Bab 17 Pov Riki. (Mengalami kejang kejang.)

(Riki, ibumu kejang kejang.) 

Membaca pesan dari Puja, membuat aku terpaksa memarkirkan mobil. 

(Ya sudah aku kesana sekarang.) 

Perasaan tak karuan, setelah mendengar ibu mengalami kejang kejang, membuat aku mengurungkan niat mengejar Sari. 

Menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi, berharap jika ibu tidak kenapa kenapa. 

Sampai di rumah, Puja berusaha menenangkan ibu. 

"Ibu." Turun dari dalam mobil, menghampiri ibu dan langsung membopongnya saat itu juga. 

"Bu, bertahan ya. "

Aku mulai membawa ibu ke rumah sakit, " semoga ibu baik baik saja."

Sampai di rumah sakit, ibu langsung ditangani dokter, aku yang tak tenang, hanya bisa mondar mandir ke sana kemari. 

"Riki, kamu harus tenang."

Mendengar perkataan Puja, membuat aku membentaknya, " bagaimana aku bisa tenang, ibu masuk ke rumah sakit dan istriku pergi, semua ini gara gara kehadiran kamu, Puja."

Dengan spontan aku menyalahkan Puja terang terangan di rumah sakit, dimana orang orang saling melirik satu sama lain ke arah kami berdua. 

Puja kini berdiri, menatap ke arah wajahku. "Kenapa kamu malah salahkan aku?"

Wanita dengan tubuhnya yang ramping itu, menangis terisak isak dihadapanku.

"Kenapa kamu malah menangis?" Aku bertanya dengan nada ketus, tak suka akan drama yang Puja buat buat demi mendapatkan rasa simpati dari orang orang sekitar. 

Puja kembali menangis, dan sekarang tangisan semakin kencang, " Huuu, huuuh."

Semua mata melirik ke arah wajahku, dimana mereka seperti kesal padaku. 

"Hey, mas, kasihan tuh istrinya malah di buat nangis."

"Dia bukan istriku, jadi kalian jangan asal menghakimi."

Dokter kini datang, memberi kabar akan keadaan ibu. 

"Bagaimana keadaan ibu saya, dok?"

"Tidak apa apa, ibu anda hanya kecapean saja dan perlu banyak istirahat!"

Aku mulai bernapas lega, setelah mendengar perkataan dokter jika ibu baik baik saja, jadi tak ada gejala serius. 

Dokter mempersilahkan aku untuk menemui ibu, perlahan berjalan masuk ke dalam ruangan. Wajah ibu sudah basah dengan air mata, " Riki. "

Aku mendekat dan memegang tangan ibu dengan erat, " Ibu, maafkan Riki."

Tangan ibu yang terpasang jarum infus, kini mengusap pelan kepala rambutku. " Jangan pergi, ibu kuatir dengan keadaanmu."

Puja datang, dimana ibu menyambut gadis itu dengan begitu hangat. "Ibu, gimana keadaan ibu sekarang?"

"Agak baikan. "

"Puja kuatir saat ibu mengalami kejang kejang."

"Kamu memang anak baik, terima kasih ya Puja, sudah mengkhawatirkan ibu. "

Puja menganggukkan kepala, dimana aku melihat ibu begitu nyaman dengan gadis yang bekerja di kantor bersamaku. 

Aku mulai merogoh ponsel dari saku celanaku, menghubungi  Sari yang entah keberadaannya ada dimana. 

Beberapa kali menghubungi Sari, ia malah mematikan  panggilan dariku," Ayolah angkat Sari. Kenapa kamu malah matikan terus panggilan dariku. "

Pada akhirnya aku mulai mengirim pesan pada istriku, (Sari, kamu ada dimana, ibu masuk ke rumah sakit.) 

Pesan pun terkirim, aku berharap sekali jika Sari membalas atau datang ke rumah sakit saat ini juga. 

Benar benar tak ada balasan sama sekali, apa Sari semarah itu dan tak mau mempertahankan rumah tangga bersamaku lagi. 

Ya Allah pikiran negatif mulai merasuki otak, dimana aku berusaha tetap tenang. Walau sebenarnya hati bimbang. 

"Riki, kamu kenapa?"

"Ini bu, Riki lagi menghubungi Sari, memberitahu ibu, jika ibu masuk ke rumah sakit!"

