BAB 9

Diamond Mall

Setelah mendapatkan 2 kartu sakti dari kedua saudara laki lakinya, disinilah kini Emira dan Luna berada, Diamond Mall.

Diamond Mall adalah mall terbaru milik keluarga Sebastian, nama Diamond diambil dari nama putri kedua Harun Sebastian, Elena Berliana Sebastian, begitu besarnya kasih sayang dan cinta seorang Harun Sebastian pada putri keduanya, hingga membuat Mall pun menggunakan nama putri kedua nya, padahal 20 tahun lalu Harun memulai bisnis barunya di dunia perhotelan, Diamond Hotel sengaja didirikan demi memastikan kenyamanan hidup putri bungsunya, padahal setelah menikah dan tinggal bersama sang suami di Amerika, Hotel tersebut dipercayakan pada asisten pribadi Harun Sebastian, namun karena faktor Usia, Asisten Seno hanya memimpin Diamond Hotel selama 5 tahun, dan dengan bantuan Alexander Geraldy, maka bergabunglah Dimas yang sudah resmi menjadi suami Hana, Hana adalah sekertaris Elena dan Asisten Seno.

Sebelum wafat, Harun Sebastian kembali melebarkan sayap bisnisnya, kali ini ia mendirikan Diamond Mall, berharap semua aset yang dia tinggalkan akan dikelola dengan baik oleh anak dan cucu nya, dan terbukti benar, kini Diamond Mall dan Diamond Hotel berkembang pesat di tangan cucu laki lakinya, Reza Sebastian Aditya, insting bisnis papa dan kakek nya menurun dengan baik.

#terima kasih sekali buat readers yang mengikuti othor sejak novel pertama (Menanti Cinta Elena). Dan pasti kalian nyambung dengan prolog di paragraf kedua, Reza Sebastian Aditya adalah putra sulung Haris Aditya dan Elena Berliana Sebastian, maafkan jika ada yang tidak sreg dengan ending Elena dan Haris ✌️🤧.

Seperti layak nya putri para konglomerat, Emira dan Luna mendatangi banyak toko barang barang branded, dan tanpa segan memakai kedua kartu hitam milik kedua saudara laki laki nya, baju, tas, sepatu, make up, dan tak lupa Emira membahagiakan satu satunya keponakan cantik yang ia punya, dengan menemani nya bermain, karena keduanya memiliki kemiripan sifat, mereka bermain sampai lelah, hingga melewatkan jam makan siang.

"Aunty … aku lapar." Keluh Luna.

"Oh lapar? Baiklah … ayo kita makan, kamu mau makan apa?"

"Aku mau makanan yang banyak kejunya," pinta Luna, karena ia tidak bisa menikmati coklat, seperti ke empat saudara laki lakinya. Maka Luna menjadi penggemar keju nomor 1 di rumah.

Maka Emira membawa Luna ke salah satu restoran fast food, yang menyediakan menu kombinasi ayam dengan keju mozarella melimpah, sekali lagi tak masalah, karena yang meminta adalah tuan putri kesayangan 7 pria keluarga Geraldy.

#keluarga Geraldy kekurangan stok wanita.

Emira tersenyum senang ketika melihat Luna begitu menikmati keju yang ada di piringnya.

"Aaahhh disini kamu rupanya."

Suara pria yang amat ia kenal tiba tiba menyapa, Emira menoleh, berdiri di belakangnya, pria dengan kemeja yang sudah tak beraturan bentuknya, pria ini berwajah tampan, dengan sorot mata tajam, dan rambut hitam legam, sayangnya pria ini hanya dianggap sahabat oleh Emira, pria itu tertawa lebar.

#kok jadi sama kaya papa nya 🤧

"Kok tahu kalau aku disini?" Tanya Emira pada Reza, sahabatnya.

"Tahu lah, aku sedang inspeksi lapangan lewat CCTV dan lihat kalian keluar masuk toko barang branded, senangnya jadi tuan putri, tak perlu bekerja keras, tapi bisa belanja sesuka hati." Tanpa segan Reza bergabung di meja Emira dan Luna.

"Uncle Reza …" sapa Luna tanpa canggung, ketika Reza dan Emira sama sama kuliah di Singapura, Luna sering melakukan panggilan video dari Emira, tentu dengan keberadaan Reza di sekitarnya, karena itulah Luna sudah terbiasa dengan kehadiran Reza.

"Hai princess, sudah belanja apa saja tadi?" Tanya Reza iseng, ia tahu Luna hanya di manfaatkan Emira, karena sudah sangat hafal sifat sengklek Emira.

"Beli make up, mainan, banyak buku cerita, baju dan tas … mmm apa lagi yah?" Dengan wajah menggemaskan Luna pura pura berpikir, "oh iya main, dan sekarang makanan." Luna tersenyum senang tanpa beban.

"Dah percaya? Hari ini aku jujur dan baik hati loh, dia juga berbelanja, iya kan sayang?"

Luna mengangguk.

Tapi Reza tetap mencibir tak percaya.

Tapi sedetik kemudian, Reza mengusap kepala Emira dengan sayang, gadis ini sejak lama mengisi hatinya, namun hingga kini hanya menganggap dirinya sahabat, entah sampai kapan Reza bisa menahan perasaannya.

***

Sementara itu, di restoran yang sama, ada sepasang mata yang melihat kedekatan Emira dengan Reza, tapi pandangannya nampak datar, karena ia sendiri tak mengenali sepasang muda mudi tersebut, 'wanita yang cukup menarik' pikir Arjuna, sepasang mata yang berbinar ceria, dengan rambut diikat ekor kuda, membuat gadis itu terlihat semakin menarik dengan kecantikan alaminya, karena Emira hanya memoles make up tipis dengan lip tint, tapi karena Arjuna tak suka wanita cantik, jadi ia biasa saja.

#Arjuna tidak mengenali Emira versi asli yah, yang ia tahu adalah Mira Elea, gadis culun berkacamata tebal dan tompel besar di pipi kanannya.

Siang itu Arjuna tengah menunggu teman temannya, bisa libur sehari di tengah padatnya jadwal jaga di rumah sakit, membuat Arjuna merasa seperti mendapatkan hadiah istimewa, walau mereka hanya akan membicarakan rencana diadakannya reuni 3 angkatan.

Acara reuni tersebut tak main main, terbukti sudah sejak lama ada yang bersedia mensponsori, hingga ada alumni misterius yang bersedia menggelontorkan uang banyak demi menyewa Ballroom Twenty Five Hotel.

Selama berada di Jakarta, baru kali ini Arjuna berkumpul kembali dengan teman temannya, karena sebelum sebelum nya ia sibuk di rumah sakit, atau teman temannya yang sibuk dengan pekerjaan masing masing, harus sama sama maklum, jika kini mereka tak bebas bertemu seperti dulu ketika mereka masih sekolah menengah.

Setelah 20 menit menunggu, ke empat teman teman Arjuna pun tiba.

"Woooiii mas bro … udah lama nunggunya?" Tanya Rafi ketika dari jarak jauh melihat Arjuna duduk santai seraya menggulir akun medsosnya.

Dengan kesal Arjuna menatap kelima sahabatnya, "gak sekalian aja kalian datang nanti malam."

"Hehehe sorry deh, nih bocah emang pada kere, masa pada minta di jemput, jadi harap maklum kalau aku sampai lumutan di mobil." Keluh Rafi menuding ketiga makhluk yang tadi menjadi penumpang di mobilnya.

"Maafkan … aku masihlah pegawai baru, baru banget menetas jadi alumni perguruan tinggi xxx, jadi harap maklum jikalau daku masih miskin papa." Jawab Rendi dengan wajah di buat memelas.