Part 7

Naya yang melihat itu pun semakin waspada, sampai seseorang datang mengagetkan mereka.

" HENTIKAN... " Teriak seseorang yang baru saja tiba di situ.

" Hah, tu tuan kenapa tuan bisa ada di sini, sedang apa tuan di si sini ?" tanya pengasuh itu sambil gelagapan karena sangat terkejut dengan teriakan majikannya.

" Papah... hiks hiks hiks... " panggil gadis kecil itu yang langsung melepaskan pelukannya terhadap Naya dan langsung berlari memeluk ayahnya.

" Hap... " sayang papah, kenapa Flo bisa ada di sini, dan apa ini kenapa anak papah bisa sampai menangis seperti ini ?" tanya seorang pria yang sangat gagah dan tampan yang hanya menggunakan celana panjang hitam, kemeja putih yang lengannya menggulung sampai siku, serta tatanan rambut yang sangat rapi di tambah kacamata putih sehingga menambah tampan dan kerennya pria satu anak itu.

Sejenak Naya dan pengasuh yang ada di situ sangat terpesona dengan pria satu anak itu, tapi dengan cepat mereka berdua menormalkan kembali perasaan mereka.

" Oh jadi ini ayah gadis kecil itu, bagaimana bisa anak tersiksa begitu ia tidak mengetahuinya, keterlaluan ck CK ck..." gerutu Naya dalam hati sambil memperhatikan ayah dan anak itu.

" Hiks hiks hiks... Flo hiks hiks hiks... " perkataan Flo langsung terhenti saat melihat tatapan tajam dari pengasuhnya itu yang membuat gadis kecil itu begitu sangat ketakutan.

" Reni, ada apa ini, kenapa Flora menangis seperti ini ?" tanya pria itu dengan tegasnya.

" Ii itu tuan, tadi perempuan itu mau menculik nona kecil sehingga nona sampai menangis seperti itu, dan dan tadi saya berusaha untuk menyelamatkan nona dari penculikan itu " jawab pengasuh itu sambil terbata dan gemetar.

" Wah pandai sekali dia memutar balikan fakta, awas kau ya, salah kamu jika berurusan dengan ku " kata Naya dalam hati sambil bersikap santai di depan mereka.

Mendengar itu pria itu sambil menatap tajam ke arah Naya, sambil menggendong sang putri ia melangkah mendekati Naya.

" Siapa kamu HAH... Beraninya kamu menculik anak saya, tidak akan saya lepaskan kamu begitu saja " kata pria itu dengan tegasnya dengan tatapan yang sangat tajam dan sangat marah.

Tapi bukan Naya namanya kalau takut hanya karena bentakan seperti itu, dan pengasuh itu tersenyum sinis menatap Naya yang di bentak pria itu.

" Sayang, kamu jangan takut ya bukankah tadi kakak sudah bilang, kakak akan menolongmu dari monster itu tenang saja ya " kata Naya, yang bukannya menjawab pertanyaan pria itu tapi malah menenangkan gadis kecil yang masih menangis di pelukan sang ayah.

" Apa maksudmu berkata seperti itu haah... ?" tanya pria itu lagi dengan kesalnya.

" Anda bisa tidak kalau ngomong tidak usah ngegas gitu, takut anaknya nanti, sebaiknya Anda tanyakan langsung pada putri anda apa yang sudah terjadi. Heran saya, anak sampai tersiksa begitu, anda sebagai orang tua tidak mengetahui sama sekali, ck CK ck... " balas Naya sambil menatap pria itu dengan tatapan tajamnya.

Pria itu langsung terdiam karena mendapat bentakan kata - kata dari orang yang di tidak di kenalnya itu.

" Dan kau, nenek lampir, kamu salah berurusan dengan saya karena apa, detik ini juga saya sudah melaporkan anda pada polisi, jadi bersiap - siaplah mendekam di penjara. " kata Naya lagi yang berpindah menatap tajam ke arah pengasuh itu.

" Apa maksud kata - kata mu itu, siapa yang tersiksa, dan apa yang kamu bilang saya tidak mengetahui, siapa kamu yang mengetahui keluarga saya " kata pria itu tidak terima.

Mendengar kata polisi pengasuh itu langsung gelagapan, ia sangat terkejut tapi cepat menormalkan kembali perasaannya.

" Dasar penculik, bicara sembarang pada tuan Dirga, beri dia pelajaran tuan, biar dia tahu rasa " kata pengasuh itu dengan sinisnya.

" Dasar modus kamu penculik, pengawal tangkap perempuan ini " teriak pria yang bernama Dirga saking kesalnya.

" Tidak usah repot-repot Pak, karena percuma saja, yang ada anak buah bapak yang masuk rumah sakit, lagian sebentar lagi polisi akan datang, biar cepat kelar semuanya. " kata Naya dengan tenangnya, karena ia begitu malas meladeni orang yang berkuasa seperti itu, dan hal itu sudah sangat biasa bagi Naya menghadapinya.