aftar tertidur cukup pulas. tapi, tiba-tiba ia menggeliat dan perlahan membuka matanya. ia melihat disekelilingnya yang merupakan tempat sederhana dan tak memiliki barang-barang mewah. ia langsung beranjak dari tidurnya, kemudian ia langsung bergegas mencari pemilik rumah ini, siapa lagi kalau bukan Bastian.
jam sudah menunjukan pukul 11 malam, aftar mencoba mencari sang pemilik rumah. tiba-tiba matanya menangkap pintu utama yang sedikit terbuka, dengan berjalan pelan ia mendekati pintu itu dan membuka pintu nya dengan pelan.
setelah itu, matanya langsung menangkap sosok yang berusaha ia cari tadi. tampak, pemuda itu seperti sedang mengalami kesulitan dalam hidupnya. aftar merenung sejenak, kemudian ia mendekati Bastian yang tengah melamun itu.
"Paman Apa yang kamu lakukan malam-malam di tempat ini.?" tanya aftar tiba-tiba yang sukses membuat Bastian menoleh ke arah aftar. Bastian langsung terkejut melihat keberadaan bocil itu.
"loh.. sejak kapan kamu di sini cil..??" ucap Bastian. bukannya menjawab pertanyaan dari aftar ya malah melemparkan pertanyaan balik kepada bocil itu.
"elah paman, bukannya menjawab pertanyaan malah balik bertanya." protes after seperti orang dewasa itu. Bastian pun tersenyum mendengarkan protesan dari aftar tersebut. bahkan gayanya berbicara bisa dibilang seperti orang dewasa saja.
"maafkan paman, Paman tidak bermaksud begitu." ujar Bastian langsung merangkul tubuh anak itu membawanya dalam pelukan.
aftar yang notabene-nya seorang anak yang susah untuk dipeluk seperti itu mendadak tidak menolak pelukan Bastian. padahal Bastian adalah orang asing baginya.
"kalau begitu katakan paman, Apa yang menyebabkan Paman melamun dan melihat ke arah langit yang ditaburi bintang-bintang itu. Apakah Paman sedang mengajak alien untuk mengobrol.?" canda aftar kepada Bastian. tapi ekspresi dan raut wajah aftar tak seperti bercanda menanyakan itu kepada Bastian.
"hahaha, bocil-bocil !! Dari mana kamu belajar bergurau seperti itu." ucap Bastian sambil mencapit hidung kecil aftar.
"hehehe... Maaf Paman kalau after lancang. after Hanya penasaran saja.." ujar aftar sambil tersenyum lucu kepada Bastian. Bastian pun ikut tersenyum melihat candaan anak itu.
"tidak apa-apa, Paman tidak marah. hanya saja paman menjalani hidup yang begitu sulit yang tentu saja bocil sepertimu tidak akan paham." ujar Bastian lagi. mendengar penuturan Bastian itu, aftar langsung memperlihatkan raut wajah tak suka.
"jangan mengataiku bocil paman. bocil bocil begini, aku dapat memberikan solusi kepada orang dewasa."ujar aftar dengan percaya diri.
"hahaha.. Oh ya !! kalau begitu Paman ingin meminta solusi kepadamu. Apakah Tuan muda aftar akan memberikanku solusi..???" tanya Bastian kepada aftar.
"tentu saja paman. dari raut wajah Paman sepertinya masalah Paman cukup berat ya.." ucap after lagi dengan penuh kebijakan. mendengar penuturan aftar seperti itu, sontak raut wajah Bastian menjadi sendu. Jujur saja, Ia ingin curhat mengeluarkan semua isi hati dan keluh kesahnya kepada orang lain agar hatinya sedikit merasa lega.
"hais.. begitulah hidup. tadi siang Paman pergi ke rumah kekasih hati Paman untuk meminang dirinya. bukannya disambut dengan baik, namun di sana Paman hanya mendapatkan hinaan demi hinaan yang keluarga itu lontarkan. bahkan Paman cukup sakit hati ketika wanita pujaan hati Paman sama sekali tak memberikan pembelaan kepada paman. Paman sangat sedih sekali. hanya karena Paman orang miskin dan kerja tidak menentu, Paman sampai-sampai dihinakan seperti itu. Apakah salah ya kalau orang miskin seperti Paman juga menginginkan cinta dan kasih sayang. toh juga bukan paman yang minta diberikan kehidupan seperti ini. semuanya sudah ditakdirkan oleh yang kuasa." ujar Bastian tidak peduli Apakah teman curhatnya itu adalah orang dewasa atau hanya seorang bocil. Ia hanya peduli Yang penting semua sesak di dadanya ia keluarkan.
tapi ternyata, respon yang diberikan oleh aftar itu benar-benar di luar dugaan.
"Paman Jangan sedih lagi. mungkin dia belum jodoh paman. yang perlu Paman lakukan hanyalah berusaha dan terus berusaha memperbaiki diri. hehehe, mungkin aftar tidak mengerti ya Paman. tapi kakek dan nenek after selalu mengatakan hal itu kepada paman-pamannya aftar. jadi aftar sebagai anak pintar tentu saja tak akan melupakan nasehat itu." ujar aftar sambil cengengesan. Bastian yang mendengarkan sepenggal nasehat dari anak kecil itu sontak menjadi malu.
"hehehe.. makasih ya nasehat bocil. paman rasa sepenggal nasehat itu sangat berarti untuk paman." ujar Bastian lagi.
"kalau begitu, ayo kita masuk ini sudah malam dan tak sehat bagi tubuh." ucap Bastian lagi. aftar pun menurut namun ekspresi wajah Sangat lucu.
"kata paman, angin malam tidak baik bagi kesehatan, tapi paman sendiri betah lama-lama di luar rumah.. huh !! itu sama saja bohong paman." ucapnya lagi. mendengar sindiran itu, Bastian hanya terkekeh saja. ia pun menggandeng tangan aftar dan membawanya masuk ke dalam. setelah itu, mereka lanjut beristirahat dan berbagi tempat tidur.
***
esok hari menyingsing. tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu rumah Bastian.
tok tok tok
ketukan pintu itu tentu saja membuat penghuni rumah itu terbangun.
tok tok tok
"aduh . siapa sih yang mengetuk pintu pagi-pagi begini." ucap Bastian sambil mengucek-ngucek matanya. ia beranjak dari tidurnya dan berjalan menghampiri pintu.
tok tok tok
terdengar ketukan lagi, nampaknya ketukan kali ini terdengar tidak sabaran.
"iya, iya... sebentar.." sahut Bastian dengan suara khas bangun tidurnya.
ceklek
Bastian seketika mematung melihat sosok yang ia cintai dan juga yang melukainya. siapa lagi kalau bukan Elsa.
"kamu lama banget sih buka pintu nya." protes Elsa dengan tatapan dingin. Bastian yang mematung itu, sontak menjadi terkejut.
"Elsa, maaf. ada apa kamu kesini..?" tanya Bastian dengan perasaan tak menentu. Elsa yang mendengar pertanyaan itu pun mencibir.
"memangnya kenapa ? kamu ngak suka kalau aku disini.? kamu ingin mengusirku..!" seru Elsa dengan ketus.
"ngak usah sok seperti itu deh. aku kesini bukan untuk membujuk mu kembali melamar ku. aku kesini pagi-pagi hanya ingin memberikan mu undangan pertunangan ku dengan Alan. jadi tidak usah PD seperti itu." ujar Elsa sambil menyodorkan kartu undangan itu.
melihat dan mendengar penuturan Elsa yang seolah tak merasa salah itu, mendadak hati Bastian menjadi sakit. sebegitu mudahnya kah Elsa melupakan dirinya dan melakukan hal ini kepadanya. sungguh tega.
"kamu tega melakukan itu padaku. padahal, kamu sendiri yang memintaku untuk datang meminang kamu, tapi setelah aku sudah datang, keluarga mu malah menghina ku. bahkan kamu tak sedikit pun membelaku. apa salahku sebenarnya sampai kamu melakukan hal ini." ujar Bastian dengan putus asa. Bastian berusaha mendapatkan penjelasan dari Elsa.
"aduh.. please deh.. kamu itu seharusnya tau diri. aku mengatakan hal itu, bukan berarti aku serius. kamu aja yang terlalu berharap. lagian, siapa juga yang mau sama laki-laki kek kamu, miskin dan tak memiliki masa depan." ujarnya lagi dengan sombongnya. kata-kata itu meluncur begitu saja di mulutnya, bahkan Elsa tidak peduli Apakah Bastian akan sakit hati atau tidak.
"nih pegang. jangan lupa datang ya.." ujarnya lagi. setelah itu, Elsa langsung kembali dan meninggalkan Bastian yang masih mematung di depan pintu rumahnya itu. tatapan Bastian terpaku kepada surat undangan itu. kalau mau tahu apa kabar hatinya sekarang ? Jangan ditanya lagi, hatinya saat ini benar-benar hancur dan keluarga itu benar-benar menginjak-injak harga dirinya.
Bastian pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Elsa, yang mengatakan dirinya adalah pria miskin dan tak memiliki masa depan.
(hidup ini bukan aku yang menentukan, jika aku bisa bernegosiasi dengan Tuhan, pasti aku akan meminta menjadi seorang yang memiliki harta yang berlimpah dan masa depan yang cerah. tapi nyatanya aku hanyalah seorang hamba, yang hanya bisa pasrah ketika Tuhan telah menggariskan takdirku.) batin Bastian. tatapannya masih terpaku dan tertuju kepada benda yang bernama undangan itu.
***
Ternyata, percakapan mereka itu tak luput dari pendengaran aftar yang terbangun karena sangat berisik. wajarlah, pintu rumah dengan kamar sambil terhubung, jadi keributan itu langsung membangun kan aftar.
"sombong sekali Tante jahat itu." ujarnya dengan geram. walaupun aftar masih kecil, namun kata-kata orang dewasa begitu cepat ia cerna, bahkan kata-kata makian dan merendahkan seperti itu sebenarnya tidak pantas ia dengar. tapi apa boleh buat, telinganya yang begitu tajam dan otaknya yang begitu cepat memutar dan merekam semua kata-kata menyedihkan itu.
sementara Bastian, ia masih setia berdiri dan mematung. melihat itu, aftar pun mendekat dan langsung bersuara.
"paman... siapa tadi, kenapa berisik sekali.?" ucap aftar sambil mengucek matanya. suara aftar langsung saja membuyarkan lamunan Bastian. Bastian langsung menoleh ke arah aftar.
"oh, kamu sudah bangun. tadi, bukan siapa-siapa. ayo masuk lagi." ujar Bastian kepada bocil itu. Bastian pun langsung membawanya masuk kedalam dan menyiapkan sarapan seadanya untuk mereka berdua.
(seperti paman memang hidup sebatang kara dan tak memiliki keluarga. mm sebaiknya, aku ajak saja paman kerumah nenek.) batin aftar sambil memperhatikan wajah Bastian.
tak lama, Bastian pun selesai membuat sarapan untuk mereka berdua. setelah itu Bastian pun langsung menghidangkannya dan mereka pun sarapan tanpa mengeluarkan suara. terlihat sarapan mereka sangat sederhana dan biasa-biasa saja, namun after sama sekali tak mengeluarkan kata-kata apapun selain menikmati makanan itu saja. tak lama, Mereka pun selesai sarapan pagi.
"Oh iya paman. Paman kerja apa.?? Paman hari ini aku berubah pikiran, Aku tidak ingin membuat Paman bertambah kesusahan, jadi mau kah paman mengantarkanku ke alamat kakek nenekku." ujar after kepada Bastian. Bastian yang sudah menyelesaikan sarapannya dan sedang mengistirahatkan perutnya itu langsung mengarahkan pandangannya ke arah bocil itu.
"Kenapa cepat sekali berubah pikiran hm...??" tanya Bastian sambil mengelus-halus kepala aftar. seolah menjadi tidak rela kalau aftar kembali ke keluarganya. afta tersenyum, ia merasa hangat di perlakukan seperti itu oleh Bastian. Bastian sendiri pun merasa sangat dekat dengan bocil ini. ah kenapa juga aftar harus berubah pikiran.
"tidak apa-apa paman. tapi, paman mau kan mengantarkan aku pulang..??" tanya aftar lagi. Bastian tersenyum.
"tentu saja, paman akan antar. sekarang, kamu mandi dan siap-siap, kita akan berangkat." ucap Bastian kepada aftar. setelah itu, aftar langsung bergegas menuruti perintah dari aftar. sementara, aftar langsung membereskan piring yang mereka pakai tadi.
***
kini aftar dan Bastian telah siap. mereka pun langsung berangkat menuju kediaman kakek dan nenek aftar. mereka juga membawa beberapa bekal, setelah aftar memberikan alamat rumah kakek dan neneknya. ternyata, tempat itu cukup jauh dari tempat tinggal mereka. tapi Bastian tidak keberatan. ia malah menjadikan perjalanan mengantar aftar ini sebagai jalan-jalan untuk mengalihkan pikiran dan perasaannya yang masih hancur.
Bastian terus melakukan motor buntutnya itu, berjam-jam mereka melewati perjalanan dan sesekali mereka akan berhenti untuk sekedar makan dan minum, melepas lelah juga sekaligus menikmati suasana wisata yang mereka lewati diperjalanan mereka itu.
sekitar jam 4 sore, akhirnya mereka sampai disebuah kediaman yang sangat mewah bak istana raja. Bastian yang melihat model bangunan itu berdecak kagum. sampai sampai ia tak mendengar saat aftar memanggilnya.
"paman, paman..." panggil aftar. namun Bastian masih belum bergeming. ia masih menatap takjup rumah tersebut.
(wah... rumah ini begitu indah bak istana, kira-kira, aku bisa ngak ya punya rumah seperti ini.) batin Bastian. tapi, tiba-tiba aftar langsung memukul pelan pundak Bastian.
"paman," Ucapnya. sontak saja, Bastian langsung terkejut. ia pun melihat ke arah aftar.
"ada apa tar, kamu butuh sesuatu..??" tanya Bastian dengan penuh perhatian. mendengar nada khawatir dari Bastian, langsung membuat aftar tersenyum lucu sekaligus senang. ada perasaan hangat ketika perhatian kecil di tujukan padanya.
"hehehe.... tidak paman. tadi aftar panggil-panggil, tapi paman tidak mendengarkanku. ayo paman kita masuk ke dalam. kita kasih kejutan kepada kakek dan nenekku.!!" seru aftar lagi dengan riang gembira. ada senyum misterius dari balik senyum riangnya itu, seolah ia telah menyiapkan satu rencana untuk Bastian.
"tapi tar." ucap Bastian langsung melihat penampilannya. rasanya ia tak mungkin mengantarkan aftar dan masuk ke dalam rumah megah itu. apalagi tampilan yang begitu kampungan dan sangat-sangat miskin. bisa-bisa nanti iya dikira maling dan pengemis.
"Paman antar sampai di sini saja ya, perjalanan kembali sangat panjang. jadi Paman akan kembali sekarang." ujar Bastian kepada aftar.
tapi tiba-tiba, seorang satpam berseru kepada temannya untuk memberitahu kepada tuan dan nyonya rumah ini bahwasanya sang cucu tengah berada di depan pintu gerbang. dengan tergesa-gesa, seorang satpam yang dikenal dengan Pak Jono itu langsung bergegas masuk ke dalam kediaman mewah itu untuk mengabari tuan dan nyonya rumah ini. sementara satunya lagi yang dikenal dengan pak Tatang itu, bergegas menemui aftar dan Bastian yang masih berada di luar gerbang.
"tuan muda !!!" seru pak Tatang. aftar dan Bastian pun langsung mengarahkan pandangan mereka kepada Pak Tatang yang tengah berlari menghampiri mereka.
"pak Tatang..." ujar aftar sambil tersenyum simpul.
"Ya ampun tuan muda, Anda dari mana saja tuan muda..? tuan dan nyonya serta tuan dan nyonya besar begitu sibuk mencarimu." ujar pak Tatang dengan perasaan khawatir. matanya langsung melirik Bastian yang tengah melihat interaksi mereka. sejenak Bastian langsung tersenyum.
***bersambung***
note : cerita ini bisa saja sewaktu-waktu berhenti dan tak dilanjutkan. Jadi butuh kritik dan saran untuk kemajuan ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
mecca
teryata aftar tuan muda semoga bastian mau kerja sama keluarga aftar biar bisa jd org kaya dan gk hina lagi biar gk sakit hati
2023-04-15
0