"Permisi.."
Pintu dibuka mama yang matanya masih sembab karna baru pulamg dari pemakaman papa.
"nyari siapa ya pak?"
"Saya Surya, ahli waris bapak Siregar."
Mama melotot, ia tak menyangka akan datang secepat ini.
"Mari masuk pak."
Pria dengan berjas itu masuk, mama memanggil Kasih dan Kian untuk keluar dan mendengar dengan seksama warisan yang telah dicatat pak Siregar.
Baik semuanya, dibuku ini tertulis jika pak Siregar ingin perusahaan dikelola oleh anak sulungnya. dan untuk Kasih Siregar, dibuku ini tertulis jika-"
"Aku? kenapa tiba-tiba aku ya Ma?"
"Sabar, mungkin papa ingin yang terbaik buat kamu." sahut mama.
"Lanjut pak." ujar Kian.
"baik, untuk Kasih Siregar pak Siregar mewariskan dan menitipkan jika putri bungsunya harus menikah dengan keluarga Davidson."
"apa?!"
Kasih terkejut, apa ini?
"Maksud bapak gimana ya? siapa keluarga Davidson?"
"Begini, surat ini murni saya tulis dengan berhadapan dengan pak Siregar langsung. pak Siregar mengatakan jika Kasih putri bungsunya harus dan dipastikan menikah dengan keluarga Davidson."
Gak aku gak mau, kenapa harus aku? aku gak percaya!"
"Ka,.."
"Saya ada rekaman saat pak Siregar menyampaikan ahli waris tersebut, mari dengarkan seksama."
Kasih dengan wajah marahnya melihat pria itu mengeluarkan seperti radio kecil namun terlihat seperti speker.
"Mama, Kian dan Kasih. kalian denger suara papa kan? mungkin, kalian dengernya pas papa udah gak ada."
"Papa mau Kian yang kelola perusahaan papa, sebelum papa jaya seperti sekarang ada temen papa yang rela kehabisan modal demi memodali usaha papa dulu."
"Namanya Davidson, dia temen papa dari SMA dan kami sama-sama jaya sekarang. dia baik banget, dia sahabat papa satu-satunya, papa mau kamu Kasih nikah sama anaknya."
"Sebagai balas budi atas terimakasih papa sama David, papa mohon kamu mau ya. karna kamu putri satu-satunya papa, gak ada pilihan lain Kasih."
Gresek!
Suaranya hilang, mama memeluk Kian karna bisa mendengar suara itu lagi. amat kehilangan, sungguh nyeri dan ngilu mendengar suaranya, bemar-benar merindukan sosok pemilik suara itu.
"Itu semua sudah pak Siregar langsung bicarakan, hanya itu yang dapat saya sampaikan."
"Saya permisi."
Semuanya mengangguk patuh, Kasih rasa ia harus melepaskan rasa sedihnya karena ditinggalkan oleh papanya. namun, rasa sakit baru akan Kasih rasakan lagi.
"Astaga, kalo ganteng gini mah siapa yang gak mau.."
Kasih mesem-mesem sendiri karna melihat wajah pria tampan didepannya yang berpakaian formal, ini adalah hari ke 7 misi Kasih untuk mengikuti pria itu sebelum menjadi suaminya.
"Pak klain sudah datang, mereka menunggu ditempat biasa."
"Siapkan berkasnya, saya kesana sekarang."
"Baik pak!"
Kasih menatap dari kejauhan, sepertinya pria itu sibuk sekali. Kasih semakin takut jika dia menikah dan pasti akan dianggurkan karna pria itu terlihat kompeten.
Kasih melotot kala matanya bersitatap dengan pria itu, Kasih segera berlari keluar pintu utama dan sekencang mungkin meninggalkan gedung itu.
"Bawa gadis itu kemari."
"Siap!"
Kasih menatap kebelakang, ia terus mengumpat karna ternyata banyak pria bertubuh kekar dengan baju hitam mengejar dirinya.
Bruk!
Kasih tersungkur ketanah, ia tak dapat lagi berlari karna lututnya lecet. dengan sigap pria itu menggendong Kasih, Kasih bergerak brutal agar ia diturunkan.
"Ini dia tuan."
Pria itu tersenyum kecut kala melihat label nama yang ada diseragam Kasih, kemudian ia mengangguk sembari memutar bolpoin.
"Metingnya kamu handle, saya ada urusan."
Pria itu meletakan kembali telponnya dan menatap Kasih yang sedang meniup lututnya.
"Kenapa?"
"Jatoh lah pake nanya!"
Pria itu beranjak, kemudian membawa kotak P3K dan mendekati Kasih.
"Ngapain kesini, saya kan bisa kerumah kamu."
"Sok kenal, gue itu gak kenal sama cowo kaya lo!"
"Yakin gak kenal?"
"Gak!"
"Terus kenapa setiap hari kesini dan liatin semua aktivitas saya?"
"Gabut."
Pria itu meneteskan obat merah dilutut Kasih, Kasih menjerit dan mendorong pria itu agar menjauh.
"Gak punya prasaan apa?"
"Ini gak akan kaya gini kalo kamu gak lari."
"Bukan urusan lo!"
Kasih menatap pria itu, ia sering seri melihat wajahnya karna mendapat informasi dari mamanya. Kasih juga nekat datang kerperusaan Davidson hanya untuk memata-matai pria ini.
"Saya masih ada kerjaan buat ladenin cewe gabut kaya kamu, pulang sendiri gak keberatan kan?"
"Gak."
Pria itu menutupi rok mini itu dengan jasnya, Kasih melempar jas itu kesembarang arah. ia tak suka diperhatikan seperti itu oleh pria yang baru dikenal, mungkin dia belum kena peletnya.
"pake atau saya perk*sa kamu disini?"
"Idih, jadul."
Pria itu tertawa remeh dan mendekati Kasih, Kasih tertawa kecil dan mengambil jas itu kembali.
"Oke, cukup hari ini. Gue pulang, dan jangan ketemu lagi sampai minggu depan."
Pria itu mengangguk saja, Kasih membawa jasnya tampa niat menutupi baju seragam yang ngetat.
"badgrils, i like it!"
Pria itu kembali bekerja, sedangkan Kasih mengumpat tak jelas dijalanan.
"Mimpi apa sih gue bisa nikah sama cowok modelan kaya dia.."
Kasih meratapi dirinya, ia ingin menghilang saja jika seperti ini.
"sialan."
Sampai rumah Kasig duduk disoffa dan meniup lukanya lagi, ia rindu dengan kekasihnya karna sudah seminggu ini tak berjumpa.
@Kasih
[kamu dimana? bisa kerumah aku kan? aku kangen.]
@Kevin
[gak bisa dulu sayang, aku ada kerjaan. nanti ya, aku pasti kesana kok.]
Kasih mendesah membaca balasan pesan yang dikirim kekasihnya, ntah kenapa Kevin sekarang menjadi semakin sok sibuk padahal dulunya nggak.
Drtttttttt! Drtttttttttt!
"Ia ma?"
[mama gak pulang ya, ini lagi nyari bahan buat gaun kamu buat nikah.]
"Ma aku gak mau acaranya mewah, aku gak mau semua orang tau."
[pernikahan itu kan sekali seumur hidup, kamu tenang aja.]
Tut!
Kasih semakin frustasi, setelah kepergian sang papa Kasih menjadi gadis yang tak terurus. ia pusing dengan masalahnya sendiri, jika ada papanya ia pasti sudah dapat pelukan.
"Paaa aku kangen..."
Kasih menghapus jejak air matanya, jika menangis terus dan terus itu tidak akan mengubah takdir. sekarang yang harus dikuatkan adalah mental dan pisik Kasih, itu saja.
Seminggu menuju pernikahan mama yang menyiapkan segalanya, ia tak mau pernikahan putri satu-satunya tidak mewah bahkan dia sendiri yang memilih gaunnya.
Kasih tak siap menuju keminggu itu, ia tak tahu harus apa. ia ingin pergi namun tak bisa, ingin menerima pun rasanya sulit. apalagi, pria itu sudah betul-betul bulat ingin menikahi Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments