Aku membantu ayah memetik apel sambil menghela nafas kecewa. Selain Arit, keranjang, dan cangkul tidak ada lagi alat yang bisa dipake disini
"Kenapa mukamu masam seperti itu?"(Ayah) "Gak papa. Yang kucari tidak ada ternyata"
"Emang kamu cari apaan? Kalau cari perempuan mah, beda tempat"(Ayah)
"Siapa juga yang cari perempuan?" Ayah cuma tertawa saja. Setelah siang hari aku pamit pergi, ngapain juga ngabisin waktu disana toh gak dapet apa-apa
Aku berjalan ke daerah ladang gandum. Sepertinya sudah mulai panen.
Aku ada ide
Aku segera mencari mandor disana dan melamar pekerjaan untuk hari itu saja. Aku membantu memanen gandum dan dapat banyak informasi soal alat pertanian
Aku juga berhasil menilai semuanya. Aku dan ayah kembali bersama saat hari mulai senja
"Kupikir kamu pulang kerumah. Ngapain main ke ladang gandum?"(Ayah)
"Nyari uang jajan" Aku menunjukkan 4 keping Copper pada ayah "Dasar kurang kerjaan. Besok bantu ayah lagi kan?"(Ayah)
"Gak ah. Udah bosen" "ohh... Dasar anak kurang ajar"(Ayah) Ayah memukul kepalaku "Sakit ayah. Emang bener kerjaan ayah ngebosenin"
"Terus kamu ngapain ngikut?"(Ayah) "Ya aku juga lagi bosen" Sekali lagi aku kena pukul ayahku
Keesokan harinya aku pergi ke rumah besar di pinggir desa
Itu adalah rumah seorang seniman Magic Artist
seorang yang memiliki job tingkat rare, aku tidak mengincar dia tapi anaknya
Anaknya memiliki job sculptor. Job tingkat normal yang hanya senang memahat sesuatu
Aku sempat bermain dengannya dulu, dan berakhir di marahin setelah menjatuhkan patung buatan ayahnya seharga 3 gold
Untung saja baginya itu uang kecil, atau aku akan kerja sampai mati untuk melunaskan utang itu
Nama anak itu George, dia berusaha menaikan tingkat job miliknya yang tentu saja itu tidak mungkin.
Selama tidak mendapat arahan dari orang lain atau mendapat Book of Legacy yang terkait jobnya tidak akan berubah
Meski berhasil mendapatkannya juga job itu cuma berubah bukan naik tingkat. Aku tiba di rumahnya yang besar meski tidak sebesar mansion tuan tanah
Besarnya juga puluhan kali lipat dari rumahku. Didepan rumahnya ada taman kecil yang disebut Small labyrinth.
Aku tidak tahu tujuan taman itu, taman itu hanya setinggi pundak anak yang dibuat dengan berbagai jenis semak beri, berduri, dan beracun
Aku ingat dulu pernah keracunan saat memakan buah disalah satu semak itu. Aku mengetuk pintu rumah itu
Rumah doang besar tapi gak ada pagarnya. Hebat juga orang yang buat tempat ini, pintu terbuka dan menampilkan wanita cantik berumur 30 an
"Ohh... Siapa ini? Almo ya?"(Iris) "Iya tante. Udah lama ga main kesini" Wanita ini Iris ibu dari George
"Ayo masuk dulu"(Iris) "Terima kasih tante" Aku masuk kedalam rumah bersama tante Iris. Tante Iris memanggil pelayan dan meminta teh beserta kue
Aku disugukan teh dan kue "Gimana kabar orang tuamu? Masih kerja di kebun baron?"(Iris)
"Iya. Masih kerja disana" Ayahku yang membuat taman labirin didepan
Karena tangan ayah terampil dan dia Gardener
"Kamu sendiri gimana? Udah punya job?"(Iris)
"Belum tan. Masih mau nyari yang pantes dulu"
"Kupikir udah punya. Mengingat orang tua mu Gardener harusnya kamu juga Gardener"(Iris)
"Aku gak mau ikut job ayah. Nanti keluarga kami tidak berkembang"
"Ambisi mu bagus. Ohh, sudah jam berapa ini? Maaf ya Almo. Aku ada acara yang harus kuhadiri, kedatanganmu sudah kuberi tahukan pada pelayan yang menyampaikannya pada George ko. Aku pergi dulu ya"(Iris)
"Hati-hati tante" Tante Iris pergi. Aku meminum teh sambil memakan kue. Aku tidak bisa menilai baik makanan dan minuman ini
Apa karena aku tidak tahu cara membuatnya?
Aku duduk santai tidak butuh waktu lama George dan ayahnya datang
"Oh Almo sudah lama ya"(Ayah George) "Iya sudah lama tidak bertemu tuan" "Almo apa kabar?"(George) "Aku baik"
"Kalian berbincang saja dulu, aku mau melanjutkan melukis"(Ayah George) "Terima kasih tuan atas keramahannya"
Ayah George pergi meninggalkan kita berdua saja
"Jadi masih bermain sama batu dan kayu?"
"Kamu sendiri masih suka cari book of legacy?"(George)
Aku dan George tertawa "Sudah 2 tahun kita gak ketemu kan?"(George) "Begitulah, memang udah lama" "Kukira kamu sudah jadi kuli atau jadi budak dan mati dipedalaman"(George)
"Sembarangan saja kalau bicara" "Kamu masih cari job? Kenapa tidak bicara dengan ayahku saja, mungkin kamu bisa jadi penerusnya"(George)
"Bekerja dalam diam berjam-jam itu bukan keinginanku tahu. Oh ya aku butuh bantuanmu?"
"Kamu tahukan kalau aku cuma bisa memahat. Yang aku bisa bantu ya hanya urusan memahat"(George)
"Ya, soal itu. Aku pengen lihat beberapa hasil pahatanmu. Boleh?" "Untuk apa? Apa jangan-jangan kamu mau curi satu buat di gadai?"(George)
"Aku tidak seburuk itu tahu. Kalau benar yang pasti kuincar karya ayahmu lah. Bukan milikmu"
"Kamu benar. Terus untuk apa?"(George)
"Untuk job ku" "Hah?! Kamu punya job?"(George)
"Ya. Job ku Appraiser hanya saja aku dapat kutukan saat memperoleh job ini"
Aku menceritakan kisahku pada George "Pantas saja. Kalau aku si kakek itu daripada mengutukmu lebih baik membunuhmu saja"(George)
"Kayaknya itu perkataan yang buruk dah" "Ya, kamu menghina job seseorang. Aku pun bakal marah tahu, apalagi ini Appraiser. Ayahku saja tidak punya koneksi pada Appraiser selangka itu mereka"(George)
"Ya, ya aku tahu. Bisa tunjukkan karya mu tidak?"
"Boleh dengan syarat Kalau gak tahunya job itu tingkat rare kamu harus sering kesini ya"(George) "Ya, ya aku tahu"
George membawaku ke bagian belakang rumah. Disini dipenuhi patung dari berbagai benda
Aku mendekati patung serigala dari batu yang memiliki warna biru dan putih
"Ini karyamu kan?" "Ya itu buatanku. Baguskan"(George) "Ya. Anjingnya gagah" "Itu serigala. Bahkan itu Blue wolf berani ya kamu menghina karyaku"(George)
"Ya maaf aku bercanda. Terbuat dari apa ini?"
"Batu digunung"(George) "baiklah" Aku mengalirkan mana
Memenuhi setiap bagian dari patung "Appraisal.... Akhh....Mataku" Aku gagal mataku rasanya seperti ditusuk
"Apa kamu baik-baik saja? Astaga matamu mengeluarkan darah. PANGGIL DOKTER!!!'
"Kamu gak perlu panik. Ini cuma serangan balik"
"Serangan balik? Seingatku itu terjadi kalau kamu gagal kan? Berarti...Pftttt... Hahahaha Astaga Almo.... Hahahaha kamu bahkan tidak bisa menilai benda tingkat normal"(George)
"Bukan begitu. Akukan sudah memberitahu kamu, ada kriteria yang kurang sehingga aku belum bisa menilai benda ini. Padahal aku tahu alatnya, kegunaanya, materialnya, bahkan pembuatnya. Apa yang kurang?"
"Cara membuatnya?"(George) Aku menatap George tajam membuatnya salah tingkah. Kamu jangan bercanda
***TO BE COUNTINUE***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments