satpam yang beradu pandang dan melihat senyum dari bibir Bastian itu langsung tercengang. entah itu benar atau mimpi, pak Tatang merasa bahwa lelaki ini begitu mirip dengan tuannya, Danuarta Prakoso. Iya juga melihat kemiripan mata milik sang nyonya, marsita Prakoso.
(astaga !! apakah ini cuma perasaanku saja. Kenapa wajah dan matanya begitu mirip dengan Tuan Danu dan nyonya sita. Apakah..) batin pak Tatang sambil memandangi wajah Bastian.
saat pak Tatang sedang asyik memandangi wajah Bastian, kedua paruh baya beserta Pak Jono langsung mengejutkan mereka.
"astaga aftar... Kamu dari mana saja nak...!! Kenapa tidak mengabari kakek dan nenek. kamu tahu Kakek benar-benar sangat khawatir padamu." ujar Tuan Danu berlari berhambur dan langsung memeluk tubuh aftar. Nyonya marsita pun ikut berlari menyambut cucunya yang sudah dua minggu mereka cari. bahkan orang tua dari aftar sendiri kelimpungan mencari keberadaannya. Tuan Danu pun sempat marah-marah kepada anak perempuannya yang tidak becus menjaga cucu satu-satunya. apalagi Tuan Danu pernah mengalami trauma kehilangan anak laki-lakinya, sehingga ia begitu protektif terhadap cucu satu-satunya.
sejenak mereka melupakan keberadaan Bastian di sana. Tuan Danu dan nyonya sita memusatkan perhatian mereka kepada sang cucu. Bastian sendiri yang melihat interaksi seperti itu langsung membuatnya iri. pasalnya Saya dari kecil Ia hanya tinggal bersama dengan seorang kakek tua yang telah lama meninggalkannya, hingga ia tak merasakan bagaimana rasanya kasih sayang kedua orang tua.
"sayang kamu tidak apa-apa..?? Dari mana saja selama ini. kakek dan nenek serta kedua orang tuamu kelimpungan mencarimu dan bahkan melapor ke kantor polisi.. tapi syukurlah kamu baik-baik saja." ujar nyonya marsita. Nyonya marsita terus menghujam pipi aftar dengan ciuman yang bertubi-tubi.
sementara Bastian yang berada di sana, karena merasa keberadaannya sudah tidak penting dan telah mengantarkan aftar pulang dengan selamat, Ia pun memutuskan untuk angkat kaki dari halaman itu. meninggalkan sepasang paruh baya dan anak kecil yang masih melepas rindu dan rasa bahagia itu. Bastian pun berbalik dan melangkah menjauh dari tempat itu, tapi sebuah suara menghentikan langkahnya.
"anak muda..." seru suara itu. suara itu berasal dari tuan Danuarta, Ia mencoba mendekat dan bertanya serta berkenalan dengan pemuda itu.
Bastian yang mendengar panggilan itu, langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah Tuan Danuarta. Tuan Danuarta seketika langsung tercengang, tentu saja ia tercengang ketika melihat raut wajah dan mata dari pemuda itu.
"Iya tuan..." ujar Bastian dengan sopan. tapi sepertinya tuan Danuarta masih sedang terkejut bahkan ekspresi yang diperlihatkan pun terlihat sangat lucu.
"tuan..." panggil Bastian lagi. setelah panggilan kedua itu, barulah Tuan Danu tersadar dari lamunannya. namun tak dapat ditebak Apa yang tuan dan lakukan, Tuan Danu langsung berjalan menghampiri Bastian dan seketika itu langsung memeluk erat tubuh itu. perlakuan itu tentu saja membuat Bastian menjadi terkejut, Tak hanya itu beberapa orang juga yang masih berada di sana pun ikut terkejut.
Bastian yang dipeluk oleh Tuan Danu tak dapat berbuat apa-apa, Ia lebih memilih mematung dan membiarkan Tuan Danu mendekat erat tubuhnya. bahkan Bastian dapat memastikan bahwa Tuan Danu tengah menangis dalam pelukan itu. untuk sedikit meredakan kesedihan Tuan Danu, Bastian mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan itu serta sesekali tangannya mengusap-usap punggung Tuan Danu berharap tuan Danu mengurangi sedikit rasa sedihnya itu.
dari jarak yang tidak jauh dari mereka, Nyonya marsita pun ikut terkejut melihat reaksi sang suami. pasalnya, Ia belum melihat dengan jelas wajah pemuda itu.
"nenek, kenapa kakek menangis ketika memeluk Paman Bastian..??" tanya aftar kepada nyonya marsita. Nyonya marsita pun mengalihkan pandangannya kepada aftar. sejenak Nyonya marsita pun menggelengkan kepalanya karena memang tidak mengetahui apa-apa.
cukup lama Tuan Danu mendekap tubuh Bastian. Ia pun langsung melerai pelukannya. tuan Danu langsung mengalihkan pandangannya kepada sang istri. kemudian ia kembali menatap pemuda itu. Bastian masih saja bingung atas apa yang ia alami ini.
"ayo masuklah dulu nak, perjalanan kalian pasti sangat jauh dan cukup menguras tenaga." ucapkan Danu dengan lembut dan penuh perhatian. Nyonya marsita juga merasa bingung melihat tingkah sang suami terhadap pemuda itu.
"tidak apa-apa tuan, saya akan melanjutkan perjalanan saya. Saya tidak ingin merepotkan Anda." ucap Bastian lagi merasa tidak enak. Tuan Danu lagi-lagi menepuk pundak Bastian. namun dari arah lain after berjalan mendekati keduanya.
" Iya paman, sebaiknya Paman istirahat dulu. perjalanan Paman Kembali ke tempat Paman sangatlah jauh, apalagi Paman sudah tidak memiliki bekal. Paman juga bisa menanyakan perihal pekerjaan kepada kakek aftar.." seru aftar dengan polosnya.
Bastian yang mendengar penuturan aftar yang begitu lurus tanpa tersendat, membuat Bastian merasa tidak enak. Bastian berfikir, Ia takut kedua paruh baya ini berfikir macam-macam mengenai dirinya yang tengah memanfaatkan pertolongan dirinya terhadap aftar.
"tidak perlu bocil, Paman menolongmu sangat-sangat ikhlas." ucap Bastian sambil tersenyum dengan tangan yang mengelus lembut rambut aftar. dan anehnya aftar sama sekali tak menepis tangan Bastian itu. tentu saja itu membuat kedua paruh baya dan dua satpam yang masih menyaksikan adegan itu tercengang. Pasalnya, mereka tahu siapa aftar itu sebenarnya Dan seperti apa sifatnya. tuan muda cilik mereka itu pasti tak akan mengijinkan siapapun apalagi orang asing untuk menyentuh dirinya seperti itu apalagi sentuhan itu terlihat akrab.
"tidak apa-apa anak muda, masuklah dulu. Ada yang ingin saya pastikan.." ujar Tuan Danu kembali mengutarakan maksud dan keinginannya. mudah-mudahan saja perkiraannya tidak melenceng.
mendengar penuturan seperti itu, Bastian jadi tak kuasa untuk menolak ajakan Tuan Danu. apalagi Tuan Danu dari sorot matanya itu seperti sangat terlihat akrab dengan Bastian. dari sorot mata Tuan Danu ada sebuah kehangatan yang terpendam di dalamnya.
"Baiklah kalau begitu tuan, tapi saya mohon maaf jika nanti saya merepotkan Anda." ujar Bastian dengan sopan. inilah yang menjadi nilai plus bagi seorang Bastian. walaupun lahir tumbuh besar dengan serba kekurangan, namun kesopanan dan tata krama selalu malekat baik dalam dirinya.
sementara nyonya marsita, Iya masih memandangi wajah Bastian yang menurutnya tidak begitu asing. Tuan Danu aftar langsung mengajak Bastian masuk ke dalam rumah mewah itu, sementara kedua satpam tersebut kembali melakukan pekerjaan mereka.
***
di sinilah Tuan Danu dan keluarganya, termasuk Bastian yang berada di tengah-tengah mereka. beberapa pelayan juga bolak-balik menyiapkan minuman dan cemilan kepada mereka itu. Tuan Bastian juga memerintahkan beberapa pelayan perempuan untuk membersihkan salah satu kamar yang ada di mansion mereka. di saat suasana hening itu, tiba-tiba Nyonya marsita membuka suaranya.
"anak muda, siapakah namamu Jika boleh saya dan suami saya mengetahuinya.?" tanya Nyonya marsita dengan perasaan gugup. Bastian yang dahulunya perhatiannya tertuju pada kedua tangannya, kini mendengar penuturan Nyonya marsita langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.
"Maaf nyonya, perkenalkan saya Bastian. saya berasal dari desa kecil dan jauh dari tempat ini." ucap Bastian memperkenalkan dirinya sekaligus mengatakan dari mana kalangan ia berasal. Nyonya marsita tersenyum simpul. kemudian bersuara lagi.
"tidak perlu sungkan seperti itu anak muda. mm jadi bolehkah saya memanggilmu dengan nama itu..??" tanya nyonya marsita lagi. Bastian menganggukkan kepalanya.
"tentu saja nyonya." ujar Bastian lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
mecca
jangan "bastian anak dari tuan danu dan nyonya marsita yg ilang ,semoga iya biar gk d hina lagi kasihan kamu bastian
2023-04-15
0