Setelah mengumandangkan adzan, Pak Joko melihat bayi mungilnya sedang terlelap. Istrinya tampak lelah. Maka Pak.Joko pelan-pelan mengambil bayi dari gendongan istrinya lalu meletakkannya disamping iatrinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB. Tadi Bu Joko merasakan kontraksi pukul 00.05 WIB pak Joko ingat betul karena sempat melirik jam di dinding kamarnya. Jarak rumah bidan cuma 50 meter, mengapa tadi Ia sampai rumah dengan bidan pukul 01.10 WIB apakah selama itu tadi bidan mempersiapkan diri. Padahal Pak Joko merasa bu bidan segera tanggap setelah memencet bel rumahnya. Tidak perlu waktu lama, bu bidan sudah siap menenteng perlengkapan lahiran. Siapa dukun bayi yang membantu istrinya. Ingin sekali pak Joko menanyakannya, namun Pak Joko merasa waktunya belum tepat. Yang terpenting adalah anak dan istrinya selamat dan sehat.
"Bu, istirahatlah. Biadadari Jini, nama lengkap anak kita. Jini adalah perpaduan nama kita bu, Joko dan Rini. Apa nama panggilan yang cocok menurut ibu?
"Bida saja pak. Kita panggil Bida saja. Bagi kita anak kita yang paling cantik sedunia, maka itu kita beri nama Bidadari namun kata itu terlalu panjang untuk nama panggilan."
Bu Joko menatap lekat-lekat wajah Bidadari mungil yang sedang pulas di sampingnya.
"Baiklah, ibu istirahat ya, aku akan mempersiapkan mengubur ari-arinya Bida."
Bu Joko hanya mengangguk sambil terus memandangi Bida.
Pak Joko mengambil ari-ari yang sudah dibersihkannya, membungkusnya dengan kain kafan lalu meletakkannya di dalam sebuah gendok (kuali kecil bertutup dari tanah liat). lalu keluar rumah tepatnya di belakang rumahnya untuk menggali lubang. Udara terasa aneh, angin semilir seperti membelai tengkuknya. bulu di tengkuknya meremang, pohon jambu di belakang rumahnya bergoyang terkena angin, anehnya mohon mangga di sampingnya tidak ikut tertiup angin.
"Aneh, mengapa angin hanya menerpa pohon jambu, sedangkan ranting pohon mangga tidak bergerak? Ah pasti karena pohon mangga lebih kokoh sedangkan pohon jambu tidak sebesar pohon mangga." Pak Joko bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya. Pak Joko meneruskan menggali lubang. Setelah selesai, Pak Joko pun segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil gendok berisi ari-ari Bida.
Sampai di dalam rumah, Pak Joko kebingungan mencari gendok berisi ari-ari Bida. Padahal Pak Joko yakin bahwa ia meletakkannya di atas meja. Pak Joko membungkuk, melongok di bawah meja. Namun tidak ada juga, lagi pula jika jatuh pasti pecah karena gendok tersebut terbuat dari tanah liat.
Pak Joko memutuskan keluar ke tempatnya menggali lubang, ia mulai berpikir mungkin tanpa sadar Pak Joko sudah membawa keluar gendoknya, ketika hendak menggali lubang. Namun Pak Joko sangat yakin bahwa ia tidak membawa keluar gendok tersebut.
Pak Joko melangkah keluar sambil berpikir dan sampai di belakang rumah, Pak Joko sangat terkejut karena gendok tersebut sudah ada di dalam lubang yang digali. Bau harum bunga kenanga menusuk hidungnya. Ia ingat bahwa ia belum membeli bunga untuk kelengkapan mengubur ari-ari. Bau bunga kenanga semakin menusuk wangi. Angin semilir sangat halus menerpa wajahnya. Pak Joko berdiri, melangkah ke depan rumah tempat pohon kenanga berdiri kokoh dan berbunga lebat. Halaman rumah Pak Joko sangat luas, ada sebuah pohon kenanga di halamannya. Pohon tersebut ditanam oleh nenek Pak Joko. Pak Joko ingat ketika kecil, membantu neneknya menanam bunga kenanga. Sekarang pohon tersebut sudah sangat tua. Berkali-kali Pak Joko berniat menebangnya namun istrinya selalu melarangnya. Istrinya sangat suka harumnya bunga kenanga.
Pak Joko mengambil galah lalu mengamati pohon kenanga, mencari bunga yang bisa dijangkaunya. Namun cahaya lampu teras terlalu redup untuk halamannya. Lain dengan halaman belakangnya yang lebih terang karena ada cahaya dari teras belakang dan kandang sapinya.
Pak Joko memfokuskan pandangannya berusaha menemukan bunga kenanga yang rendah karena pohon tersebut begitu besar tinggi menjulang namun masih ada bagian yang bisa dijangkau galahnya. Seekor burung Gagak hitam datang entah dari mana, mengagetkan Pak Joko. Kepakan sayapnya bergesekan dengan daun kenanga menimbulkan suara yang mengerikan dtemani suara "kwuak kwuak kwuak". Gagak hitam itu bertengger di pohon kenanganya.
Belum hilang kagetnya, tiba-tiba Pak Joko kembali dikagetkan dengan sekumpulan kelelawar yang terbang rendang seolah mengerumuni dan menerobosnya lalu terbang tinggi ke arah daun-daun kenanga yang rimbun.
"Kwuak kwuak kwuak" burung gagak kembali bersuara lalu sekumpulan kelelawar juga terbang kesana kemari masih di atas pohon kenanga, menimbulkan banyak bunga kenanga berjatuhan. Lalu burung gagak terbang menjauh disusul oleh kumpulan kelelawar seolah-olah mengikuti burung gagak sebagai pemimpinnya.
Pak Joko, tertegun mengamati bunga kenanga yang berjatuhan. Ia ingat bahwa ari-ari Bida menunggu dikuburkan. Maka Pak Joko segera meletakkan galah lalu memungut beberapa bunga kenanga untuk keperluan mengubur ari-ari Bida.
Semilir angin kembali terasa, kini bahkan daun beluntas yang menjadi pagar samping rumahnya pun bergoyang lembut terterpa angin. Malam itu terasa sangat sunyi, bahkan sapi-sapinya tidak mengeluarkan suara. Biasanya jam segini sapinya bersuara, bahkan tidak ada juga suara jangkrik malam yang biasanya ramai di jam segini.
Pak Joko ingin segera menyelesaikan penguburan ari-ari Bida. meletakkan bunga kenanga di pangkuannya, di atas kaos yang dipakainya, meletakkan beberapa bunga kenanga di atas gendok sebelum ditimbun tanah, lalu menaburkan sisa bunga kenanga di atas kuburan ari-arinya. Pak Joko kembali terheran, perasaannya menyatakan bahwa ia hanya membawa sedikit bunga kenanga, tapi mengapa bunga kenanga di pangkuannya masih banyak sehingga Pak Joko menambahkan bunga kenanga pada kuburan ari-ari tersebut terlihat menggunung.
Penguburan ari-ari Bida sudah selesai. Adzan Subuh berkumandang, Pak Joko segera masuk untuk mandi dan bersiap menuju musholla untuk sholat subuh. Sudah menjadi kebiasaan bahwa Pak Joko selalu sholat berjamaah di musholla.
Setelah mandi keramas, dan memkai baju koko. Pak Joko tidak langsung berangkat ke musholla, ia masuk ke kamar untuk berpamitan kepada istri dan Bidadari mungilnya. Namun melihat istri dan Bidafari mungilnya terlelap maka Pak Joko mengurungkan niatnya lalu berangkat menuju musholla.
Pak Joko melintasi halamannya, tubuhnya merinding, wangi kenanga menusuk hidungnya, harum sekali. Pak Joko menuju musholla yang jaraknya 80 meter dari rumahya. Anehnya sepanjang perjalanan menuju musholla, seolah hidungnya sudah terlanjur menyimpan wangi bunga kenanga. Wangi bunga kenanga masih memenuhi rongga hidungnya hingga sampai di pelataran musholla, wangi tersebut mulai memudar.
Setelah sholat berjamaah, Pak Joko menyampaikan pamit tidak ikut berbincang seperti biasanya. Sudah kebiasaan jamaah mushola setelah berdoa dan berdzikir lalu duduk di teras musholla dan berbincang tentang kehidupan bersama pak Ustad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ciciajadeh Ciciajadeh
mungkin ngga sih itu yg ngebantu persalinan Bu Rini tuh Neneknya Pak Joko? 🤔🤔🤔
2023-11-22
1
Agustina Kusuma Dewi
wkwkwkwkw..ari2, anak2 ku dikuburkan d dpn rumah, perumahan tanahnya dikit, masih untung puny. alhamdulillh, trs sebelhny tempat sampah lagi../Facepalm//Grin/
2023-11-19
0
sun-rise🌻
Men4rik
2022-11-03
0