Bab 20 Pov Riki. (siapa dokter itu?)

Ibu terjatuh karena dorongan dari tanganku, " ibu. "

Membuat aku langsung membopong tubuhnya, meletakkannya kembali pada ranjang tempat tidur, ia  tiba tiba saja menangis terisak isak," Bu, maafkan Riki, ya. Riki nggak bermaksud mendorong ibu." 

Aku berharap jika wanita yang sudah melahirkanku ini mengerti dan sadar, jika ia banyak melakukan kesalahan pada Sari. 

"Ka-m-u se-la-lu, me-m-b-ela wa-ni-t-a i-tu dar-i pad-a i-bu-m-u sen-di-ri. "

"Bu, Riki tidak bermaksud membela Sari, Riki hanya ingin ibu sadar dengan kesalah ibu sendiri."

Farhan datang mendekat ke arahku, ia kini berbisik. " Biarkan ibu kamu tenang dulu."

Mengusap kasar wajah, setelah mendengar perkataan Farhan, aku mulai mengajak Sari keluar dari dalam ruangan ibu. 

"P-u-j-a."

Setelah sampai di ambang pintu, aku kesal di buat ibu ketika ia memanggil nama Puja. 

"Kamu harus tenang mas."

Mendengar perkataan istriku membuat aku sedikit lebih tenang, tak terlalu mengandalkan emosi. 

"Kita beri waktu ibu untuk sendiri dulu."

Menganggukkan kepala, aku mulai menutup pintu ruangan ibu.

Kami duduk di kursi luar ruangan, " Riki."

Aku menatap ke arah wanita yang memanggil namaku. Bangkit dari tempat duduk," mau apa lagi kamu datang ke sini?"

"Riki, tolong dengarkan penjelasanku dulu!"

"Penjelasan apa lagi, sebaiknya kamu pergi dari sini. " Aku mengusir Puja, berharap jika wanita itu tak menampakan dirinya lagi dihadapanku. 

"Mas, kamu harus tenang."

Sari berusaha menenangkanku, dimana tanganya terus mengusap bahuku. 

"Kita dengarkan dulu penjelasan Puja. Dia mau berkata apa." Menuruti perkataan Sari, membuat aku kini mendengarkan penjelasan dari Puja. 

Air mata Puja perlahan menetes, membuat aku tak sedikit pun merasa kasihan terhadapnya. 

"Riki, aku minta maaf sudah memfitnah kamu, semua aku lakukan atas dasar perintah dari ibu kamu. "

"Hanya dengan minta maaf apa semua masalah selesai begitu saja."

"Lalu apa yang harus aku lakukan, agar mendapatkan kata maaf darimu. "

"Kamu harus mengakui kesalahanmu pada orang orang kantor. "

Deg ….

Puja terlihat diam membisu, sepertinya ia tak mungkin melakukan hal itu. 

"Baik aku akan lakukan. "

Aku tak menyangka jika Puja akan senekat itu," Aku tunggu pembuktian dari mulut kamu itu."

Puja menganggukkan kepala, dimana ia mendengar ibu memanggil namanya. 

"Pu-j-a. Di-man-a ka-m-u."

"Ibu."

Terlihat Puja menghindar dari panggilan ibu, "Aku pulang dulu, sampai ketemu di kantor. "

Farhan tiba tiba menahan Puja, dimana ia berkata, " Kamu takut?"

Puja tampak gelisah, aku yang melihatnya hanya diam. "Maaf, aku pergi. "

Farhan tersenyum, ia mengusap pelan dagunya. " Sepertinya seru juga membuat Puja ketakutan. "

Farhan mulai berpamitan untuk pulang, " Riki, aku pulang dulu, ada sesuatu yang harus aku kerjakan. "

Mengerutkan dahi, dan menjawab, " Oke, terima kasih sudah membuat Sari kembali lagi."

Farhan memperlihatkan jempol tangan nya, pergi dari hadapan kami berdua. 

Jam sudah menunjukkan pukul  dua belas siang, waktu dimana ibu makan. 

Sari yang melihat suster membawa sebuah makanan, kini mengambil makanan itu. 

"Sus, biar saya saja. "

"Apa kamu yakin?" Sari menganggukkan kepala dengan pertanyaanku. " Aku yakin mas, insyaAllah. "

"Ya sudah kalau begitu. "

Kami berdua masuk ke dalam ruangan ibu. 

Perlahan kami langkahkan kaki mendekat pada ibu, dimana Sari duduk dan berkata," Bu, makan siang dulu."

Ibu sekilas menatap ke arah Sari, lalu memalingkan wajah lagi, " Bu, ayo. "

Satu suapan mulai dilayangkan Sari pada mulut ibu, namun tiba tiba. 

Brakk. 

Terkejut melihat tangan ibu menepis nampan berisi makanan dari tangan Sari, " I-bu ti-da-k ma-u di su-apin. Ol-e-h ka-mu. "

Aku berusaha menenangkan ibu, dimana Sari terlihat bersedih dengan perlakuan ibu. 

"Ibu, memangnya kenapa dengan Sari, dia itu menantu ibu. Peduli pada ibu."

"I-bu i-ng-in di su-api-n Pu-ja. "

Mendengar kata Puja, membuat darahku seketika naik ke atas kepala, membuat urat kepala terasa berdenyut. Sampai tanpa sadar mulut ini membentak ibu. 

"Puja lagi, Puja lagi. Bu, dia itu bukan siapa siapa ibu. Tolong hargai  istriku Sari saat ini. " Ibu malah menangis dengan perkataan yang terlontar dari mulutku ini. 

Sari kini berdiri, berusaha menenangkan aku yang sudah terbakar amarah. 

"Mas, tenangkan dirimu jangan marah seperti itu."

Dadaku naik turun, napas seakan tak beraturan, " bagaimana aku bisa menahan amarahku, jika ibu terus membahas Puja. "

"Ia aku tahu itu, ibu kan sudah tua, kita harus memaklumi ibu. Walau mungkin agak susah. "

Melihat ibu masih menangis, membuat aku mendekat ke arahnya, memeluk erat tubuh wanita tua itu. " Bu, maafkan aku?"

"I-b-u i-ngin ber-te-mu Pu-ja. "

Aku melirik ke arah istriku, terlihat ia tersenyum lebar dan menganggukkan kepala.

"Iya, nanti Riki panggil Puja ke sini untuk temui ibu. "

Kedua mata berkaca kaca itu, menatap kearah wajahku, " Be-na-r ka-h it-u. "

Nada bicara ibu yang terdengar susah dimengerti membuat aku hanya menganggukkan kepala. 

"Iya bu, sekarang ibu makan dulu ya sama Sari. "

Ibu malah menggelengkan kepala, " I-b-u t-i-dak ma-u di-suap-in wa-ni-ta i-tu. "

"Bu, kalau ibu tidak mau disuapin Sari, ya sudah biar suster saja. "

Aku memberikan kode pada istriku agar ia mengerti dan tak sakit hati dengan keinginan ibu. Dimana Sari pergi dari ruangan ibu dan hanya ada aku dan juga suster yang menjaga ibu saat ini. Ibu mulai membuka mulutnya lebar lebar, dimana suster kini menyuapinya makanan. 

"Bu, hati ibu terbuat dari apa? Kenapa ibu tidak bisa menghargai dan menerima kehadiran  Sari menantu ibu sendiri." Gumamku dalam hati, melihat ibu begitu lahap menyantap makanan di rumah sakit. 

Perlahan aku bangkit dari tempat duduk, untuk menghampiri Sari istriku.

Membuka pintu perlahan, aku melihat Sari tengah mengobrol dengan seorang dokter yang begitu akrab denganya.

"Siapa dokter itu, kenapa Sari terlihat begitu nyaman dengannya?"

Berniat menghampiri Sari, tiba tiba saja.

"R-i-ki."

Ibu memanggil namaku, membuat aku mengurungkan niat untuk menghampiri Sari.

"Ada apa, bu. "

"Ka-mu, ja-nj-i ya. Ma-u b-a-w-a Pu-ja ke-s-i-ni. "

Aku memegang punggung tangan ibu, tersenyum lebar dan menjawab, " Riki janji bu, sekarang ibu istirahat dulu ya. Biar kondisi ibu semakin membaik. "

"I-ya."

Ibu mulai menurut akan perkataanku, dimana ia menutup kedua matanya untuk tidur.

Setelah tidurnya ibu.

Ceklek.

"Mas."

Episodes
1 Bab 1 Pov 1 Riki
2 Bab 2 Pov Riki (Sari masuk ke rumah sakit)
3 Bab 3 Pov Riki. (Berhijabnya Puja.)
4 Bab 4 Pov Riki. (Marahnya Riki pada Ibu.)
5 Bab 5 Pov Riki, ( Pujian ibu menyakitkan hati)
6 Bab 6 Pov Riki ( Sakit hati Riki.)
7 Bab 7 Pov Riki (Fitnah)
8 Bab 8 (Ibu masuk rumah sakit.)
9 Bab 9 Pov Riki. (Pergi dari rumah.)
10 Bab 10 Pov Riki. ( Kontrakan.)
11 Bab 11 Pov Riki (Puja semakin menjadi jadi)
12 Bab 12 Pov Riki ( Sari mulai percaya)
13 Bab 13 Pov Riki ( Ibu menyuruh.)
14 Bab 14 Pov Riki ( Menekan Sari)
15 Bab 15
16 Bab 16 Pov Riki ( Perginya Sari.)
17 Bab 17 Pov Riki. (Mengalami kejang kejang.)
18 Bab 18 Pov Riki. (Riri bikin masalah.)
19 Bab 19 Pov Riki. (Kedatangan seseorang.)
20 Bab 20 Pov Riki. (siapa dokter itu?)
21 21 Pov Riki (Cemburu)
22 22 Terkejut Pov Raka.
23 23 Menelepon. ( Pov Riki.)
24 Bab 24 (Pov Riki) Bi Asih mengundurkan diri
25 Bab 25 (Pov Riki) Ibu ingin Puja.
26 Bab 26 (Pov Raka.) Menolak makanan.
27 Bab 27 (Pov Riki.) Ibu muntah
28 Bab 28 (Pov Riki. ) Bekerja.
29 Bab 29 Pov Riki (Membawa Puja.)
30 Bab 30 Pov Riki, ( Mengerjai Puja. )
31 Bab 31 Pov Riki, (Pergi untuk yang terakhir. )
32 Bab 32 Pov Riki egois.
33 Bab 33 Pov Riki, ( Ucapan Riri.)
34 Bab 34 Pov Riki. ( memblokir nomor.)
35 Bab 35 Baju yang dipakai istriku (Pov Riki.)
36 Bab 36 (Pov Riki) Tega
37 Bab 37 Riri berulah (Pov Riki.)
38 Bab 38 Pov autor. ( Kesedihan sang ibunda. )
39 Bab 39 Pov Autor. ( Ada apa dengan Riri.)
40 Bab 40 Pov Autor. (Ada rasa sesal.)
41 Bab 41 kepergian sang kakak. ( Pov Autor)
42 Bab 42 Pov Autor. ( Karma pelahan datang.)
43 Bab 43 Pov Autor. ( Masalah bertubi tubi. )
44 Bab 44 Pov Autor. ( Semakin terpuruknya Sang ibunda.)
45 Bab 45 Pov Autor (Menunggu kepastian Daniel.)
46 Bab 46 Pov Autor. (di tipu.)
47 Bab 47 Menyesal,
48 Bab 48 Pov Autor ( Bantuan.)
49 Bab 49 Pov Autor ( kematian.)
50 Bab 50 Pov Autor. ( Riri ke kantor sang kakak.)
51 Bab 51 Pov Autor, (Memohon.)
52 Bab 52 pov autor. ( Menghilangkan rasa Ego.)
53 Bab 53 Pov Autor. (Nasib Riri.)
54 Bab 54 Pov Autor( Tenang.)
55 Bab 55
56 Bab 56 Pov Autor, ( Mengintik. Siapa itu?)
57 Bab 57
58 Bab 58 Pov Autor. (Merasa malu.)
59 Bab 59 Pov autor ( Menderitanya Puja.)
60 Bab 60
61 Bab 61 Pov Autor. ( Melepaskan demi bahagia.)
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 pengumuman.
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Pov 1 Riki
2
Bab 2 Pov Riki (Sari masuk ke rumah sakit)
3
Bab 3 Pov Riki. (Berhijabnya Puja.)
4
Bab 4 Pov Riki. (Marahnya Riki pada Ibu.)
5
Bab 5 Pov Riki, ( Pujian ibu menyakitkan hati)
6
Bab 6 Pov Riki ( Sakit hati Riki.)
7
Bab 7 Pov Riki (Fitnah)
8
Bab 8 (Ibu masuk rumah sakit.)
9
Bab 9 Pov Riki. (Pergi dari rumah.)
10
Bab 10 Pov Riki. ( Kontrakan.)
11
Bab 11 Pov Riki (Puja semakin menjadi jadi)
12
Bab 12 Pov Riki ( Sari mulai percaya)
13
Bab 13 Pov Riki ( Ibu menyuruh.)
14
Bab 14 Pov Riki ( Menekan Sari)
15
Bab 15
16
Bab 16 Pov Riki ( Perginya Sari.)
17
Bab 17 Pov Riki. (Mengalami kejang kejang.)
18
Bab 18 Pov Riki. (Riri bikin masalah.)
19
Bab 19 Pov Riki. (Kedatangan seseorang.)
20
Bab 20 Pov Riki. (siapa dokter itu?)
21
21 Pov Riki (Cemburu)
22
22 Terkejut Pov Raka.
23
23 Menelepon. ( Pov Riki.)
24
Bab 24 (Pov Riki) Bi Asih mengundurkan diri
25
Bab 25 (Pov Riki) Ibu ingin Puja.
26
Bab 26 (Pov Raka.) Menolak makanan.
27
Bab 27 (Pov Riki.) Ibu muntah
28
Bab 28 (Pov Riki. ) Bekerja.
29
Bab 29 Pov Riki (Membawa Puja.)
30
Bab 30 Pov Riki, ( Mengerjai Puja. )
31
Bab 31 Pov Riki, (Pergi untuk yang terakhir. )
32
Bab 32 Pov Riki egois.
33
Bab 33 Pov Riki, ( Ucapan Riri.)
34
Bab 34 Pov Riki. ( memblokir nomor.)
35
Bab 35 Baju yang dipakai istriku (Pov Riki.)
36
Bab 36 (Pov Riki) Tega
37
Bab 37 Riri berulah (Pov Riki.)
38
Bab 38 Pov autor. ( Kesedihan sang ibunda. )
39
Bab 39 Pov Autor. ( Ada apa dengan Riri.)
40
Bab 40 Pov Autor. (Ada rasa sesal.)
41
Bab 41 kepergian sang kakak. ( Pov Autor)
42
Bab 42 Pov Autor. ( Karma pelahan datang.)
43
Bab 43 Pov Autor. ( Masalah bertubi tubi. )
44
Bab 44 Pov Autor. ( Semakin terpuruknya Sang ibunda.)
45
Bab 45 Pov Autor (Menunggu kepastian Daniel.)
46
Bab 46 Pov Autor. (di tipu.)
47
Bab 47 Menyesal,
48
Bab 48 Pov Autor ( Bantuan.)
49
Bab 49 Pov Autor ( kematian.)
50
Bab 50 Pov Autor. ( Riri ke kantor sang kakak.)
51
Bab 51 Pov Autor, (Memohon.)
52
Bab 52 pov autor. ( Menghilangkan rasa Ego.)
53
Bab 53 Pov Autor. (Nasib Riri.)
54
Bab 54 Pov Autor( Tenang.)
55
Bab 55
56
Bab 56 Pov Autor, ( Mengintik. Siapa itu?)
57
Bab 57
58
Bab 58 Pov Autor. (Merasa malu.)
59
Bab 59 Pov autor ( Menderitanya Puja.)
60
Bab 60
61
Bab 61 Pov Autor. ( Melepaskan demi bahagia.)
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 pengumuman.
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!