap pipi gembul itu, menghapus jejak air mata yang ditinggal. Kasih melepaskan pelukan Zidan dan duduk diranjang, ia bengong beberapa saat.

"Udah membaik?"

Kasih mengangguk.

"Saya mandi dulu, kamu udah makan?"

Kasih mengangguk.

"Tunggu disini, jangan kemana-mana."

Kasih mengangguk lagi, Zidan mengelus kepala Kasih dan masuk kamar mandi. Ia merasa panas karna seharian bekerja, jika mandi mungkin akan segar.

Selesai mandi Zidan memakai handuk kimono, ia menatap Kasih yang sedang sudah tertidur dengan meringkuk. Zidan mengelus kepala Kasih dan menyelimbuti gadis malang itu.

Terpopuler

Comments

4U2C

4U2C

𝗱𝗶𝘀𝗶𝗻𝗶 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗷𝗮𝘄𝗮𝗽????

2023-04-22

0

4U2C

4U2C

𝗱𝗶𝘀𝗶𝗻𝗶 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮?????

2023-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!