Dan benar saja Sari datang, membuat semua orang yang berada di rumah menatap ke arah istriku.
"Sari, itu kamu?"
Sari mendekat menghampiriku, dimana wanita itu memperlihatkan senyuman lebarnya.
"Ngapain kamu datang ke rumah ini lagi, aku tak butuh menantu seperti kamu?"
Perkataan ibu sedikit menyakitkan, " Bu, kenapa ibu malah berbicara seperti itu!"
Aku menimpal, membela istriku, dimana Ibu mendekat, " Ibu tak habis pikir dengan kamu Riki, bisa bisanya kamu membela wanita yang jelas jelas sudah tidak ada harga dirinya ini. Pergi meninggalkan kamu dan sekarang dia malah datang lagi tanpa rasa malu sedikitpun."
Sari kini menegakkan wajahnya, ia terlihat lebih tegar.
Sedangkan aku berusaha mengajaknya untuk pulang ke kontrakan demi menghindari perdebatan.
"Sari, sebaiknya kita pulang ke kontrakan. "
Sari malah menggubris ajakanku untuk pulang ke kontrakan, ia menunjukkan sebuah video yang membuat aku terkejut.
"Ini."
Sari menatap ke arah wajahku, ia kini berucap, " Maafkan aku mas, sudah berburuk sangka padamu. Setelah melihat video ini sekarang aku tahu jika kamu tidak bersalah."
Puja tiba tiba melangkahkan kaki ke belakang, " Mau kemana kamu Puja?"
"Ee, aku. "
Sari kini menahan tangan Puja, " Mau pergi kemana kamu. "
"Lepaskan tangan kotormu itu."
Sari tersenyum tipis, ia begitu berbeda, sikapnya yang selalu terlihat lemah kini menjadi sedikit tegas.
"Jadi kamu hamil anak siapa?" Pertanyaan istriku membuat aku tak berpikir ke arah sana.
Ibu kini menjadi sosok penyelamat untuk Puja.
"Pake nanya lagi kamu Sari, jelas dalam perut Puja itu cucuku anak Riki!"
Sari tiba tiba saja tertawa, " anak Mas Riki? Bukannya di video ini sudah jelas, kalau Mas Riki tidak pernah melakukan hal yang tak pantas pada Puja?"
Ibu terlihat gelisah setelah Sari berani melawan, " Owh, jadi begini ya sikap asli kamu."
Sari terlihat tetap tenang, " disini Sari tidak menyuruh ibu untuk menilai sikap Sari yang sebenarnya. Tapi Sari ingin menjelaskan jika Mas Riki tidak pernah melakukan hal tidak baik pada Puja, yang ada Puja terlalu kecentilan. "
Aku melihat Puja seakan tak terima dengan perkataan Sari, ia menimpal, " jaga bicaramu, dasar lemah. "
Aku merangkul bahu istriku dan menjawab, " lemah, bukannya kamu yang lemah, selalu meminta perlindungan dari ibu."
"Riki, kenapa kamu malah membela Sari?"
"Karena dia istriku, bu!"
Perdebatan semakin memanas, " bu, sudahlah, mengaku saja, ini semua akal akalan ibu kan, menyuruh Puja berpura pura hamil?"
Ibu menundukkan wajah, aku melihat kedua tangan ibu mengepal, seperti menahan amarah karena ucapan dari Istriku.
"Jaga mulut kamu Sari, aku tak pernah menyuruh Puja berpura pura hamil, memang Riki sudah, "
Saking kesalnya dengan ibu yang terus menyalahkan aku, anaknya sendiri membuat aku langsung memotong pembicaraan.
"Sudah bu, cukup. Riki anak ibu, kenapa ibu selalu memfitnah Riki. Ibu seakan sengaja ingin membuat Riki dan Sari berpisah, sebenarnya ibu itu kenapa? Sari dan Puja sama sama wanita, tak ada bedanya."
Ibu berusaha berdiri, " tidak, Riki. Sari dan Puja berbeda, asal kamu tahu Sari wanita miskin yang kamu pungut di panti asuhan, berbeda dengan Puja anak orang kaya. Dan punya segalanya dia bisa mengangkat derajat keluarga kita menjadi orang terpandang."
Aku tak habis pikir dengan ibu, hanya karena kekayaan menjadikan ibu memandang rendah Sari.
"Yang mengangkat derajat seseorang bukan kekayaan bu."
"Lantas apa, hah. Apa?"
Tiba tiba saja, mulut ibu menganga, tangannya memegang dada, " Ah. "
Sari dengan sigap menahan tubuh ibu yang hampir terjatuh, " kita bawa ibu ke rumah sakit."
Puja hanya berdiri, ia terlihat syok melihat ibu tiba tiba mengalami serangan jantung.
Aku dan Sari membawa ibu ke rumah sakit, berharap jika ibu masih bisa terselamatkan.
"Ayo mas. "
Menatap sekilas ke arah Puja, wanita itu masih berdiri, ia menatap ke arah mobil. Tak ada pergerakan sedikitpun melihat ibu mengalami serangan jantung. Kenapa dengan dia, seperti ketakutan.
Sari panik, ia menyuruhku untuk segera menjalankan mesin mobil, " Ayo mas. "
"Iya."
Membawa mobil dengan kecepatan tinggi, sampai akhirnya mobil sampai di rumah sakit.
Ini yang kedua kalinya ibu mengalami hal ini, " mas, kamu harus tenang."
Mendengar suara istriku, membuat aku langsung memeluknya dengan begitu erat.
"Aku rindu padamu. "
"Aku juga, mas."
"Oh ya, dari mana kamu dapat video itu?"
Melepaskan pelukan istriku, membuat Sari kini menjawab, " dari sahabat kamu, mas!"
"Sahabat? Siapa?"
Tiba tiba sosok itu datang, mengejutkanku. " Hay, Riki, apa kabar. Sudah seminggu kamu tak masuk kerja."
"Farhan."
Lelaki yang bekerja bersamaku di kantor yang sama, kini memukul mukul bahu, " Gimana, sebuah kejutan bukan. "
"Kenapa kamu bisa dapat Video itu, dan berpikir untuk memberikan pada istriku?"
"Tentu saja aku bisa, saat fitnahan itu terjadi. Aku sudah mencurigai Anwar, dimana ia menjadi dalang semua rencana jahat Puja. Mengecek cctv, dari pertama kamu masuk ke dalam ruangan. Dengan susah payah, aku berusaha menyogok satpam dengan uang nominal yang lumayan cukup besar. Ya kamu tahu sendirikan, Anwar sudah membuat satpam itu diam karena dia lebih dulu nyogok satpam itu dengan uang bernominal seratus ribu. Uang yang aku beri pada satpam itu otomatis lebih gede dong, jadinya dia mau memberikan bukti video itu. "
"Semudah itu?"
"Heh, Riki, dengan uang orang pasti mau melakukan apa saja!"
"Benar juga. "
Dokter kini keluar dari ruangan ibu, dimana dokter memberi tahu jika ibu mengalami struk.
"Struk."
Padahal ibu sangat menjaga pola makan," Mas, ayo kita lihat ibu."
Lamunanku membuyar saat Sari menyuruhku masuk ke dalam ruangan ibu.
Perlahan melangkahkan kaki, ibu terlihat tak bisa bergerak, kakinya terlihat kaku.
"Ibu."
"Ri-ki ib-u. Ke-na-pa."
Aku mendengar ibu berusaha berbicara dimana sebelah tubuhnya tidak berfungsi.
"Ibu yang sabar ya, saat ini ibu mengalami struk. "
"A-a-pa. Tid-ak mu-ng-ki-n. "
Ibu berusaha memberontak dengan tangan dan kaki kanan nya yang masih berfungsi.
"Ibu tenang dulu, ibu masih bisa sembuh asal rutin menjalankan terapi. "
Sari perlahan mendekat ke arah ibu, ia menangis, " Bu, yang kuat ya. "
Tak kusangka, ibu malah menarik rambut panjang istriku ia berusaha mengungkapkan kekesalannya. " S-em-ua ga-ra g-a-ra ka-mu. "
"Bu."
Aku berusaha melepaskan tangan kanan ibu yang menarik rambut istriku, " Bu, lepaskan. Bu, kasihan Sari. "
"Ti-da-k ak-an di-a p-ant-a-s me-n-dap-kan pe-la-jaran. "
"Bu, harusnya ibu sadar, Sari itu tak salah, yang salah itu ibu. "
Aku berusaha melepaskan tangan ibu dengan sekuat tenaga, sampai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments