"Apa Mama dan kalian sudah bosan melihat kami disini! Sehingga selalu memaksa kami memiliki seorang anak!? Coba Mama perhatikan baik-baik ke arah kami, apa kami tidak bahagia yang sudah menikah lebih setahun itu?" Kesalnya Azril.
Azril menggenggam erat tangannya Azkia agar bisa tenang dan tidak tersulut emosinya dengan perkataan dari mamanya itu. Azkia meneteskan air matanya itu yang sejak tadi ditahannya.
"Mama! Please aku mohon padamu untuk berhenti merecoki kehidupan keluargaku, kenapa Mama sama sekali tidak mengerti dan memaklumi kondisi kami berdua dan harus sampai kapan saya mengatakan kepada Mama jika, apapun yang terjadi pada istriku aku tetap akan bertahan dan setia padanya, kalau memang Mama seperti ini terus maaf saya akan pergi dari sini!" Ancamnya Azril yang tidak mau mendengar perkataan dari siapapun lagi.
"Mas Azril, lebih baik saya hidup menderita di luar sana daripada harus melihat Mas setiap hari bertengkar dengan keluarga Mas sendiri, sebagai istri hal ini yang paling aku tidak inginkan terjadi, aku sudah berusaha juga untuk hamil tapi,apa boleh buat Allah SWT berkehendak lain," imbuhnya Azkia.
"Azkia tidak perlu banyak bicara lagi karena mereka tidak akan mengerti dengan apa yang kita rasakan, mereka selalu berpatokan pada ada tidaknya anak itu adalah kebahagiaan utama di dunia ini padahal tanpa anak orang juga bisa bahagia, punya anak juga enggak menjamin kebahagiaan," jelasnya Azril.
By Dewi menatap anaknya dengan penuh amarah, "Bawa pergi segera istrimu dan kedua iparmu dari rumahku, jangan harap kamu bisa kembali lagi dari sini! Apapun yang terjadi!" Geram Bu Dewi.
Bab. 2
"Azril! Jika kamu pergi dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi dan Mama akan menghapus namamu dalam daftar penerima warisan, satu hal lagi bagaimana caramu bisa hidup dengan gaji yang pas-pasan dengan tiga orang yang akan kamu tanggung selama hidupmu, jadi sebelum bertindak pikirkan matang-matang keputusanmu, karena Mama tidak ingin melihat kamu kembali lagi setelah memutuskan untuk pergi dari rumah!" Gertaknya Bu Dewi Ayu.
"Mas Azril, tolong jangan seperti ini, kenapa semuanya tidak dibicarakan dengan kepala dingin, gimana pun juga beliau tetap mamanya Mas," bujuknya Azkia yang tidak ingin melihat perselisihan antara Ibu dan anak itu berlangsung lama.
Azril menatap sendu ke arah istrinya itu, "Apapun yang kita lakukan jika kamu tidak bisa hamil, pasti setiap hari kita akan mendengar omelan dan ocehan Mama, Azkia Mas sangat sayang padamu, Mas tidak pernah mempermasalahkan sedikit pun masalah kita memiliki anak atau tidak, tapi mereka selalu menuntut kita untuk memiliki keturunan sedangkan keturunan itu ditentukan oleh Tuhan yang Maha Pencipta, bukan manusia bukan saya bukan juga dokter," pungkasnya Azril.
"Mbak Azkia!" Cicitnya Anindya.
Azkia menatap ke arah adiknya sambil berusaha untuk tersenyum agar kedua adiknya yang masih kuliah itu bisa tenang dan tidak banyak pikiran.
"Kamu bisa kembali ke rumah ini jika kamu sudah memiliki anak, tapi jika tidak jangan berharap kamu bisa menginjakkan kaki kalian di rumahku ini untuk selamanya sampai matipun Mama tidak sudi melihat kalian lagi!" Geramnya Bu Dewi.
"Mama, insya Allah… kami berempat akan bisa hidup tanpa uluran tangan dari Mama, semoga saya masih sanggup berikan nafkah untuk mereka, semoga Allah SWT masih meridhoi setiap usaha kami," ucapnya Azril lalu segera meraih tangannya Azkia yang hendak berjalan ke arah mama mertuanya itu untuk mengecup punggung tangannya.
"Anindya segera kemas semua pakaian dan barang-barang kalian berdua, ingat kamu Andara bantuin Mbak mu untuk berkemas aku minta jangan berlama-lama di rumah ini!" Pintanya Azril ke hadapan kedua adik iparnya.
"Baik Mas," ucapnya Anindya.
Keduanya segera bergegas menjalankan perintah dari kakak iparnya itu.
Andara melirik sekilas ke arah kakak sulungnya,"Ya Allah… semoga Mbak Azkia bisa bersabar dan tidak terbebani dengan keberadaan kami, ya Allah… aku berjanji setelah memiliki pekerjaan saya tidak akan membantu Mbak Azkia cari uang," bathinnya Andara.
Andara dan Anindya sudah bergerak cepat melaksanakan perintah dari kakak iparnya. Azkia dan Azril sudah berada di dalam kamarnya, Azkia berdiri di depan pintu lemarinya dan siap mengemasi barang-barangnya yang dirasa harus dibawa.
"Sayang, bawa semua barang-barang kita tanpa terkecuali karena selamanya tidak akan kembali lagi ke sini," imbuhnya Azril sembari membantu istrinya mengambil beberapa koper dan tas yang cukup besar.
Setelah beberapa menit kemudian, Azkia dan Azril yang bahu membahu saling membantu dalam mengemas barang-barang mereka duduk di ujung ranjangnya sambil menunggu adiknya selesai berkemas.
Azril memegangi kedua tangan istrinya itu," sayang maafkan Mas yang sudah membuat kamu menderita, gara-gara Mas yang menolak keinginan Mama untuk memeriksakan kesehatan Mas,kita harus pergi dari rumah ini, kamu enggak keberatan kan kalau kita mandiri di luar sana," tanyanya Azril yang menatap intens kedua bola mata istrinya itu.
Azkia berusaha untuk menutupi rasa kecewanya dan sedihnya dengan tersenyum lebar," insya Allah… saya akan mengikuti kemanapun Mas pergi, Mas juga tidak perlu memikirkan masalah saya dan adikku kami tidak akan pernah mengeluh sedikitpun, karena susah senang kita tanggung bersama apapun yang terjadi, kita tetap satu keluarga," imbuhnya Azkia yang tidak akan mungkin memperlihatkan kesedihannya di depan langsung suaminya itu.
Azril menarik tubuh istrinya dalam dekapan hangatnya," makasih banyak atas pengertiannya sayang,Mas sangat bahagia mendengar perkataanmu, tetaplah seperti ini apapun yang terjadi di kehidupan kita selanjutnya," ucapnya Azril.
Azkia menganggukkan kepalanya dengan senyuman tipisnya," Mas kita ini suami istri loh tidak perlu berterima kasih kepadaku, insya Allah… aku akan mendampingi Mas dalam keadaan apapun, sampai akhir menutup mataku ini, hanya kamu yang akan menjadi suamiku hingga maut memisahkan kita berdua," ujarnya Azkia.
"Alhamdulillah begitu mulia hatimu istriku, aku sangat bahagia mendengarnya," ucap Azril yang mengelus puncak rambutnya Azkia yang terikat satu itu.
Anindya dan Andara melihat kedekatan kedua kakaknya itu dan tidak berniat untuk mengganggu kenyamanan mereka berdua.
"Kita tungguin aja mereka di dalam mobilnya Mas Azril saja," pintanya Anindya yang menarik tangan adiknya itu.
"Maafkan saya Istriku, saya tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kepadamu, cukup saya saja yang mengetahuinya dan mungkin rahasia ini akan saya bawa sampai ke kehidupan selanjutnya," Asril membatin.
Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah pergi dari rumah itu. Azka dan istrinya melihat ke arah keberangkatan mereka tanpa ada niatan untuk mencegah mereka pergi, walaupun hanya sekedar basa-basi saja.
Azka menatap mencemooh ke arah kepergian kakaknya itu, " Akhirnya mereka angkat kaki juga dari sini, aku bisa membujuk Mama untuk mengubah surat wasiatnya hanya atas namaku saja seorang," gumam Azka.
"Mas kenapa enggak sejak dulu kita memanasi keadaan agar mereka pergi dari sini?" Lirihnya Anindita yang tersenyum penuh kemenangan melihat kakak iparnya pergi untuk selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-05-11
0
Uneh Wee
keluarga gila harta ..hanya karna ank kaka dan kaka ipar d usir huuh
2023-04-10
2