Gue masih betah tidur diatas kasur yang posesif ga mau gue kemana-mana, sampai ketika bunda membuka gorden kamar.
Silau
"Lima menit lagi bun" ujar gue males sambil mengangkat selimut menutupi wajah.
"Come on honey wake up" jawab bunda gemas dan gue sangat yakin sekarang bunda sedang berdecak pinggang. Bunda menarik paksa selimut gue.
"Bun pliss" rengek gue memelas namun bunda sepertinya ga peduli dengan rengekan gue.
"Bangun sekarang! Atau bunda siram kamu pakai air satu ember" ancam bunda garang membuat gue langsung duduk seketika.
Pusing guys, diatas kepala gue rasanya ada banyak bintang berputar.
Dengan malas gue bangun dari ranjang lalu berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.
Sepuluh menit gue keluar kamar mandi dan mengambil seragam sekolah diatas kasur yang sudah siapkan oleh bunda. The best banget emang bunda, ah salah tepatnya bunda ga mau lemari pakaian berantakan. Biasalah ya, gue itu anaknya super duper gerasak-grasuk. Bunda sampai bilang gini ‘daripada darah bunda naik, mending bunda yang siapin’
Setelah mengganti pakaian gue mengemasi buku pelajaran yang bakal bawa ke sekolah, lalu turun menuju meja makan untuk sarapan berasama bunda dan ayah.
Kenalin gue Meidina Adhmaja Putri tunggal gak punyai kakak atau pun adik. Dulu kata bunda, gue seharus mempunyai seorang kakak perempuan namun sayang tuhan lebih sayang calon kakak gue. So, im alone now.
"Bun, masa aku satu kelas lagi sama si Mail"curhat gue malas sambil mengolesi roti dengan selai coklat.
"Ya bagus dong, bisa belajar bareng lagain kita sama Devan tetanggaan"jawab bunda tersenyum lembut, tapi gue mengerutkan bibir. Ga suka aja, bunda tu kek lebih sayang sama Mail masa.
"Tapi kan bun aku tu dari TK sampe sekarang kelas 2 SMA sama dia mulu, mana dia suka gangguin aku lagi"
"Eh gak boleh gitu, Devan kan temen main kamu lagian Devan baik kok orangnya, sopan lagi. Iya kan yah?"
"Apa yang dibilangin bunda kamu bener sayang" jawab ayah membuat gue kicep.
Gue menghela nafas, seandainya ayah sama bunda melihat kelakuan Devano yang sebenarnya mungkin penilaian ayah sama bunda pasti ga kayak sekarang.
"Yah, ayah nganterin aku kan?" tanya gue mengalihkan topik, enek gue dengar pujian untuk Devano berlanjut lagi.
"Iya sayang"
Huh,
Devan tu superduper ngeselin, suka bikin naik darah. Untung aja gue cantik coba kalo engga, udah jantungan mungkin gue. Hihi.
*
Dina menyipitkan mata, jiwa dektektifnya mulai beraksi ketika melihat Davan sibuk menulis sesuatu dimejanya. Devan memandang kertas yang baru ia tulis dengan tersenyum penuh makna. Dan Dina yakin Devan sedang merencanakan sesuatu yang bersifat jail.
"Tu, Puthu " panggil Davano terhadap teman sebangkunya yang sedang mengobrol dengan Nita gebetan Puthu.
"Paan sih Van" jawab Puthu ogah-ogahan tidak rela jika obrolannya dengan sang gebetan berakhir. Vano tidak menjawab tapi mengangkat kertas yang ia tulis tadi. Puthu mengerti lalu mengambil double tip dilemari kelas. Lalu tersenyum devil.
"Woi bro, lo kagak ikutan nonton dibelakang" ujar Vano menepuk pundak Yudha kencang. Sontak saja membuat badan Yudha condong kedepan.
"Pakkk yuu! Kaget gue njirr!” umpat Yudha membuat Devan menyengir kuda.
“hehe, tumben amat lo. Biasanya juga ikut nimbrung”
“Males, bosan gue" jawab Yudha menempelkan kepalanya kemeja.
"Ya udah deh, gue kesana dulu ya"ujar Vano lagi sambil menahan tawanya agar tidak pecah. Bisa gawat kalau Yudha tahu duluan sebelum teman-teman yang lain. Bisa-bisa hancur rencana baiknya.
Vano dan Puthu bertos ria ketika sudah menempelkan kertas tepat dibelakang Yudha.
“yoss berhasil”
Tidak lama kemudian bu Tini masuk kekelas.
"Bersedia, beri salam pada buk guru" teriak Vano, kami semua berdiri.
"Assalamuaikum wr.wb"
"Walaikumsalam.wr.wb silahkan duduk" jawab buk Tini.
"Oke, sekarang kita masuk bab Metabolisme, buka buku paket halaman 57" perintah buk Tini.
"Jadi Metabolisme adalah suatu reaksi yang terjadi didalam tubuh makluk hidup....." jelas bu Tini. Membuat seluruh siswa mengangguk mengerti tak anyal Devan juga mengangguk walau pun ia tidak mengerti.
"Itu yang tidur coba jelaskan contoh metabolisme" teriak bu Tini ke Yudha. Yudha langsung terbangun ketika Dewi teman sebangkunya membangunkan. Ia lalu menatap bu Tini dengan tatapan inocent.
"maju kamu!" perintah bu Tini, segera saja Yudha langsung maju kedepan walaupun ia sama sekali tidak mengerti karena tidak memperhatikan. Jangankan itu memperhatikan saja Yudha sama sekali tidak mengerti apa lagi ketika ia tertidur.
"HAHAHAHA" tawa seisi kelas pecah kecuali Dina tentunya ketika Yudha berjalan kedepan
"Cie anjing galak ni yee" teriak Devan dengan tawa yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"jangan salah lo walau pun anjing galak sama rabies hatinya hello kity hahahaaa"ujar Puthu membuat seisi kelas tertawa makin keras. Dua sejoli itu memang pas sekali menjadi teman.
Yudha merasa bingung kenapa dirinya ditertawakan.
Bu Tini berjalan ke arah Yudha lalu mengambil kertas yang tertempel dibelakang Yudha.
"Siapa yang nulis ini" ujar bu Tini marah ia paling tidak suka jika kelas nya ribut apa lagi dengan masalah tidak penting. Seperti Sekarang ini. Vano mengangkat tangannya disusul oleh Puthu.
"Ah ibuk gak seru" ujar Ani tidak terima karena ia harus belajar kembali.
"iya gak seru" ujar Sari teman sebangku gue.
"Yang bilang gak seru silahkan ikut keluar!" ujar bu Tini bulat kayak tahu bulat membuat Ani dan Sari kicep seribu bahasa.
Yudha menatap Vano dan Puthu dengan tatapan tajam. Seolah berkata.
'Awas lo pada'
"Devano, Puthu. Keluar!" perintah bu Tini. Tanpa diminta dua kali mereka langsung pergi meninggalkan kelas.
Sementara Yudha masih menatap horor kepergian Devan dan Puthu. Ia mengambil kertas itu sontak saja matanya tambah melotot.
'Jaga jarak anjing galak. Sekali gigit langsung mati rabies'
Diluar kelas, Puthu dan Devan kembali bertos ria.
“rencana kedua berhasil”
“akhirnya kita ga belajar, pusing banget gue hihi”
Dina hanya menonton, sudah menjadi kebiasaan Devan membuat sensasi ala-ala selebrity yang gagal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments