Deana-5

Setelah hampir dua belas jam menempuh perjalanan, bus itu berhenti di Terminal. Kemudian, Marni dan Deana melanjutkan perjalanan menggunakan taksi. Tubuh Deana sudah merasa sangat lelah, tetapi dia berusaha tetap terlihat bugar karena tidak mau Marni khawatir. Padahal dia sudah mabuk kendaraan dan merasakan mual.

Taksi tersebut berhenti di sebuah rumah yang sangat mewah berlantai tiga dengan halaman yang begitu luas. Kalau di kampung ukurannya sama seperti lapangan desa atau mungkin lebih luas lagi. Deana berdiri menunduk saat dirinya berhadapan dengan sepasang suami-istri paruh baya yang merupakan pemilik rumah tersebut. Sementara Marni berdiri tenang di samping gadis itu.

"Ini pengganti Asih, Tuan, Nyonya. Namanya Deana." Marni memperkenalkan. Deana sendikit mendongak lalu menunjukkan senyum simpul setelah itu dia kembali menunduk dalam.

Ia masih merasa canggung. 

"Aku harap kamu bisa bekerja dengan baik di sini. Sekarang lebih baik kalian istirahat dulu, aku tahu kalian pasti sangat lelah." Tiara—majikan Marni— memberi perintah. Marni dan Deana sama-sama membungkuk hormat sebelum akhirnya berpamitan dari sana.

***

Deana bisa dengan cepat melakukan tugasnya karena sebagian besar yang harus dilakukan seperti yang sering dia kerjakan di rumah. Hanya bagian bersih-bersih rumah saja, sedangkan untuk urusan memasak sudah menjadi tugas Marni dan ada pembantu yang lain lagi.

Deana baru saja selesai dengan pekerjaannya setelah sholat isya', lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menatap langit-langit kamar. Pikirannya jauh menerawang hingga tanpa sadar bulir-bulir bening menetes dari kedua sudut matanya. Rasanya dia begitu merindukan Tinah juga Rangga, padahal baru dua hari mereka berpisah. Ingin sekali Deana menghubungi ibunya sekedar untuk melepas rindu, tetapi dia khawatir menganggu istirahat sang ibu karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Deana kangen ibu sama Rangga," gumam gadis tersebut sebelum akhirnya memaksa matanya agar bisa terpejam karena besok harus bangun pagi untuk pergi ke pasar bersama Marni. Karena rasa lelah, Deana akhirnya benar-benar tertidur lelap.

Adzan shubuh baru saja berkumandang, Deana mengerjapkan kedua mata lalu turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka sekalian berwudhu, Deana mengerjakan kewajiban sebagai seorang muslim. Kemudian, dia pergi ke dapur karena yakin Marni pasti sudah berada di sana.

"Kamu sudah bangun, De?" tanya Marni saat melihat Deana sudah berada di ambang pintu.

"Sudah, Lik. Apa yang harus Dea kerjakan?" Deana berdiri di samping Marni dan mengamati apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu.

"Kamu bersih-bersih dulu saja, De. Nanti kalau lik sudah selesai masak kita akan ke pasar buat belanja. Hari ini Mas Adit akan ke sini," tutur Marni. Kening Deana terlihat mengerut sehingga membuat kedua alisnya saling bertautan.

"Siapa Mas Adit itu?" tanya Deana penasaran.

"Putra sulung tuan, tapi sekarang sudah punya rumah sendiri. Kebetulan Den Raffi libur sekolah jadi mereka akan tinggal di sini cukup lama," jelas Marni, tetapi hanya ditanggapi dengan anggukan karena Deana belum paham maksud ucapan Marni. 

Yang terpenting dia sudah mengiyakan. 

Tidak menunggu lama, Deana segera berpamitan untuk kembali membersihkan rumah tersebut. Dia menyapu seluruh ruangan di rumah itu bersama dengan Dewi—pembantu yang lain. Rasanya begitu melelahkan, tetapi Deana berusaha untuk tidak mengeluh.

Setelah Deana selesai dengan tugasnya dan Marni juga sudah menyiapkan sarapan, mereka berdua bergegas ke pasar untuk berbelanja dengan menggunakan angkutan umum karena sopir pribadi di rumah tersebut sedang mengantar majikan mereka semua.  Deana dengan setia mengekor ke mana pun langkah Marni yang hampir memutari seluruh wilayah pasar.

Satu jam berada di pasar, mereka keluar dengan membawa dua keranjang belanjaan yang sudah penuh. Ketika mereka sedang menunggu angkutan umum, tiba-tiba pandangan Deana tertuju pada seorang anak laki-laki yang hendak menyeberang tanpa melihat kanan kiri.

"Awas!" Deana mendorong anak itu sehingga jatuh tersungkur di tepi jalan, sedangkan  kaki Deana terluka karena terserempet motor tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!