Aku mengacak rambutku dengan kasar, setelah ibu provokator perkataan yang akan membuat Sari menyalahkanku.
"Bu, apa maksud ibu. Jelas jelas tadi ibu bersama dengan Puja."
"Alah, kamu hanya ingin menyelamatkan diri kamu sendiri, berkata jujur lah Riki, apa yang sudah kamu lakukan bersama dengan Puja di dapur. "
Sari masih saja terdiam, mendengar perkataan ibu yang terus menekanku.
"Bu, Riki ini anak ibu, darah daging ibu. Kenapa ibu malah memfitnah anak sendiri?"
"Siapa yang fitnah, ibu ngomong sesuai kenyataan. "
Aku tak habis pikir dengan ibu kandungku sendiri, yang tega menggoyahkan rumah tangga anaknya sendiri.
"CUKUP."
Teriakan Sari membuat perdebatan aku dan ibu berhenti, kedua mata bulat dengan bola mata hitam kini melirik ke arah wajahku.
"Sebaiknya kalian berhenti berdebat, aku benar benar pusing mendengar kalian terus bertengkar, sekarang aku tanya pada wanita ini. "
Puja terlihat tak senang, saat telunjuk tangan Sari menunjuk ke arah wajahnya, " namaku Puja."
"Ya namamu Puja, sekarang aku tanya pada kamu, apa benar kamu berduaan di dapur dengan suamiku?"
Sari malah mempertanyakan hal itu pada Puja, yang jelas jelas bersekongkol dengan Ibu.
Puja melirik ke arahku, dimana aku melihat bibirnya yang ia sunggingkan.
"Puja, aku mau tanya sama kamu, sedang apa kamu di dapur dan benarkah kamu bersama dengan suamiku?"
Pertanyaan Sari pada Puja membuat hatiku tak karuan, aku takut jika wanita itu malah bercerita tentang kebohongan.
"Sebenarnya suami kamu sudah memaksa aku melakukan hal tak senonoh Sari, jadi …."
"Apa maksud kamu Puja. " Aku yang geram langsung menghentikan perkataan gadis bernama Puja itu.
Namun Sari terlihat tak suka dengan perkataanku, " Mas, apa kamu bisa diam terlebih dahulu, Puja belum selesai bercerita."
Tak tahu apa yang harus aku lakukan, membuat tangan kekar ini mengusap kasar wajah, " Sari, jika kamu istriku percayalah padaku, apa yang dikatakan Puja itu tidak benar. "
Puja tiba tiba saja berpura pura menangis, ia memeluk tubuh ibu, " kenapa malah Puja yang disalahkan, bu. "
"Ya ampun Puja, kamu yang sabar ya. "
Sari seperti tak tahan, ia kini masuk ke dalam kamar. Aku takut istriku menangis lagi karena kebohongan yang dibuat buat Puja, ikut masuk dan berkata, " Sari, ayolah. Jangan percaya akan perkataan Puja ya. "
Sari mulai membuka tas besar, ia mengambil baju yang berada di dalam lemari.
"Apa yang mau kamu lakukan, stop jangan lakukan hal ini. "
"Sari."
Aku terus membujuk istriku, agar tidak pergi dari rumah, aku tak mau kesalahpahaman dan fitnah ini menghancurkan rumah tangga yang sudah aku bangun selama enam bulan.
Aku sangat mencintai istriku.
"Sari please, dengarkan Mas dulu. Jangan kamu tertipu dengan perkataannya, di itu gadis licik. "
"Sari."
Aku memegang lengan tangan istriku, membuat ia tiba tiba saja membanting baju memasukkan ke dalam koper.
"Apalagi mas, sudah cukup penderitaan yang aku hadapi di rumah ini setelah menikah dengan kamu, aku masih tetap bersabar dengan kelakuan dan perkataan ibu kamu yang menyakiti hatiku. Tapi jika melihat kamu bercumbu dengan wanita lain, hilang kesabaranku, seakan aku tak dihargai. "
"Bercumbu, Sari, aku tidak melakukan hal itu, semua adalah fitnah. Jadi jangan percaya dengan omong kosong yang dikatakan Puja."
Sari menghentikan aksinya yang terus mengambil baju dari lemari, ia kini menatap ke arahku dengan tatapan penuh pertanyaan." Kalau memang kamu tidak bersalah, mana buktinya. Jangan sampai perkataan gadis itu benar. "
"Bukti."