Menjawab perkataan ibu, wanita yang sudah melahirkanku itu malah berucap dengan nada tegasnya. " Sudahlah Riki, ngapain kamu mempertahankan Sari lagi, dia sekarang sudah tak peduli padamu dan pergi begitu saja."

"Bukan begitu bu, Sari hanya ingin. "

Belum perkataanku terlontar semuanya ibu malah mencuci otakku agar aku sebagai suami membenci istriku. 

"Hanya ingin apa? Wanita yang baik itu tidak akan pergi keluar rumah tanpa izin dari suaminya. Sedangkan Sari dia malah pergi tanpa izin darimu, coba kamu pikirkan lagi perkataan ibu."

Aku menatap sayu ke arah ibu,  lalu menjawab, " Tapi bu, Sari tidak akan pergi kalau Puja tidak membuat sebuah fitnahan. "

Ibu terlihat tak suka jika aku terus menyalahkan Puja, " Kamu selalu menyalahkan Puja, dengarkan omongan ibu baik baik. Jika istrimu benar benar menyayangimu, dia akan percaya padamu, dia tidak akan meminta cerai ataupun pergi dari rumah. "

Aku sedikit pusing mendengar perkataan ibu, perasaanku saat ini, benar benar bimbang. 

"Makanya ibu menyuruh kamu menikah dengan Puja, karena dia wanita baik yang akan mencintai kamu selalu. "

Ibu terus mengagul agulkan Puja, dimana kesetiaan mulai runtuh secara perlahan lahan. 

"Riki, sadar, istri yang baik akan selalu percaya dengan perkataanmu."

Ibu semakin menjadi jadi, ia terus meracuni otakku, " Bu. Stop, Sari tetap istri terbaikku. "

"Riki."

Ibu yang memanggil namaku, membuat aku berpamitan untuk pergi dari ruangannya. " Riki pergi dulu untuk menenangkan diri. "

Aku berjalan membuka pintu, dimana langkah kaki terasa lemas. Mengambil ponsel, melirik kembali pada aplikasi pesan, tak ada balasan sama sekali.

(Sari, apa kamu tidak ada niat melihat ibu ke rumah sakit.)

Berulang kali mengirim pesan, Sari tetap mengabaikan pesan dan panggilan dariku.

"Sari, apa segampang itu kamu melupakanku. "

Puja tiba tiba saja datang dari arah belakang, mengagetkan aku yang fokus menunggu balasan dari Sari.

"Riki, gimana kalau kita cari makan di luar. "

Dengan tegas aku berusaha menolak, " silahkan kamu saja sendiri. "

Pergi dari hadapan Puja, gadis itu malah mengikuti langkah kaki.

"Kenapa kamu malah mengikutiku?"

Pertanyaanku membuat Puja menghentikan langkah kakinya.

"Idih, ge'er, aku cuman mau pergi ke toilet!"

Puja pergi begitu saja, ia terlihat berbeda.

"Apa yang aku pikirkan tentangnya, aku harus menghilangkan perasaan ini. "

Semenjak kepergian Sari yang tak kembali kembali, aku begitu sibuk mengurus ibu yang suka sakit sakitan, membuat aku lupa dengan Sari.

Ditambah lagi Puja selalu memperhatikkanku, namun sebagai seorang lelaki aku harus tahu batasan. Karena aku masih mempunyai Sari.

(Sari, lima hari kamu pergi, aku begitu merindukkan kamu, apa sebegitunya kamu membeciku dan tak percaya padaku sampai tak memberikan kabar kepadaku.)

Tak ada balasan sama sekali. Dimana ibu yang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, kini mendekat dan bertanya?" Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang, Riki?"

Aku menundukkan pandangan, dimana kedua mataku memerah, badanku terasa semakin kurus, karena memikirkan keadaan Sari.

"Sari bu, aku rindu padanya. Dia tidak membalas pesanku sama sekali, memberi kabarpun tak ada. Sebenarnya kemana dia?"

"Mm, Riki, kamu masih memikirkan Sari yang jelas jelas sudah melupakan kamu dan pergi entah kemana? Dimana akal sehatmu sebagai seorang lelaki, sudah sebaiknya kamu ceraikan saja dia. "

"Tidak mungkin bu, Sari. "

Ibu memotong pembicaraanku lagi, " selalu pembelaan lagi. Ibu hanya memberi saran terbaik untuk kamu? Jadi pikirkan dengan kepala dingin? Karena ini demi kebaikan kamu juga, sebagai seorang lelaki."

Terpopuler

Comments

Rilda Ummi ZhubaiRahmat

Rilda Ummi ZhubaiRahmat

penulis sdh bisa membuat kita emosi, baca sj terus..😅

2024-04-15

0

Izaz Tismaini

Izaz Tismaini

kmu itu kn bodoh ikuti aja ibu mu, sudah di bilangi pergi jauh

2023-05-14

0

Izaz Tismaini

Izaz Tismaini

sudah orang tua banyak akal masih juga d turuti,capek deh baca ceritanya

2023-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pov 1 Riki
2 Bab 2 Pov Riki (Sari masuk ke rumah sakit)
3 Bab 3 Pov Riki. (Berhijabnya Puja.)
4 Bab 4 Pov Riki. (Marahnya Riki pada Ibu.)
5 Bab 5 Pov Riki, ( Pujian ibu menyakitkan hati)
6 Bab 6 Pov Riki ( Sakit hati Riki.)
7 Bab 7 Pov Riki (Fitnah)
8 Bab 8 (Ibu masuk rumah sakit.)
9 Bab 9 Pov Riki. (Pergi dari rumah.)
10 Bab 10 Pov Riki. ( Kontrakan.)
11 Bab 11 Pov Riki (Puja semakin menjadi jadi)
12 Bab 12 Pov Riki ( Sari mulai percaya)
13 Bab 13 Pov Riki ( Ibu menyuruh.)
14 Bab 14 Pov Riki ( Menekan Sari)
15 Bab 15
16 Bab 16 Pov Riki ( Perginya Sari.)
17 Bab 17 Pov Riki. (Mengalami kejang kejang.)
18 Bab 18 Pov Riki. (Riri bikin masalah.)
19 Bab 19 Pov Riki. (Kedatangan seseorang.)
20 Bab 20 Pov Riki. (siapa dokter itu?)
21 21 Pov Riki (Cemburu)
22 22 Terkejut Pov Raka.
23 23 Menelepon. ( Pov Riki.)
24 Bab 24 (Pov Riki) Bi Asih mengundurkan diri
25 Bab 25 (Pov Riki) Ibu ingin Puja.
26 Bab 26 (Pov Raka.) Menolak makanan.
27 Bab 27 (Pov Riki.) Ibu muntah
28 Bab 28 (Pov Riki. ) Bekerja.
29 Bab 29 Pov Riki (Membawa Puja.)
30 Bab 30 Pov Riki, ( Mengerjai Puja. )
31 Bab 31 Pov Riki, (Pergi untuk yang terakhir. )
32 Bab 32 Pov Riki egois.
33 Bab 33 Pov Riki, ( Ucapan Riri.)
34 Bab 34 Pov Riki. ( memblokir nomor.)
35 Bab 35 Baju yang dipakai istriku (Pov Riki.)
36 Bab 36 (Pov Riki) Tega
37 Bab 37 Riri berulah (Pov Riki.)
38 Bab 38 Pov autor. ( Kesedihan sang ibunda. )
39 Bab 39 Pov Autor. ( Ada apa dengan Riri.)
40 Bab 40 Pov Autor. (Ada rasa sesal.)
41 Bab 41 kepergian sang kakak. ( Pov Autor)
42 Bab 42 Pov Autor. ( Karma pelahan datang.)
43 Bab 43 Pov Autor. ( Masalah bertubi tubi. )
44 Bab 44 Pov Autor. ( Semakin terpuruknya Sang ibunda.)
45 Bab 45 Pov Autor (Menunggu kepastian Daniel.)
46 Bab 46 Pov Autor. (di tipu.)
47 Bab 47 Menyesal,
48 Bab 48 Pov Autor ( Bantuan.)
49 Bab 49 Pov Autor ( kematian.)
50 Bab 50 Pov Autor. ( Riri ke kantor sang kakak.)
51 Bab 51 Pov Autor, (Memohon.)
52 Bab 52 pov autor. ( Menghilangkan rasa Ego.)
53 Bab 53 Pov Autor. (Nasib Riri.)
54 Bab 54 Pov Autor( Tenang.)
55 Bab 55
56 Bab 56 Pov Autor, ( Mengintik. Siapa itu?)
57 Bab 57
58 Bab 58 Pov Autor. (Merasa malu.)
59 Bab 59 Pov autor ( Menderitanya Puja.)
60 Bab 60
61 Bab 61 Pov Autor. ( Melepaskan demi bahagia.)
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 pengumuman.
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Pov 1 Riki
2
Bab 2 Pov Riki (Sari masuk ke rumah sakit)
3
Bab 3 Pov Riki. (Berhijabnya Puja.)
4
Bab 4 Pov Riki. (Marahnya Riki pada Ibu.)
5
Bab 5 Pov Riki, ( Pujian ibu menyakitkan hati)
6
Bab 6 Pov Riki ( Sakit hati Riki.)
7
Bab 7 Pov Riki (Fitnah)
8
Bab 8 (Ibu masuk rumah sakit.)
9
Bab 9 Pov Riki. (Pergi dari rumah.)
10
Bab 10 Pov Riki. ( Kontrakan.)
11
Bab 11 Pov Riki (Puja semakin menjadi jadi)
12
Bab 12 Pov Riki ( Sari mulai percaya)
13
Bab 13 Pov Riki ( Ibu menyuruh.)
14
Bab 14 Pov Riki ( Menekan Sari)
15
Bab 15
16
Bab 16 Pov Riki ( Perginya Sari.)
17
Bab 17 Pov Riki. (Mengalami kejang kejang.)
18
Bab 18 Pov Riki. (Riri bikin masalah.)
19
Bab 19 Pov Riki. (Kedatangan seseorang.)
20
Bab 20 Pov Riki. (siapa dokter itu?)
21
21 Pov Riki (Cemburu)
22
22 Terkejut Pov Raka.
23
23 Menelepon. ( Pov Riki.)
24
Bab 24 (Pov Riki) Bi Asih mengundurkan diri
25
Bab 25 (Pov Riki) Ibu ingin Puja.
26
Bab 26 (Pov Raka.) Menolak makanan.
27
Bab 27 (Pov Riki.) Ibu muntah
28
Bab 28 (Pov Riki. ) Bekerja.
29
Bab 29 Pov Riki (Membawa Puja.)
30
Bab 30 Pov Riki, ( Mengerjai Puja. )
31
Bab 31 Pov Riki, (Pergi untuk yang terakhir. )
32
Bab 32 Pov Riki egois.
33
Bab 33 Pov Riki, ( Ucapan Riri.)
34
Bab 34 Pov Riki. ( memblokir nomor.)
35
Bab 35 Baju yang dipakai istriku (Pov Riki.)
36
Bab 36 (Pov Riki) Tega
37
Bab 37 Riri berulah (Pov Riki.)
38
Bab 38 Pov autor. ( Kesedihan sang ibunda. )
39
Bab 39 Pov Autor. ( Ada apa dengan Riri.)
40
Bab 40 Pov Autor. (Ada rasa sesal.)
41
Bab 41 kepergian sang kakak. ( Pov Autor)
42
Bab 42 Pov Autor. ( Karma pelahan datang.)
43
Bab 43 Pov Autor. ( Masalah bertubi tubi. )
44
Bab 44 Pov Autor. ( Semakin terpuruknya Sang ibunda.)
45
Bab 45 Pov Autor (Menunggu kepastian Daniel.)
46
Bab 46 Pov Autor. (di tipu.)
47
Bab 47 Menyesal,
48
Bab 48 Pov Autor ( Bantuan.)
49
Bab 49 Pov Autor ( kematian.)
50
Bab 50 Pov Autor. ( Riri ke kantor sang kakak.)
51
Bab 51 Pov Autor, (Memohon.)
52
Bab 52 pov autor. ( Menghilangkan rasa Ego.)
53
Bab 53 Pov Autor. (Nasib Riri.)
54
Bab 54 Pov Autor( Tenang.)
55
Bab 55
56
Bab 56 Pov Autor, ( Mengintik. Siapa itu?)
57
Bab 57
58
Bab 58 Pov Autor. (Merasa malu.)
59
Bab 59 Pov autor ( Menderitanya Puja.)
60
Bab 60
61
Bab 61 Pov Autor. ( Melepaskan demi bahagia.)
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 pengumuman.
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!