Karena rasa penasaran dan takut terjadi apa apa, kami berdua keluar dari kamar. Dan melihat ibu tengah berteriak tanpa alasan jelas, " Ibu, kenapa?"
Wanita tua itu seperti sengaja, memancingku dan Sari untuk keluar dari dalam kamar.
"Ibu hanya ingin mengetes suara ibu ini saja, masih nyaring!"
Wanita tua itu menatap ke arah Sari, membuat aku merasa tak enak hati, seperti ada sesuatu yang akan ibu katakan." Hem, Sari. "
Sari yang selalu menundukkan pandangan, kini menatap ke arah wajah ibu, " ada apa bu?"
"Izinkan suamimu ini mengantarkan Puja pulang, kasihan Puja, jauh jauh datang hanya ingin melihat keadaan kamu."
Mendengar hal itu, Sari terlihat bingung, ia melirik ke arahku sekilas membuat aku memberikan kode mata agar Sari tak menuruti keinginan ibu.
"Gimana Sari?" Ibu bertanya kembali, dan Sari kini menjawab!" Itu tergantung Mas Riki, mau atau tidak mengantarkan Puja, karena Sari tak bisa memaksa Mas Riki jika dia tak mau. "
Ibu terlihat tak senang dengan perkataan Sari, dimana aku berteriak memanggil Riri.
"Riri, Riri. "
Ibu mengerutkan dahinya, memukul bahuku, " Ngapain kamu, memanggil manggil si Riri. "
"Loh kan ibu kasihan sama si Puja, biarkan Riri mengantarkan Puja, jika nanti Riri pulang kemalaman Riri-kan bisa tuh menginap di rumah Puja. Gimana Puja? Daripada kamu naik taksi di jam malam begini?"
"He, iya Riki, apa yang kamu katakan benar juga!"
Ibu terlihat tak suka jika Riri mengantarkan Puja. " Mana bisa begitu, kamu saja yang mengantarkan Puja, kamu kan laki laki bisa menjaga Puja jika dalam bahaya."
Aku terus memanggil Riri, dimana adikku yang sudah menjadi janda itu datang dan bertanya. " Ada apa sih kak, teriak teriak kaya burung beo."
"Heh, dari pada kamu nggak ada kerjaan di rumah. Lebih baik kamu pergi antarkan Puja pulang ke rumah, nih kunci mobilnya."
Ibu langsung mengambil kunci mobil itu tiba tiba membuat aku terkejut. " Riri, dia itu wanita, jadi kalau memang kamu Riki. Nggak mau mengantarkan Puja pulang, dan lagi. Di luar hujan deras banyak petir, ibu izinkan Puja menginap di rumah ini. "
Aku membulatkan kedua mataku, tak setuju dengan perkataan ibu," Apa bu, nggak. Riki nggak setuju dengan keinginan ibu."
"Loh, kok kamu gitu sih, Riki. Ini kan rumah ibu, jadi ibu bebas dong mengatur semuanya."
"Tapi bu, Puja seorang gadis, apa nanti kata orang kalau dia menginap di rumah ini. "
"Ya ampun Riki, masalah hal seperti itu gampang, bilang saja dia itu teman Riri."
"Tapi."
"Sudah tak ada tapi tapian, sekarang Puja, ibu siapkan kamar tamu untukmu."
Puja yang hanya seorang gadis tak menolak keinginan ibu, ia hanya menurut membuat aku geram, masih ada model gadis seperti Puja, membuat mood istriku jelek saja.
Sari pergi begitu saja, ia masuk ke dalam kamar, dimana aku mulai menyusul.
"Gitutuh, punya menantu yang nggak tahu diri, nggak ada kerjaan di rumah inginnya enak sendiri, nikmatin duit suami, penyakitan lagi." Aku mendengar perkataan ibu, membuat hatiku sakit, bisa bisanya ibu selalu mengatakan hal yang tak pantas.
"Sari, tunggu. "
Berjalan lebih cepat, masuk dan menyusul.
Sari duduk dan aku mulai memegang tangannya, " Sari kamu pasti sakit hati dengan perkataan ibu ya, dan lagi tak suka jika Puja menginap di rumah ini. Maafkan aku yang kurang tegas ya, "
"Mas, kamu nggak salah kok, aku nggak kenapa kenapa. Toh ini rumah ibu, dan memang yang berhak mengatur semuanya hanya ibu dan aku hanya orang luar yang tinggal dan menikmati jerih payah kamu. "
Aku langsung menempelkan jari tanganku pada bibir Sari, " Hust, nggak boleh ngomong kaya gitu, kamu bukan orang luar kamu bagian dari hidupku. Istri sahku, dan kewajibanku untuk menafkahi kamu."
Aku mulai memeluk istriku dengan erat," sepertinya kita harus pergi dari rumah ini, aku tak tahan jika ibu terus mengatakan hal yang tak pantas kepada kamu. "
"Kalau kita pergi dari rumah ini, apa ibu akan baik baik saja, aku takut jika ibu nanti sakit sakitan lagi. "
"Ya harus gimana lagi, ibu dikasih hati malah minta jantung, seenaknya memperlakukan kamu. "
Aku mulai menyuruh istriku untuk beristirahat, dimana rasa haus mulai menganggu tenggorokan.
Perlahan berjalan menuju ke dapur, aku dikejutkan dengan sosok Puja yang berdiri di dapur dengan pakaian seksinya.
Menyalakan lampu, " ngapain kamu pakai baju seperti itu?"
Ibu tiba tiba saja datang dimana ia malah mendukung dan mebela Puja. " Loh memangnya kenapa kalau Puja itu pakai baju kaya gini, kan bagus dia fres dan masih terlihat segar. "
Apa yang dikatakan ibu ada benarnya, tapi rasanya tak pantas, karena bagaimana pun Puja adalah tamu, jika Sari melihat pakaian Puja seperti ini, pasti dia akan marah dan tak suka.
"Kenapa malah diam saja," ucap ibu, membuat lamunanku membuyar karena memikirkan perasaan istriku.
"Aku haus mau minum, dan ibu lagi, ngapain coba pake memuji Puja dengan pakaiannya yang seperti itu, di mataku, dia seperti murahan memamerkan aurat yang akan memacing syahwat laki laki dan itu tidak patut di contoh. "
Entah sejak kapan aku menjadi penceramah untuk ibu dan Puja.
Palkk .... Ibu tiba tiba saja memukul kepalaku dan berkata, " bisa bisanya kamu mengatakan jika Puja itu murahan, eh. Jaga ucapan kamu. "
"Kalau memang Puja tak ingin di sebut murahan, pake baju yang tertutup saat tidur jangan baju kurang bahan seperti itu. "
Aku mengisi gelas dengan air dan pergi dari hadapan Puja dan juga ibu, kepergianku membuat ibu menenangkan Puja.
"Maafkan ibu ya. Riki kalau ngomong memang kaya begitu, nggak bisa dikontrol, padahal dalam hatinya dia pasti memuji kamu. Hanya saja dia takut jika terus terang malah melukai hati istrinya."
Aku menggelengkan kepala, begitu bencinya ibu pada Sari dan ingin membuat pernikahan kami hancur, sampai sampai mempropokator Puja.
"Mas, kamu dari mana saja?"
Sari tiba tiba saja muncul, aku masih dengan posisi memegang gelas berisi air yang penuh.
"Loh, itukan Puja, kamu ngapain dengan dia?" tanya kembali Sari, membuat aku membalikkan badan dimana Puja sudah ada dibelakang punggung dengan senyumannya yang merekah.
Sari melihat tampilan Puja, dari ujung kaki hingga ujung kepala. " Mas, kamu tidak ada apa apa dengan dia kan dimalam hari begini?"
Pertanyaan Sari membuat aku menjawab!" apa maksud kamu, tidak ada, dia tadi bersama ibu!"
Ibu tiba tiba saja datang dan berkata, " kata siapa Puja sama ibu, toh ibu baru keluar dari kamar. "
Deg ....
Apa maksud dari perkataan ibu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Izaz Tismaini
jgn kmu terlalu percaya diri sari,ingat jgn terlalu sopan SMA mertua seperti itu,apa lagi ada wanita itu
2023-05-14
0