"Ya bukti, lantas apa lagi? Kalau ada bukti, jika kamu tidak melakukan hal itu, aku akan percaya. "
Aku berusaha memikirkan apa yang dikatakan istriku.
"Jadi ada tidak kamu bukti, atau tidak ada bukti minimal saksi. "
Tetap tenang, setelah Sari memintaku sebuah bukti, membuat pergi dari hadapannya.
"Kamu jangan kemana mana, aku akan membawa bukti itu. "
Keluar dari kamar Sari, terlihat ibu dan Puja masih berdiri di depan pintu kamar, terlihat sepertinya mereka menguping pembicaraanku dengan Sari.
"Sedang apa kalian, masih mau menghancurkan rumah tanggaku."
Ibu terlihat santai begitupun dengan Sari, ia tak melirik sama sekali.
Dimana aku bergegas berjalan untuk pergi mengecek cctv, semoga saja cctv di dapur masih menyala. Jadi aku bisa memperlihatkan bukti jika aku tidak bersalah.
Ibu mengikuti langkah kaki, ia berteriak memanggil namaku, " Riki, sudahlah, jika Sari ingin pergi meninggalkan rumah ini, ikhlaskan saja, biarkan Puja jadi pengganti Sari untukmu."
Aku sudah menduga, jika yang diinginkan ibu yaitu aku berpisah dengan Sari, ia melakukan cara apapun agar aku berpisah dengan istriku sendiri.
"Astaghfirullah, ibu sadar tidak dengan ucapan ibu itu?"
"Ya sadar lah, memangnya ibu ini gila apa! Heh, Riki Puja itu lebih baik dari Sari!"
"Ibu tahu dari mana jika Puja itu lebih baik, ibu itu pawang atau peramal?"
"Kamu ngomongnya kok gitu sama orang tua sendiri, kualat loh!"
"Kualat seperti apa yang ibu maksud, ibu yang sudah membuat dosa untuk anaknya. "
Aku tak tahan, pergi ke ruangan kerjaku untuk mengambil laptop, membuktikan dengan cctv jika aku tak melakukan hal yang dikatakan oleh Puja.
Masuk dan mengambil laptop itu, ibu terlihat tak suka, ia mengejarku. Lalu, membanting laptop ke atas lantai.
"Ibu, ini laptop kerjaku, kenapa ibu hancurkan."
Sari dan Puja datang berlari ke arahku, mereka tampak syok dengan apa yang ibu lakukan.
Tak ada rasa bersalah sedikitpun dari raut wajah ibu, wanita itu terlihat begitu santai.
"Mas."
"Sari, kamu tenang saja, aku akan membuktikan jika aku tidak bersalah."
Apapun cobaan yang aku hadapi saat ini, aku akan tetap mempertahankan rumah tanggaku dengan Sari, karena semua itu pilihanku.
Mengambil sebuah benda kecil, ibu terlihat ingin merebutnya, namun aku berusaha tetap mempertahankan benda itu.
"Ibu ini kenapa sih, sudah cukup ibu menghancurkan laptopku sekarang mau mengambil barang bukti lagi. "
Entah ibu sengaja atau tidak, tiba tiba saja wanita tua itu mejatuhkan tubuhnya ke atas lantai, hingga kepala membentur tembok.
Aku yang melihat aksi ibu terkejut, " bu. "
Sari mulai membantu ibu untuk sadarkan diri, karena darah begitu banyak keluar dari kepala wanita yang sudah melahirkanku ini.
"Sari, kamu tunggu ibu di sini, aku akan menyiapkan mobil, membawa ibu ke rumah sakit. "
"Ya mas. "
Langkahku terasa lemas, walau ibu jahat dan tega pada Sari, tapi tetap saja perasaanku sebagai seorang anak tak karuan jika melihat ibu melakukan hal yang melukai dirinya.
Sampai di dalam mobil, aku menyiapkan semuanya, berlari ke arah ibu. Perlahan membopong tubuh wanita tua itu untuk masuk ke dalam mobil.
"Bu bertahan ya. "
Puja tiba tiba saja masuk ke dalam mobil, ia malah mendorong tubuh istriku keluar.
"Puja, kamu gila ya. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments