Aku mulai mematikan ponselku, untuk segera beristirahat, tak memperdulikan lagi pesan dari Puja yang seolah olah peduli pada ibu.
Kedua mata perlahan mulai menutup, membaringkan badan pada kursi yang sudah diatur untuk menjadi tempat tidur ternyaman.
Sari tertidur nyenyak, membuat aku tersenyum dan senang.
Tak terasa suara adzan berkumandang aku mulai melirik pada jam tangan, ternyata sudah pukul empat pagi.
Puja masih tertidur, membuat aku tak tega membangunkan tidurnya.
Namun jika aku tak membangunkan dia, ia selalu marah dan sedih, mencubit hidung Sari, membuat ia bangun dan melirik ke arahku.
"Bagun, ini sudah subuh loh."
Sari beranjak berdiri, dimana jidatnya terjeduk atap mobil, " Aw, aku lupa jika kita ada di dalam mobil. "
Setelah bangun, aku mulai mengatur kembali kursi mobil seperti semula.
"Sekarang kita cari mesjid di dekat sini. "
Aku mulai menjalankan mesin mobil, untuk mencari keberadaan mesjid terdekat di kota.
Dan akhirnya kita menemukan mesjid untuk menjalankan ibadah salat subuh.
"Ayo."
********
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, akhirnya kami menemukan kontrakan yang cukup lumayan nyaman untuk kita tempati.
"Gimana kamu suka tempatnya."
Melihat lihat dan pada akhirnya istriku setuju, ia tersenyum lebar dan suka dengan pilihanku.
Tanpa berlama lama, aku menurunkan beberapa barang dan baju untuk dibereskan oleh istriku.
"Sari, kamu tak keberatan kan jika aku tinggal bekerja. "
Sari wanita yang menjadi istriku kini tersenyum lebar dan menjawab, " Tak apa mas, semua barang ini insya allah bisa aku bereskan sendirian, kamu jangan kuatir ya. "
Mengusap pelan kepala rambut istriku, " Terima kasih atas pengertiannya sayang, aku berangkat bekerja dulu. "
Mencium kening Sari dan pergi untuk berangkat bekerja.
Setelah sampai di kantor, aku dikejutkan dengan Puja yang sudah duduk di tempat kerjaku.
"Ngapain kamu duduk disini, awas. "
Aku mengusir Puja terang terangan, dimana wanita itu tak mau pergi. Ia malah tersenyum sinis dan berkata, " aku nggak akan pergi. "
Kesal dengan perkataan Puja, aku mendekat untuk menarik tangannya.
Namun, bukannya Puja menyingkir dari kursiku, ia malah menarik balik tanganku. Hingga kami terjatuh dan saling himpit.
Ahhh.
Puja malah berteriak, membuat aku yang berada di atas tubuhnya terkejut dan berusaha pergi, namun tangan wanita itu mencengkram leherku hingga aku tak sanggup berdiri.
Tangan kanannya melingkar pada pinggang, " Lepaskan aku, nanti orang orang kantor akan salah paham. "
Puja malah tersenyum lebar, ia tak peduli dan malah berteriak lagi dan meminta tolong.
"Tolong. Ah, jangan Pak Riki. "
"Hentikan, jika kamu lakukan itu."
Aku mencoba membekap mulutnya karena rasa panik, mendengar teriaknya. Berusaha bangkit dan melepaskan lingkaran tangan Puja yang masih berada pada pinggangku.
Namun betapa liciknya Puja, ia menggigit jari tanganku dengan begitu keras. Membuat aku kesakitan dan melepaskan tanganku yang menutup mulutnya.
"Ahk."
Puja kembali berteriak, meminta tolong seolah olah aku sudah melakukan hal yang buruk padanya.
Semua pegawai di kantor datang, melihat adegan yang terlihat oleh kedua mata mereka.
"Puja, Riki. "
Aku yang terkejut dengan kedatangan mereka, kini bisa menghindar setelah Puja melepaskan tangannya dari lingkar pinggangku.
Puja bangkit ia berlari ke arah para pengawai, dimana aku masih terduduk dengan perasaan tak karuan, karena pastinya aku akan tersalahkan saat ini.
"APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN TERHADAP PUJA?"
Berusaha membela diri, tetap saja tak bisa. Puja menangis dengan kondisi rambut dan juga baju sedikit sobek dan terbuka.
"Riki. Mau memperkosaku. "
Semua mata yang memandang ke arah Puja terlihat terkejut, mereka tak menyangka dengan perkataan Puja.
"Riki, kami nggak nyangka ya. Kamu tega sama Puja."
"Aku tidak bermaksud seperti itu, dia menarik tanganku. "
Semua sudah terlanjur kesal kepadaku, mereka menarik tangan seperti ingin memberikan pelajaran untukku.
Pukulan demi pukulan dilayangkan orang orang kantor, dimana satpam dengan sigap datang menenangkan kerusuha.
"Stop, biar masalah ini kita bawa ke jalur hukum. Karena sudah masuk pada pelecehan."
"Tunggu, aku tidak melakukan apapun pada Puja, dia memfitnahku. "
"Kalau dia memfitnahmu tidak mungkin Puja berteriak meminta tolong. "
"Sebaiknya kita tanya pada pihak keduanya, sebelum kita bawa ke kantor polisi. Gimana, saya nggak mau kalau perusahaan ini mendapatkan image tidak baik atas perlakuan pelecehan yang dilakukan oleh Riki kepada Puja. "
"Aku setuju. "
Semua berbodong bodong, dimana aku melihat sekilas ke arah Puja yang tersenyum senang melihat keadaanku yang dibawa oleh satpam.
Aku dimintai keterangan oleh para pegawai kantor, begitupun dengan Puja, ia begitu lihai memerankan dramanya, seolah olah dia tersakiti.
Sedangkan aku yang tak punya kuasa, saksi dan bukti hanya diam dan tak tahu harus memberi pembelaan apa lagi.
Sampai dimana, " sudahlah, masukkan aku ke dalam penjara, aku tidak mau berurusan dengan wanita ini. "
Sebegitu pasrahnya aku sampai tak mau berurusan lagi dengan Puja. " Hanya Allah yang tahu siapa yang sebenarnya salah."
Puja melirik ke arahku, terlihat ia menyunggingkan bibirnya.
"Sebagai seorang wanita aku ingin meminta pertanggung jawaban atas perbuatan yang dilakukan Riki berulang kali kepadaku. "
Para pegawai kantor yang mendengar pekataan Puja tentunya syok, " jadi Riki sudah melakukan perbuatan ini beberapa kali kepadamu Puja?"
Puja menganggukkan kepala dengan kebohongan yang ia buat-buat, " benar benar wanita licik, bisa bisanya kamu memfitnah aku, gila kamu puja. "
Aku menghardik wanita yang ada di sampingku, tak terima dengan tudingannya.
Puja malah menangis terisak isak menatap ke arahku dengan deraian air mata, " aku hamil anak kamu. "
"K£p@r@t, b£r€ng*$k. Bisa bisanya kamu buat teman sekantormu hamil, gila kamu Riki." Itulah cacian yang aku dapatkan dari teman kantorku yang begitu mempercayai tangisan Puja. Dimana mereka mulai melayangkan pukulan lagi. "
Berdiri dengan hati penuh rasa emosi, " DEMI ALLAH AKU TIDAK PERNAH MELAKUKAN HAL TAK SENONOH KEPADA PUJA. AKU DI FITNAH. "
Entahlah mereka akan percaya atau tidak dengan kesaksianku setelah aku mengucap sang maha kuasa atas kebenaran.
Salah satu sahabatku kini menarik kerah baju dan berkata, " jangan bawa bawa nama Allah, kalau memang kamu sudah melakukannya. "
"Jadi apa mau kalian? Aku sudah mengatakan kejujuran, tapi kalian tak percaya. "
"Kami tak percaya, karena kami melihat kamu sudah melakukan hal yang tak wajar pada Puja."
Aku mengusap kasar wajahku, sudah habis kesabaranku karena wanita bernama Puja.
Salah satu teman dekatku kini memukul mukul bahu dan berkata, " nikahi Puja, agar semua urusan beres. "
Aku menatap tajam ke arah lelaki itu, " aku tidak mau, aku sudah mempunyai istri. Dan lagi aku tidak melakukan pelecehan itu, jika kalian menganggapku seperti itu, bawa saja sekarang aku ke kantor polisi. "
Apa tanggapan teman sekantor setelah mendengar keinginanku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Far AzaLah
Gk jadi baca nya...males...terlalu lebay
2024-01-21
0
Izaz Tismaini
orang kantor juga bodoh cepat skli percaya omongan puja
2023-05-14
0