Antara Cinta Dan Mafia

Antara Cinta Dan Mafia

1. Sunyi

Seorang gadis sibuk dengan pikirannya sendiri. mondar-mandir tidak karuan di dalam kamar hanya memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari rumah yang suasananya sangat mencekik bagaikan kegelapan.

Tidak bisa dipungkiri, pasti sebentar lagi akan ada sebuah ketukan dengan genggaman amarah yang akan menghampirinya dan selalu begitu saja hampir setiap malam.

*tok, tok, tok*

"Cepat buka pintunya Bela" Bentak lelaki itu dengan suara yang keras hingga dapat membangunkan semua isi rumah.

"Sekali lagi aku harus bertahan" Gumamnya sambil menelan salivanya dengan perasaan yang gugup.

Langkahnya sedikit demi sedikit mendekati pintu. Menarik ulur nafas agar bisa menenangkan dirinya sendiri walau sejenak. Keyakinan terus digenggaman sambil berdoa pada Tuhan agar kali ini dia kuat menahan semuanya.

*klek* perlahan pintu terbuka sambil menampakkan wajah marah dari lelaki yang berumur sekitar 50 tahun ke atas.

"Ayah" Suara lirih sambil menatap sejenak mata yang menghunus tajam ke arahnya.

*plak, plak, plak* tamparan bertubi-tubi di layangkan ke pipi putih mulus yang ada dihadapannya. Tangannya membabi buta untuk segera menghabisi gadis itu.

"Ampun ayah, ampun" Jerit ampunan terus di teriakkan tapi telinganya enggan untuk mendengar.

"Ampun ayah itu salah paham" Ucapnya sekali lagi tapi tetap saja tangan besar itu sibuk untuk segera mengakhiri hidupnya.

"Daddy, sudahlah. Mungkin dia kembali berbuat ulah tapi mungkin juga dia tidak sengaja" Sentuhan lembut seorang gadis di sebelahnya mampu menghilangkan sejenak amarahnya.

Dia adalah Alana Wardana Prakasa kakak perempuan dari Bela. Umurnya hanya bertaut 1 tahun lebih tua dari pada Bela.

Sungguh malang gadis kecil bernama Bela Wardana Prakasa yang berumur 17 tahun saat ini. Dia selalu saja di beda-bedakan oleh kedua saudaranya yaitu Alana dan Eliene. Alana sendiri sudah berumur 18 tahun dan eliene Wardana Prakasa adalah adik Bela yang berumur 16 tahun. Masing-masing dari mereka memiliki selisih umur 1 tahun. Mereka sama-sana memiliki darah dari keluarga "Wardana Prakasa". Salah satu keluarga yang memiliki perusahaan paling besar dan sukses di kota ini.

Tapi kasih sayang mereka sangatlah berbeda karena hanya Alana dan Eliene mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari ayah mereka. Sedangkan Bela hanya memiliki satu kasih sayang yaitu dari mamanya. Namun suatu hari semuanya berubah dan menghancurkan kehidupan Bela.

Flasback

Saat Bela berumur 5 tahun, terlihat sekali bahwa ayahnya tidak peduli dengan Bela. Dia hanya memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Ana dan El. Bela yang masih kecil belum mengerti semuanya hingga waktu berjalan dengan begitu cepat.

Saat bela berumur 8 tahun, semua dunianya yang penuh dengan pelangi seketika hilang dalam sekeja mata saat mendengar berita sebuah kecelakaan yang sangat mengejutkan.

Sebuah mobil berwarna biru masuk ke dalam jurang dan mobil itu ditumpangi oleh kedua orang tuanya. Namun sungguh sayang bahwa takdir berkata lain dan mamanya tidak selamat. Hingga detik ini mayatnya belum ditemukan.

Seketika Bela merasa hancur karena satu-satunya pelindung telah lenyap. Matanya selalu menampakkan kepedihan saat dirinya dikurung dalam sunyi. Setiap malam mengadu pada bintang dan berharap mamanya ditemukan tapi rasanya sangat mustahil. Karena banyak cerita siapapun yang masuk ke dalam jurang, tidak ada seorangpun yang keluar dalam keadaan selamat.

Bela yang dulu menjadi anak baik dan penurut pada mamanya kini berubah menjadi Bela yang sangat bandel dan selalu berbuat ulah di sekolah atau dimanapun. Wajahnya ayu yang selalu tersenyum juga seketika menghilang dan menjadi dingin.

Dia akan tersenyum pada seseorang yang dianggap membawa pelangi-pelangi kecil dalam hidupnya serta taburan bunga-bunga yang merekah walau hanya dalam hayalannya. Dia merasakan kesepian di dalam rumah dan hanya jalanan yang bisa membuatnya merasa tenang.

Flashback off

"Kamu itu anak yang tidak ada guna, selalu saja mempermalukan orang tua" Tutur kasar yang terus di ucapkan pada Bela yang sedang sibuk membelai pipinya. Salah satu tangannya juga sibuk menyeka bibir yang keluar cairan merah.

"Kamu bisa tidak sedikit saja dengarkan aku" Tangannya kembali beraksi menjambak rambut Bela dengan kejam.

"Bela bisa menurut pada ayah, asalkan ayah juga memperlakukan Bela sama dengan mereka" Sahut bela sambil menunjuk pada Ana dan El yang berdiri di belakang pertengkaran mereka.

Entah kenapa kali ini keberaniannya keluar dari mulut Bela. Padahal dia selalu diam saat pertengkaran itu terjadi karena ayahnya yang kejam dan selalu ringan tangan pada Bela dan hanya pada Bela.

"Kamu.... " Bentaknya naik pitam. Tangannya mengangkat dan kembali ingin menampar.

"Jangan daddy, jangan pukul lagi kak Bela" Bela hanya tersenyum saat kedua saudaranya ingin membela dia. Padahal Bela sudah tau bahwa Ana dan El hanya memainkan sandiwaranya seperti biasa agar mendapatkan pujian untuk terlihat menjadi anak baik di depan ayahnya.

Ayahnya akan menuruti semua perkataan Ana dan El tentang apapun itu. Bahkan mereka berdua memanggil lelaki itu dengan sebutan "daddy". Berbeda dengan Bela yang hanya memanggil dengan sebutan "ayah".

" Bisa tidak sih kamu berbuat baik, pintar, rajin dan jadi juara sekolah. Bukan menjadi preman yang terus berbuat onar di sekolah" Telinganya sudah muak mendengarkan ocehan itu.

Dari hari ke hari, waktu ke waktu. Terus saja ocehan itu selalu dilontarkan tanpa ada topik pembicaraan lainnya. Bibir Bela bergumam samar-samar tidak jelas tanpa menatap lelaki yang dia sebut ayah.

Ingin rasanya dia msliapkan semuanya, karena dunia bela tidak akan sehancur ini bila ada seseorang yang membantu di mengangkatnya menjadi manusia yang baik. Bukan selalu dianggap dengan tatapan sampah yang snahat menjijikkan.

"Sekali lagi kamu berbuat masalah, aku akan mengusirmu dan keluar dari rumah ini. Ayo keluar dari sini nak"

*brak*

Mereka semua keluar dan pergi membanting pintu kamar Bela. Sering sekali ancaman itu ia dengar. Jika di tulis mungkin satu buku tulis yang tebal tidak akan cukup. Berapa kali ayahnya juga ingin mengusir Bela tapi tetap saja tidak pernah ada tindakan apapun. Hanya ada peringatan yang berupa tamparan.

Dengan sekuat tenaga Bela bangkit dari lantai dengan senyum kecil di bibirnya. Dia mengunci pintunya rapat-rapat dan duduk di ranjang sambil memandangi sebuah foto yang tertata rapi di atas nakas.

Bela tidak pernah menangis saat tangan kasar itu memukulinya walaupun hantaman itu hampir menghabisi Bela. Tapi dia akan menangis bila melihat sebuah foto dengan senyuman surga dan mengingat mamanya. Kerasnya kehidupan tidak akan mampu dia lewati tanpa mamanya.

Hanya foto itu yang tersisa, foto mama dan Bela. Sama-sama tersenyum sebelum seminggu kemudian mamanya pergi meninggalkan Bela.

"Ma, mama lihat sendiri kan. Lelaki itu memukuli Bela lagi dan tanggannya terus saja mengoyak-koyak tubuh Bela seakan ingin menjeratnya hingga tak bernyawa. Bisakah mama kembali, temani Bela walaupun hanya dalam mimpi ma"

Hanya aduan dengan kesedihan. Jerit tangis membisu memandang sebuah foto yang terpajang rapi. Apalagi yang harus dikatakan jika bukan tentang kekejaman lelaki tanpa pikiran. Selalu saja melampiaskan kekesalan, meluapkan amarah hanya pada Bela.

Pekerjaan kacau, masalah pribadi dan hanya pada Bela yang akan menjadi samsak hidup sebagai luapan emosi agar kembali stabil dan menjadi baik. Sedangkan Bela, dia hanya diam dan tidak bisa kemanapun

"Bela ingin pergi dari sini, tapi rumah ini penuh dengan kenangan mama" Aduan pilu seakan-akan berbicara dengan mamanya yang masih tersenyum membelai rambut Bela.

"Oh iya ma, tadi Bela di sekolah tidak akan berantem kok ma. Jika saja anak itu tidak merundung siswa yang culun. Makanya Bela hajar hidungnya sampai berdarah agar dia tidak berani melawan lagi"

Itulah salah satu alasan ayahnya kembali marah pada Bela. Di sekolah dia kembali memukul lelaki yang melakukan perundungan di sekolah. Sikap Bela yang dingin akan terbakar apabila melihat sebuah perundungan bagi mereka yang lemah.

Bela tidak ingin perundungan itu dilakukan karena dia tau betapa sakitnya dirundung oleh orang-orang kuat, seperti dia yang selalu dirundung oleh saudara kandungnnya sendiri.

Sekolah tidak berani mengeluarkan Bela karena dia adalah anak dari salah satu penyumbang terbesar untuk sekolah. Dan tentu saja kepala sekolah hanya bisa mengadu pada ayahnya Bela yaitu "Pras Wardana Prakasa".

"Ma, Bela mau tidur dulu ya. Jangan lupa belai rambut Bela biar tidurnya nyenyak dan jangan lupa juga mampir di mimpi muahhhhh" Kecupan kecil pada foto seperti kecupan pada mamanya dulu.

Ucapan itu, Bela tidak akan pernah lupa untuk melakukannya sebelum tidur. Walau terkadang mamanya tidak datang dalam mimpi tapi Bela yakin bahwa mamanya akan selalu tersenyum melihatnya dengan indah.

****

Pagi

"Bibi, makanan Bela sudah siap? "

"Sudah non, itu di meja. Tapi tumben bangun pagi sekali"

"Iya dong, Bela mau sekolah biar pintar"

Bela tidak memiliki teman kecuali bi Siti dan pak Taryo yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dan supir pribadi. Merekalah tempat ngobrol saat semuanya asik dengan kehidupan masing-masing. Apalagi ayahnya yang akan datang berbicara pada saat Bela berbuat salah saja tanpa tau penyebabnya.

"Oh iya non tadi malam tuan Pras memberikan amplop ini. Katanya buat non Bela" Sebuah amplop besar dengan isi masih rahasia karena tidak ada yang tau pasti hal apa di dalam amplop.

"Makasih ya bi"

Sudah pasti uang bulanan yang diberikan. Bela tidak pernah bertengkar tentang uang bulanan walau dia diberikan hanya sedikit dibandingkan Ana dan El. Sudah pasti uang bulanan dia jauh lebih sedikit. Tapi senyum di wajahnya selalu saja tetap damai.

"Bi Bela berangkat dulu, kalau ada yang tanya Bela dimana. Bilang saja suruh cek di kamar saja"

"Baik non"

Bela pergi dan pamitan seperti biasa pada bi Siti yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Dia tidak pernah risih saat bersalaman pada bi Siti. Karena Bela sudah menganggapnya sebagai seorang ibu. Lagipula bi Siti dan pak Taryo telah mengabdikan hidupnya semenjak Bela masih dalam kandungan.

"Pagi pak Taryo, Bela berangkat"

"Non tidak naik mobil? "

"Seperti biasa, Bela naik angkot saja" Pak taryo tersenyum dengan kelakuan salah satu anak tuannya yang berbeda jauh dengan kedua saudaranya yang manja.

Walaupun orang tuanya kaya, Bela sangat suka menaiki bus atau angkutan. Katanya biar bisa menikmati udara segar sambil berbaur dengan orang-orang disana. Karena menurutnya lebih baik berbaur dengan orang kecil daripada harus tertekan dengan suasana tertutup.

"Gila, pagi sekali aku ke sekolah. Sepi banget lagi, pasti si kucrut belum datang" Si kucrut panggilan bela pada sahabatnya yaitu Roy.

Mereka berada dalam satu kelas yang sama. Suka bolos pelajaran bersama dan suka buat onar bersama. Tapi yang tidak Roy tau bahwa bela anak orang kaya. Karena penampilannya selalu saja sederhana dan tomboy.

Saat keluar juga sama tidak memakai pakaian yang mewah. Hanya menggunakan baju kemeja, celana jeans dan kaos di dalamnya. Baju paling simpel dan selalu menjadi style Bela.

"Enak juga pagi ini segarrr" Menikmati suasana pagi di taman belakang sambil berbincang-bincang bersama tukang kebun di sekolah ini.

"Pagi pak, apakah bunga disini sudah bangun? "

"Sepertinya sudah, tapi ada beberapa yang belum dibangunkan"

"kenapa? "

"Capek"

"Hahaha" Pak kebun dan Bela selalu tertawa riang dari sorotan mata para siswa. Mereka berdua seakan telah menjadi teman akrab.

Hal itu sering Bela lakukan, dia selalu ramah pada orang-orang yang lebih tua. Tapi dia akan menjadi beku saat bertemu dengan teman-tenan sekolahnya kecuali Roy. Meskipun sifatnya yang dingin, Bela selalu suka menolong orang-orang sekitar walaupun tanpa ada pertanyaan atau perbincangan.

Sementara itu di kediaman keluarga "Pras Wardana Prakasa" Sudah berkumpul bersama di meja makan dan bersiap diri untuk melakukan makan pagi.

"Kemana bela bi? "

"Non bela sudah berangkat tuan"

*brak* hentakan meja membuat Alana dan Eliene terkejut.

"Anak itu selalu saja berbuat ulah, tidak pernah ingin makan bersama-sama di meja ini. Jika tidak berangkat terlalu pagi maka dia akan berangkat sangat siang. Dasar anak sialan" Ketusnya yang membuat wajahnya meradang kebakaran untuk menghantam. Tapi sayang Bela sudah pergi bersekolah.

Bela memang tidak suka makan bersama mereka di meja makan. Karena setiap di meja makan akan selalu ada drama sebelum ataupun sesudah makan. Baik itu drama perebutan lauk ataupun ocehan tentang nilai sekolah.

"Sudahlah dad, yang penting kita makan saja. Lagian anak itu akan selalu saja berbuat seenaknya. Karena dia tidak pernah memiliki aturan" Pintar sekali Alana untuk memaksakan kompor yang sedang menyala.

Wajahnya saja lembut tapi hatinya benar-benar busuk. Tujuannya untuk menyingkirkan Bela dari rumah ini benar-benar sangat besar. Dia takut jika harta dari daddynya akan dibagi 3 sehingga dia akan mendapatkan sedikit. Apabila di bagi 2 mungkin akan mendapatkan bagian yang besar.

"Sudahlah makan, kalian harus berangkat ke sekolah" Ucapnya lembut pada kedua anaknya. Namun beda lagi jika di depannya adalah Bela anak nomor dua yang selalu menjadi terakhir dalam hidupnya.

Episodes
1 1. Sunyi
2 2. Harta
3 3. Iri
4 4. Persiapan Jalan-Jalan
5 5. Kecelakaan
6 6. Rumah Baratha
7 7. Baju Denada
8 8. Keajaiban
9 9. Tuan muda
10 10. Perintah Oma
11 11. Ajakan Menikah
12 12. Membeli Gaun
13 13. Puisi Roy
14 14. Pernikahan Besok
15 15. Pesta Pernikahan
16 16. Kamar Hotel
17 17. Suamiku
18 18. Wanita Jalang
19 19. Oma Terjatuh
20 20. Mendaftar Sekolah
21 21. Bertemu Sisil
22 22. Tertusuk Paku
23 23. Jeweran Oma
24 24. Anak Baru
25 25. Memiliki Anak?
26 26. Senyum Mario
27 27. Tidur Seranjang
28 28. Takut Cacing
29 29. Takut Hamil
30 30. Semangat Oma
31 31. Tempat Rahasia
32 32. Kabur
33 33. Hukuman Bela
34 34. Masuk Sekolah Lagi
35 35. Rencana Pindah Rumah
36 36. Setuju Pindah Rumah
37 37. Rumah Baru
38 38. Ponsel Baru
39 39. Beni
40 40. Pelayan Rumah
41 41. Sekolahku
42 42. Operasi
43 43. Mencari Bara
44 44. Spiderman
45 45. Balas Dendam Dira
46 46. Amarah Bara
47 47. Rasa Bersalah
48 48. Alex dan Bara Panik
49 49. Menebus Kesalahan
50 50. Putus Asa
51 51. Bertemu Oma
52 52. Membenci Pujian
53 53. Penyakit Mario
54 54. Kekasih Alex
55 55. Skandal Sisil
56 56. Rahasia Pernikahan Terbongkar?
57 57. Memuji Masakan
58 58. Bara Mabuk
59 59. Menyatakan Cinta
60 60. Mencari Perhatian
61 61. Makan Malam
62 62. Rindu Oma
63 63. Menuju Senja
64 64. Pantai
65 65. Kecupan Bara
66 66. Kenyataan Pahit.
67 67. Daddy Pembunuh
68 68. Melukis Kembali
69 69. Tempat Roy dan Bela
70 70. Cintia Hamil
71 71. Bintang jatuh
72 72. Perkara Mawar
73 73. Survei Perjalanan.
74 74. Bela Kabur Lagi
75 75. Perhatian Bara
76 76. Ana dan Roy
77 77. Teguran Untuk Bela
78 78. Bela Putus Asa
79 79. Bela terluka
80 80. Beni Bolos Sekolah
81 81. Alex Selingkuh
82 82. Kecupan Yang Mengejutkan
83 83. Tuan Aneh
84 84. Tidur Di Kamar Bela
85 85. Masalah Beni
86 86. Brandon Tertipu
87 87. Happy Birthday Bara
88 88. Kecurigaan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1. Sunyi
2
2. Harta
3
3. Iri
4
4. Persiapan Jalan-Jalan
5
5. Kecelakaan
6
6. Rumah Baratha
7
7. Baju Denada
8
8. Keajaiban
9
9. Tuan muda
10
10. Perintah Oma
11
11. Ajakan Menikah
12
12. Membeli Gaun
13
13. Puisi Roy
14
14. Pernikahan Besok
15
15. Pesta Pernikahan
16
16. Kamar Hotel
17
17. Suamiku
18
18. Wanita Jalang
19
19. Oma Terjatuh
20
20. Mendaftar Sekolah
21
21. Bertemu Sisil
22
22. Tertusuk Paku
23
23. Jeweran Oma
24
24. Anak Baru
25
25. Memiliki Anak?
26
26. Senyum Mario
27
27. Tidur Seranjang
28
28. Takut Cacing
29
29. Takut Hamil
30
30. Semangat Oma
31
31. Tempat Rahasia
32
32. Kabur
33
33. Hukuman Bela
34
34. Masuk Sekolah Lagi
35
35. Rencana Pindah Rumah
36
36. Setuju Pindah Rumah
37
37. Rumah Baru
38
38. Ponsel Baru
39
39. Beni
40
40. Pelayan Rumah
41
41. Sekolahku
42
42. Operasi
43
43. Mencari Bara
44
44. Spiderman
45
45. Balas Dendam Dira
46
46. Amarah Bara
47
47. Rasa Bersalah
48
48. Alex dan Bara Panik
49
49. Menebus Kesalahan
50
50. Putus Asa
51
51. Bertemu Oma
52
52. Membenci Pujian
53
53. Penyakit Mario
54
54. Kekasih Alex
55
55. Skandal Sisil
56
56. Rahasia Pernikahan Terbongkar?
57
57. Memuji Masakan
58
58. Bara Mabuk
59
59. Menyatakan Cinta
60
60. Mencari Perhatian
61
61. Makan Malam
62
62. Rindu Oma
63
63. Menuju Senja
64
64. Pantai
65
65. Kecupan Bara
66
66. Kenyataan Pahit.
67
67. Daddy Pembunuh
68
68. Melukis Kembali
69
69. Tempat Roy dan Bela
70
70. Cintia Hamil
71
71. Bintang jatuh
72
72. Perkara Mawar
73
73. Survei Perjalanan.
74
74. Bela Kabur Lagi
75
75. Perhatian Bara
76
76. Ana dan Roy
77
77. Teguran Untuk Bela
78
78. Bela Putus Asa
79
79. Bela terluka
80
80. Beni Bolos Sekolah
81
81. Alex Selingkuh
82
82. Kecupan Yang Mengejutkan
83
83. Tuan Aneh
84
84. Tidur Di Kamar Bela
85
85. Masalah Beni
86
86. Brandon Tertipu
87
87. Happy Birthday Bara
88
88. Kecurigaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!