Bab. 5

"Mbak rencananya mau berapa hari di Bali?" Tanyanya Anindya ketika membantu kakaknya mengangkat kopornya ke atas mobil.

Azkia melirik sekilas ke arah adik keduanya itu," katanya Mas Azril rencananya kami lima hari atau satu minggu di Denpasar," jawabnya Azkia.

Andara merangkul pundak kedua kakaknya itu," Kami berdua berharap Mbak honeymoon ke Bali insha Allah… Mbak bisa hamil,kami tidak ingin terus mendengar Mbak dihujat dan dihina oleh orang lain jika Mbak itu mandul," keluhnya Andara.

Azkia tersenyum tipis menanggapi perkataan dari adik bungsunya itu," tidak perlu digubris perkataan macam itu, kamu fokus dengan sekolahmu saja, karena Mbak tidak pernah memikirkan dan menjadikan beban perkataan dari para emak-emak tetangga dek, anggap saja angin lalu, karena apa yang mereka katakan tidak akan berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya Mbak," jelasnya Azkia.

"Aku hanya kasihan melihat Mbak, kalau tetangga sini alhamdulillah semua baik dan tidak banyak pusing dengan kehidupan orang lain, hanya keluarganya Mas Azril kalau saya ketemu dijalan pasti akan selalu menyudutkan dan menyindir Mbak dengan berbagai ucapan yang memekakkan telinga, terutama Mbak Anindita istrinya adik iparnya Mas Azril, seperti tidak ada rasa lelahnya untuk menghina Mbak," kesalnya Anindya.

"Saya kira hanya saya yang diperlakukan seperti itu, ternyata Mbak Anin juga senasib denganku, kita sudah jauh dari mereka tapi masih saja harus hidup dari bayang-bayang mereka," ketusnya Andara.

"Hush! Jangan bicara seperti itu entar Mas Azril dengar kan gak enak ngomongin keluarganya di belakang Mas Azril, dek," tampiknya Azkia sambil memeriksa beberapa barang bawaannya itu.

Azril sejak tadi sudah menguping pembicaraan ketiga perempuan beda usia itu.

"Ya Allah… tekadku sudah bulat untuk melaksanakan rencanaku ini, untungnya aku sudah mengurus semua berkasnya sehingga hanya butuh tanda tangan Azkia saja," bathinnya Azril yang bersembunyi dibalik tembok agar tidak ketahuan.

Berselang beberapa menit kemudian, kedua pasangan suami istri sudah berangkat ke bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta. Mereka berpamitan kepada kedua adiknya terlebih dahulu.

"Anin ingat sebelum tidur periksa kompor, listrik terutama celokan, jendela sama pintu, selama Mbak enggak ada di larang bawa tamu pria masuk ke dalam rumah jika hanya berdua ini berlaku untuk semua orang, kamu Andara jangan keseringan lambat makannya jangan biasakan hal seperti itu lagi," nasehatnya Azkia untuk kedua adik perempuannya itu.

Nasehat seperti itu sudah sering keduanya dengar jika Azkia bepergian jauh untuk beberapa hari. Dia cukup proteksi terhadap kedua adiknya itu, mengingat pergaulan bebas akhir-akhir ini semakin meresahkan dan juga tindak kriminalitas semakin meningkat di kota-kota besar.

"Anin jangan sekali-kali pulang diatas jam 9 malam kecuali dalam keadaan terpaksa, kamu juga Andara jangan sering kelayapan enggak jelas kecuali dalam hal yang bermanfaat untuk kalian berdua, Mas pamit kalau begitu assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," pamitnya Azril yang segera mengemudikan mobilnya itu.

"Waalaikum salam, hati-hati Mas jaga baik-baik Mbak Azkia yah," teriaknya Anin.

"Mbak kalau menurutnya siapa diantara mereka yang memiliki kekurangan sehingga tidak memiliki anak?" Tanyanya Andara.

Anin menarik pagar rumahnya itu dengan kekuatan penuh agar tertutup rapat.

"Kalau menurut saya yah, sepertinya Mas Azril deh, karena aku perhatikan selalu saja ngotot untuk menolak memeriksakan kondisi kesehatannya lagian biasanya seperti di sinetron dan di novel yang Mbak baca di novel favoritnya Mbak biasanya sesayang apapun sang suami terhadap istrinya jika, sudah dituntut untuk mendapatkan keturunan akan mengorbankan cinta mereka, bagaimana menurut kamu apa benar m yang aku katakan?" Tanya Andara.

"Saya juga sebenarnya berfikiran seperti itu sih,mana ada pria dan suami yang tidak tidak mendambakan Istrinya hamil anaknya sendiri, sedangkan Mas Azril menolak menikahi perempuan lain selain Mbak Azkia seorang," imbuhnya Anin.

"Kita bantu dengan doa dan dukungan moril untuk Mbak, karena jujur saya kasihan banget dan prihatin melihat nasibnya Mbak Azkia di dalam garis keturunan kita kan gak ada yang mandul satupun,iya kan," ungkap Andara.

"Betul apa yang kamu katakan, mari kita bantuin Mbak untuk berdoa agar segera mengatasi masalah dalam pernikahan mereka, dan segera memiliki anak," ucapnya Anindia.

Keduanya pun segera melakukan aktifitas yang sempat tertunda itu , karena mereka akan kembali ke kampus hari itu.

"Semoga saja kalian selalu bahagia sakinah mawadah warahmah Mbak, aku berharap kalian pulang bawa calon keponakan," gumam Anindya penuh dengan harapan.

"Sayang ada apa?" Tanyanya Azril yang melihat Azkia seperti sedang gelisah.

Azkia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar untuk menutupi kegundahan dan kegelisahan hatinya itu.

"Saya baik-baik saja kok Mas,hanya saja sudah tidak sabar pengen makan makanan khas Bali yang paling terkenal," elaknya Azkia.

Azril mengecup punggung tangannya Azkia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

"Kalau gitu kamu istirahat lah perjalanan masih butuh beberapa menit lagi kita akan tiba di sana," ucapnya Azriel.

Azkia segera memejamkan matanya menuju alam mimpinya,"kenapa hatiku gelisah, apa yang akan terjadi dan aku alami di Bali nantinya,entah kenapa perasaanku dan feelingku mengatakan jika akan ada sesuatu hal besar yang terjadi di Bali nantinya," batinnya Azkia yang tidak tenang memikirkan hal tersebut.

"Semoga saja aku cepat ketemu dengan orang yang bisa aku ajak kerjasama dan membantuku untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kami ini, aku tidak kuasa melihat kesedihan dari istriku yang selalu ditutupi dan disembunyikan dengan rapat-rapat," Azriel membatin sambil mengelus puncak surau milik istrinya itu.

Hanya butuh sekitar kurang lebih dua jam perjalanan dari rumah, bandara dan menunggu keberangkatan mereka sudah sampai di bandara internasional Ngurah Rai Bali Denpasar.

Azkia merentangkan kedua tangannya dan seolah seperti merasakan sensasi angin alami dari kota Denpasar setelah turun dari pesawat. Mereka sengaja turun dari pesawat paling di belakang agar bisa bertindak seperti apa yang dilakukan sesuai hati nuraninya.

Azkia menghirup udara segar sambil memejamkan kedua kelopak matanya itu, "Syukur Alhamdulillah… akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku ke pulau Dewata bersama suamiku tercinta,ya Allah semoga saya saja saya bisa hamil sepulang dari sini dan semua ucapan negatif akan terbantahkan dengan kehadiran seorang bayi di dalam rahimku,amin," cicitnya Azkia sedangkan Azril memeluk tubuhnya Azkia dari belakang.

Azril menyandarkan dagunya pundaknya Azkia seperti gaya berpose Jack dan Rose di film Titanic di atas kapal pesiar yang tinggal kenangan itu.

"Apa kamu bahagia?" Tanya Azril.

"Aku sangat bahagia Mas selama kamu ada bersamaku hidupku semakin bahagia dan berwarna," ucap Azkia.

"Aku sangat senang dengarnya jika kamu juga bahagia dengan apa yang Mas perbuat khusus untukmu, Mas akan melakukan segala upaya dan cara asalkan kamu bahagia hidup bersamaku," timpalnya Azril yang segera mengakhiri pelukannya karena semua awak kabin pesawat seperti pilot dan pramugari sudah hendak turun dari dalam pesawat m

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-05-11

0

Uneh Wee

Uneh Wee

ayo lah ada apa azril

2023-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!