Joshua - 3

Jam istirahat belum habis, namun Pak Amin, wali kelas XII IPA 1 sudah memasuki kelas. Anak-anak yang sebelumnya ribut langsung duduk di tempat masing-masing. Berhubung Rose belum kembali dari kantin, Joshua menemani Lisa duduk di bangkunya.

"Anak-anak, maaf bapak ganggu jam istirahatnya sebentar," Pak Amin mengawali pidatonya.

"Bapak cuma mau ngenalin murid baru sama kalian," lanjut Pak Amin.

"Silahkan Jeka perkenalkan diri," Pinta Pak Amin pada murid baru di kelas mereka.

"Halo, namaku Jeka," singkat, padat dan jelas. Pak Amin pun pamit keluar setelah membantu Jeka menemukan tempat duduknya.

"Dia kan bocah tengil tadi ya," bisik Lisa lagi, Joshua hanya mengangguk.

Jeka duduk tepat di belakang Lisa. Tatapannya nampak dingin. Seperti seseorang yang tak ingin didekati. Lisa menarik nafas kesal, kenapa anak menyebalkan ini harus duduk di belakangnya. Tak lama bel masuk berbunyi.

Jam pelajaran berlalu, tak terasa jam pulang telah berdentang. Masing-masing siswa membereskan barangnya, bersiap untuk pulang. Begitu pula dengan Lisa dan Rose.

"Langsung pulang?" Joshua yang sudah ada di hadapan Lisa tersenyum sambil memainkan pensil Lisa yang masih di meja. Lisa mengangguk saja.

"Pacaran mulu perasaan," ujar Jeka sinis sambil berlalu keluar kelas.

"Dih siapa tuh?" Rose baru sadar ada anak baru, jutek banget pula.

"Anak baru" jawab Lisa kesal.

"Tengil gitu" Lisa baru akan menjawab dengan sumpah serapah sebelum dipotong oleh Joshua.

"Udah jangan gibah, hm.." Joshua tersenyum sambil menepuk kepala Lisa.

...***...

"Bundaaa..." Lisa teriak begitu pintu rumah Joshua terbuka. Joshua hanya geleng-geleng dengan tingkah Lisa ini. Rumah Joshua sudah kayak rumah sendiri bagi Lisa.

"Eh anak cantik udah pulang?" Bunda menghampiri mereka berdua. "Makan dulu yuk, udah Bunda masakin pindang tulang kesukaan Lisa," ajak Bunda sambil menggamit lengan gadis cantik itu.

"Bundaa, anaknya yang ini loh..." Joshua ngedumel di belakang dua perempuan paling spesial di hidupnya itu.

Makan siang di keluarga Joshua hari ini lebih ramai daripada biasanya. Tentu saja hal itu karena Lisa. Seperti janji Joshua kemarin, Lisa hari ini akan menginap di rumahnya. Dan seperti yang sudah disepakati, Lisa akan tidur dengan Bunda Joshua.

"Belum tidur?" Joshua duduk di samping Lisa. Ia menyerahkan secangkir coklat hangat pada Lisa. Mereka duduk di pekarangan belakang, memandang taman belakang yang penuh dengan tanaman kering. "Bunda mana?" lanjut Joshua.

"Udah tidur. Bunda masih jetlag kayaknya," Joshua mengangguk. Notifikasi dari handphone Lisa terdengar beberapa kali.

"Tumben ada spam chat dari group ini," Lisa menggumam. Joshua jadi ikut penasaran.

"Ah..!" Helaan nafas kesal keluar dari mulut Lisa. Joshua ingin tahu.

"Si Jeka masuk club dance, males banget ga sih," Lisa menjelaskan pada Joshua. Joshua hanya mengangguk dan tersenyum.

"Coba kenal dulu, mungkin dia bersikap menyebalkan ke orang yang ga dikenal aja.." Joshua memasukan helai rambut Lisa yang bebas ke belakang telinga Lisa.

Lisa mendengus kesal. Ia jadi tidak merasa bersemangat untuk latihan dance lagi. Meskipun benar kata pepatah, dont judge a book by its cover, tapi tetap saja rasanya sangat aneh jika dijutekin oleh orang asing.

"Lisa," Joshua menyandarkan kepalanya pada pundak Lisa. "Jangan pernah jauh-jauh dari aku ya," Joshua memejamkan mata.

"Kenapa Josh? Kok gitu ngomongnya?" Lisa bingung, tapi terdengar dengkuran halus dari Joshua. Lisa memeluk Joshua dan menepuk pelan punggung sahabatnya itu. Ada perasaan aneh yang menggelitik di hati Lisa. Begini sebentar lagi gak apa-apa kan? Demikian batin Lisa.

...***...

Hari ini jadwal club dance untuk latihan. Jika tidak ada event, mereka memang hanya menjadwalkan latihan satu minggu sekali. Lisa sendiri sebenarnya sudah tidak terlalu aktif, mengingat dia yang sudah kelas tiga. Tapi dia masih sering dipercaya menjadi mentor. Lisa adalah dancer terbaik di clubnya.

"Aku di lapangan basket ya sama Seungcheol. Kalo kamu udah selesai, langsung nyusul ke sana aja," pamit Joshua. Lisa mengangguk lesu.

"Kok ga semangat gitu? Kenapa? Hm?" Joshua menatap Lisa lembut sambil tersenyum manis banget.

"Males ketemu sama anak tengil itu," tadi aja di kelas dia bikin ulah lagi sama Lisa. Kayak emang sengaja nyari gara-gara gitu.

"Jangan terlalu benci, nanti jadi suka loh," senyum Joshua terlihat sedih. Lisa jadi ingat kalimat Joshua sebelum tertidur. Perasaan aneh itu muncul lagi.

...***...

Tidak banyak hal yang bisa Lisa lakukan di club hari ini. Kegiatan mereka hanya perkenalan anak baru, a.k.a Jeka. Selebihnya latihan biasa. Jika dalam keadaan normal, Lisa udah ngulik lagu terus ngedance. Kali ini, dia malas. Lisa beranjak. Ia berpikir buat nyusulin Joshua di lapangan basket.

"Senior gak niat ya lu? Baru berapa menit udah main kabur aja.." memangnya siapa lagi, di club dance ini, yang berani nyindir Lisa kayak gitu?

"Gue lagi ada perlu. Lagian hari ini ga ada hal penting yang mengharuskan gue tetep tinggal. Ketua club aja ga ngelarang kok," Lisa berdecak kesal. "Lo anak baru, tapi udah sok ngatur!" emosi Lisa makin tak terbendung. Rasanya ia ingin jahit mulut Jeka biar berhenti sinis ke Lisa.

Jeka menatap julid ke arah Lisa. "Keperluan lo itu buat pacaran kan?!" sindir Jeka sekali lagi. Suasana club menjadi canggung. Biasanya, mereka sangat menghargai Lisa, bahkan menghormatinya. Lisa sudah membuat harum club dance ini. Makanya, mereka kaget ada anak baru yang berani julid ke Lisa.

Lisa menarik nafas dalam-dalam. Ia sedang berusaha untuk menahan emosinya agar tak meledak pada saat itu juga. Itu tentu akan berdampak buruk pada image-nya. Tanpa mengindahkan hal lainnya, Lisa bergegas pergi dari ruang latihan.

Kaki Lisa yang jenjang, membuatnya mampu melangkah dengan lebar. Tanpa berlari, Lisa bisa melangkah dengan sangat cepat. Rasa dongkolnya pada Jeka, membuat ekspresi mukanya bersungut-sungut lucu.

Di lapangan basket, Joshua dan Seungcheol sedang asik main basket. Joshua itu memang tipe cowok gentle yang sabar banget. Binar matanya terang, ngebuat kebaikan hatinya terpancar. Senyum yang hampir tak pernah luntur itu juga sangat manis. Tapi ada satu hal yang orang-orang sering tertipu, Joshua selalu punya cara licik untuk menang dalam game yang ia mainkan. Bukan licik dalam arti yang buruk. Tapi ia adalah pemalas yang punya otak. Artinya, dia akan selalu punya cara nyeleneh untuk memenangkan permainan. Lebih sering curang, tapi meski begitu, Joshua bukan orang picik. Ia juga akan sportif mengaku kalah jika memang ia dinyatakan kalah.

Lisa duduk di antara deretan bangku penonton. Melihat Joshua berlari dan tertawa, membuat amarahnya menguap hilang seketika. Lihatlah senyum itu. Itu adalah senyum kemenangan karena Seungcheol masih terlalu baik hati karena tak menyadari tingkah curang Joshua.

"Dasar, tukang curang.." gumam Lisa sambil tersenyum sendiri. Lisa pun bangkit menuju stan minuman terdekat. Ia membeli satu botol air mineral dingin untuk Joshua.

...****************...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!