Pagi itu di kelas VIII SMP **** . Bida ngobrol dengan 2 teman setianya, Yogi dan Ergi. Ergi duduk dengan Yogi. Sedangkan Bida memang duduk sendiri di deretan paling belakang tepat di belakang Yogi dan Ergi.
"Bagaimana kabarmu hari ini Bidadariku? sehari tanpa kehadiranmu membuatku merasa lapar. Kau adalah bidadari yang membawa keajaiban. Dengan bekal makanan yang kau bawa, menghapus laparku hingga terbitlah kenyangku." Yogi mulai melancarkan kalimatnya yang sok puitis. Bida memang ijin tidak masuk kemarin karena membantu acara pernikahannya mas Gatot anak Bude Sulis, tetangganya. Bida menjadi pagar ayu di acara resepsi pernikahan mas Gatot
"Aku tahu kamu kan hanya kangen bekal makanku. Hari ini aku bawa bekal banyak."
"Kriing kriiing kriiing kriiing ..." bel masuk berbunyi.
Bida yang sibuk mencari kotak pensilnya di dalam tas. Di sampingnya duduk seorang pemuda yang sangat tampan. Bida menatapnya lama.
Tampan sekali, teringat kata bibi bahwa makhluk halus ada yang bisa mengubah wujudnya untuk menyembunyikan wajah aslinya.
"Ganteng ya? kok gitu lihatnya." benar-benar Bidadari. Wajahnya imut tapi bodinya ok. pemuda itu membatin
Bida mengalihkan perhatiannya lalu memasang sikap tidak peduli seolah tidak melihat pemuda itu, meletakkan kotak pensil dan bukunya di atas meja. Bida tidak menoleh ke samping lagi.
"Kamu jelek!" Pasti wajah aslimu sangat jelek sampai kau harus meniru wajah Mario Maurier artis Thailand.
"Ha?" pemuda itu kaget karena baru pertama ini ada yang mengatakan dirinya jelek.
"Selamat Pagi anak-anak" Pak Topo guru matematika yang dikenal paling killer masuk dengan penuh wibawa.
"Selamat pagi pak." Semua murid menjawab dengan semangat. Hal ini dilakukan karena jika jawabannya tidak semangat maka Pak Topo akan meminta semua murid mengulang lagi menjawab salamnya hingga 3 kali.
Bida sangat menyukai pelajaran matematika, bahkan menyukai semua mata pelajaran kecuali olah raga terutama berenang karena mengharuskan menggunakan baju renang.
Meski Bida sudah memilih baju renang yang tertutup tetap saja tidak dapat menyembunyikan bentuk tubuhnya, Bida sangat malu memperlihatkan lekuk tubuhnya. Tinggi badannya 165 cm, berat badannya 47 kg. Berdasarkan BMI ia tergolong agak kurus namun dada dan bagian pantatnya begitu bulat menonjol, sedangkan perutnya rata.
Bida sering membuat alasan saat kegiatan berenang. Jurus paling jitu adalah mengatakan bahwa ia sedang haid.
Selama pelajaran berlangsung, Bida fokus ke pelajarannya. Sama sekali tidak mempedulikan pemuda di sampingnya. Hingga bel istirahat berbunyi.
"Hei, selamat ya kamu adalah orang pertama yang mengatakan aku jelek." pemuda itu menyodorkan tangannya ingin bersalaman.
Bida sama sekali tidak mempedulikannya hanya melirik lalu melengos. Pemuda itu pun menarik kembali tangannya.
"Aku tidak akan memaafkanmu! Kamu tidak ramah."
Bida tetap bersikap seolah tidak mendengarkan ucapannya..
"Baiklah anak-anak, jam istirahat akan dimulai 3 menit lagi. Kita bertemu lagi besok ya. Selamat Pagi." Pak Topo mengakhi pelajarannya.
"Selamat pagi Pak....." ucapan kali ini lebih semangat dari pagi tadi. Begitu Pak Topo keluar kelas. Kelas langsung gaduh, anak-anak bergegas menuju kantin sekolah.
Ergi dan Yogi kompak menggeser kursinya hingga duduk menghadap Bida.
"Bida, ayo mana kuenya? aku lapar bingit" Ergi mengusap perutnya.
"Pangeranmu ini juga la....." belum menyelesaikan kalimatnya, Ergi langsung membungkam mulut Yogi. Yogi yang berpipi cubbi manyun karena kelakuan Ergi.
Bida tertawa terkikik melihat ulah sahabatnya, lalu mengeluarkan bekalnya dari laci mejanya.
Cantik sekali Bidadari ini, tapi mengapa ia tidak mempedulikanku, gumam pemuda yang duduk di samping Bida.
Ergi membuka kotak makan Bida, tampak kue Brownis yang sudah diiris kotak-kotak kecil, Yogi langsung melahapnya bahkan mulutnya penuh karena langsung memasukkan 2 biji kue ke dalam mulutnya.
"Aku yang buka saja belum ambil, kamu hap duluan." Ergi menepuk pipi cubbi Yogi yang menggembung karena penuh.
"Gi, hak..." Bida mengambil kue lalu menyuapkan kepada Ergi.
"Loh kok gitu, aku juga mau da." Yogi berbicara dengan mulut penuh hingga suaranya tidak jelas.
Bida mengambil kue lalu memakannya sendiri. Mereka tertawa bersama.
"Hei, kalian tidak sopan ya? tidak nawari aku makan." Pemuda di samping Bida akhirnya berbicara setelah melongo memperhatikan ketiga orang tersebut.
"Maaf ya, pren. Bida boleh kan Prendi makan kue juga?" Yogi menatap pemuda di samping Bida.
Bida langsung kaget dan menoleh ke sampingnya. "Gi, kamu berbicara dengannya? Kamu bisa melihatnya ?" sambil menunjuk pemuda itu tepat di depan hidungnya.
"Ergi, kamu juga bisa melihatnya?" telunjuk Bida masih menunjuk wajah pemuda di sampingnya bahkan menempel di pipinya.
Yogi dan Ergi bingung dengan sikap Bida.
"Ya elah, kamu kesambet ya da. Anak besar segini, masa kami ndk lihat. Ini si Prendi teman baru kita. Baru kemarin dia masuk sekolah. Kamu kan kemarin ndk masuk sekolah.
"Aaow" Bida menjerit karena jarinya tiba-tiba ditangkap oleh tangan pemuda itu lalu digigit meski pelan lalu melepasnya tapi tetap terkena giginya.
Bida menunduk malu sambil memperlihatkan jarinya.
"Memangnya aku hantu, sampai mereka tidak melihatku. Eh jangan-jangan kau bisa melihat hantu sampai mengira aku hantu atau kamu manusia setengah hantu.
"Bida kaget dan panik. Apakah dia tahu keadaanku?
"Eh, jangan sembarangan ngomong. Ini Bidadari kami. Dia memang setengah-setengah paduan malaikat dan iblis. Wajahnya malaikat, tapi badannya Iblis. Kau akan tahu jika pelajaran berenang. Jangan tertipu dengan wajah imutnya, tubuhnya benar-benar menggoda dari segala arah." Yogi berkata panjang lebar dan jelas.
Plak Plak Plak " Aduh, ampun Bida." Yogi mengaduh karena kepalanya ditimpuk buku Modul Matematika tebal.
Ergi sama sekali tidak membela Bida maupun Yogi. Ia justru ambil kesempatan dengan terus makan kue.
Penjelasan Yogi justru membuat Prendi memperhatikan Bida dengan seksama terutama di bagian dadanya.
Plok "mmh" Sekarang buku yang menghajar Yogi pindah ke wajah Prendi.
"Lihat apa kamu?" lalu Bida mendekap buku tebal itu di dadanya.
"Ya ampun, maaf ya. Aku ndk bermaksud memperhatikan dengan tidak sengaja justru aku sangat sadar ketika memperhatikannya. "
Prendi justru tambah ngawur bicaranya.
Bida melipat tangannya lalu menundukkan wajahnya di atas bangku. Ergi berhenti makan kue lalu melotot ke arah Yogi dan Prendi.
"Kalian sih, Bidadariku kan jadi sedih.
Bida kamu ndk apa-apa kan? maaf kan kami Yogi ya. Soal Prendi, biar kami yang akan menghajarnya nanti. Akan kami jegal kakinya nanti ketika lewat selokan depan sekolah agar kecebur ke selokan."
"Ya, Bida. Maafkan aku ya. Aku kan pangeranmu, masa sih kamu tega tidak memaafkan aku. Aku akan ke rumahmu nanti ya, aku akan buatkan kalung dari untaian bunga kenanga. Biar dah aku akan menyiapkan benang dan jarum dari rumah. Ergi yang akan meronce bunga kenanga sebagus mungkin. Lalu aku persembahkan khusus buatmu." Ergi mulai merayu gombal.
Sebenarnya Bida sudah tersenyum. Bida menyembunyikan wajahnya karena malu sudah menganggap Prendi hantu. Juga malu karena temannya membahas tubuhnya.
"Gini saja, kami juga akan mengajak Prendi, selama kami meronce kenanga, kami akan ikat Prendi ke pohon kenanga agar digigit semut keranggang yang merah dan besar-besar itu."
"Eh, kalian kok memojokkan aku terus. Seolah aku pelaku kejahatan terberat. Aku kan yang teraniaya. Aku yang ganteng ini disebut jelek dan dikira hantu. Coba bayangkan, sakitnya tuh di sini." Prendi menunjuk dadanya.
"Stop! kalian harus datang ke rumahku nanti sore jam setengah 4. Awas jika tidak datang! aku akan membuat perhitungan dengan kalian." Bida mengangkat wajahnya.
"Jadi kamu sudah mengakui jika aku ganteng, serius kamu ingin aku apeli jam setengah 4 sore nanti? cepat sekali kamu jatuh cinta kepadaku" Prendi mulai memperkeruh suasana lagi.
"Gila kamu ya, pd amat. Kita pernah datang ke rumah Bida jam 3 sore, bapaknya sedang menguras kandang sapi. Kita sungkan akhirnya membantu bapaknya nguras kandang sapi. Meski setelahnya kita diberi makan lalapan ayam tapi kami sudah terlanjur kenyang bau celetong (kotoran sapi). Maka kami makan sekedarnya sambil menahan mual." Yogi bercerita dengan ekspresi wajah cemas
Prendi mulai berimajinasi ngobrol bersama Bida di taman bunga seperti di film india tanpa mendengarkan pengakuan Yogi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Clara Safitri
wah seru .lanjut thor
2023-11-24
1
Agustina Kusuma Dewi
celetong
2023-11-19
0
ummah ahmarla
hahaha
2022-08-30
1