EPS-17

"Siapa mereka, kenapa semuanya masuk kedalam ruangannya semua, dan lihat mau kemana mereka keluar bersama, apa mungkin dia berteman dengan OB, sepertinya itu para OB," gumam Ziko sambil berjalan mendekati kaca untuk memperjelas penglihatannya.

Tidak lama terlihat Devan masuk kedalam ruangan Ziko, "ayo kita ada meeting sekarang" ajak Devan.

"Iya bawel," kesal Ziko, ya Ziko masih merasa marah atas kejadian tadi, dimana Devan yang sengaja memanasi dirinya, "apa yang kamu lakukan tadi diruangannya?" Tanya Ziko.

"Ruangan siapa?" Ujar Devan pura pura bodoh, sedangkan Devan menahan mati matian untuk tidak  kelepasan tertawa.

"Jangan sok polos, atau bonusmu kupotong bulan ini" ancam Ziko.

"Bisanya cuman ngancem, lagian kenapa jika aku ke ruangan Cindy, toh kami sudah saling kenal, sekedar saling menyapa kan tidak masalah."

"Iya tapi tidak dengan me-"

"Me apa?"

"Sudah lupakan, ayo cepat berangkat, jangan sampai klien kita menunggu lama karena ulahmu" omel Ziko, sedangkan Devan menutup mulutnya di belakang Ziko, agar tidak kelepasan tertawa.

"Andai Jay disini, sudah pasti akan menjadi hal yang seru," batin Devan, sambil mengusap air mata yang masih terlihat di kedua matanya akibat menahan tawa.

"Ada apa denganmu?" Tanya Ziko dengan pandangan bertanya, "kenapa kamu senyum begitu."

"Tidak, aku hanya bertukar pesan dengan kekasihku" ujar Devan.

"Dan kamu pikir aku percaya, bahkan sampai sekarang kamu masih sendiri" ejek Ziko, sedangkan Devan yang di ejek langsung menggeplak bahu Ziko.

"Enak saja, gini gini banyak yang antre menunggu cintaku."

"Iya, sampai kamu tidak laku," lanjut Ziko lagi.

Tidak lama Ziko dan Devan sampai di resto bingtang lima dan sedang berbincang dengan kliennya, "ya semoga kesepakatan kita ini bisa menguntungkan kedua belah pihak," ujar Ziko sambil mengulurkan tangannya, dan di sambut baik oleh rekannya itu.

"Tentu, saya yakin itu tuan Ziko, kalau begitu saya permisi,karena saya ada pertemuan lain," pamit rekan Ziko.

"Baik pak, terima kasih," jawab Ziko, "Dev Sebaiknya kit-" Ziko menghentikan perkataannya ketika dia meihat Cindy dan dkk sedang makan di bagian luar, dimana itu untuk pengunjung setandar.

"Kita apa?" Tanya Devan, Devan mengikuti arah pandang sang bos, dia langsung paham apa yang bosnya maksud, "ayo kita gabung dengan mereka" Devan menarik tangan Ziko agar mengikutinya, tapi Ziko langsung menarik tangannya paksa dari genggaman Devan.

"Apa yang kamu lakukan, jika kamu ingin bergabung dengan mereka maka pergilah, aku ingin disini saja sendirian." Usir Ziko pada Devan.

"Baiklah, kamu disini saja, aku sendiri saja kesananya," Devanpun berlalu dari sana setelah mengedipkan sebelah matanya pada Ziko.

"Dasar gila" umpat Ziko, "lihatlah, dia langsung akrab begitu saja dengan mereka, sulit dipercaya" gumam Ziko.

"Aku boleh duduk disini Cin?"

"Lho, pak Devan disini juga," tanya Cindy, Cindy melihat kesana kemari mencari seseorang, sedangkan Devan yang pahampun berdehem.

"Mencari siapa?"

"Ah tidak pak, aku hanya sedang melihat lihat saja," bohong Cindy, padahal Cindy berharap Devan bersama suaminya, meskipun mereka 1kantor bahkan dilantai yang sama, tapi mereka tidak pernah bertemu, karena awal awal Cindy bekerja disana, Ziko sudah melarangnya untuk masuk ke ruangan CEO, jadi setiap ada berkas Cindy akan selalu melalui Devan.

"Em, aku boleh gabung di sini?" Tanya Devan lagi

"Tentu pak silahkan, tapi bayar sendiri ya pak, karena saya tidak punya uang jika membayar makanan bapak," timpal Elvin, dan itu sukses membuat Cindy tertawa keras, "hey kenapa kamu tertawa Cin?" Lanjut Elvin, sedangkan Tesha dan Dila hanya terkekeh.

"Tidak, kamu ini lucu sekali, tuan Devan punya banyak uang, jadi kamu tidak perlu khawatir" bisik Cindy.

"Bukan begitu Cin, kamu tahu sendiri orang kaya biasanya pesan makanan yang mahal, uangku mana cukup," ujar Elvin dengan pelan, tapi sayang suaranya yang sedikit cempreng masih terdengar oleh Devan, Devan yang mendengar itu hanya geleng geleng.

"Tenang saja, aku yang akan membayar semuanya" ujar Devan.

"Benarkah!" Teriak Elvin, "wah terima kasih ya pak, akhirnya uangku gak jadi kelong," ujar Elvin dan itu sukses mendapat geplakan dari semua temannya, "hey ada apa dengan kalian, sakit tahu" kesal Elvin.

"Heh, kamu niat tidak mentraktir kita, giliran ada yang bayarin kamu malah bahagia," kesal tesha

"Lho ini kan aku yang mengajak, kalau ada yang ganti membayarkan itu tandanya rejeki anak solehah" kelakar Elvin.

"Sudah sudah, ayo makan nanti keburu habis jam istirahatnya," leray Cindy, "mari pak makan" Cindy berbicara sambil mengedipkan mata, memberi isyarat kalau temannya tidak ada yang boleh tahu setatusnya dengan sang bos.

"Iya mari," mereka semu akhirnya makan sambil membahas seputar kantor saja, tidak lama ponsel Devan berdering, tanda ada pesan masuk.

"Kembali kekantor sekarang! Atau bonusmu lenyap!" Ancam Ziko, sedangkan Devan langsung tertawa keras membaca pesan dari sang bos.

"Pak Devan baik baik saja?" Tanya Dila.

"Tentu, aku permisi dulu ada pekerjaan mendadak," pamit Devan.

"Tapi pak kata-"

"Tenang saja, aku sudah membayar semuanya," Devan yang mengerti arah pembicaraan Elvinpun langsung memotong pembicaraanya.

"Ah terima kasih banyak pak" ujar Elvin, tanpa menjawab Devanpun segera pergi dari sana untuk menemui bosnya didalam resto.

"Ada apa? Mengganggu saja, ini kan jam istirahat jadi bebas dong mau kemana saja."

"Disini siapa bosnya, kalau aku bilang kembali ya kembali" bela Ziko, ya Ziko merasa kesal jika Devan dekat dengan Cindy.

"yasudah ayo kembali kekantor" Devan berdiri dan membayar tagihan Ziko dan dirinya.

"Zik aku dengar dari Jay kamu mencari tahu lagi soal dia, apa itu benar?"

"iya, tapi sekarang tidak lagi, entah kenapa aku sudah tidak ingin tahu tentangnya," Ziko memejamkan matanya sambil bersandar di kursi belakang kemudi, tiba tiba bayangan Cindy melintas dipikirannya, "aiss ada apa denganku" Ziko segera mengusap wajahnya dengan kasar.

"kenapa?"

"tidak, ayo nanti malam kita ketempat biasa."

"Jay juga?"

"tentu, siapa yang mengurusku dan kamu jika kita mabuk."

"hahahaha kau benar, kita kan memang yang paling bisah menyusahkannya" kelakar Devan, "hey lihat itu, bukannya itu istrimu," Devan coba memperjelas pandangannya, dan benar kalau yang dia lihat adalah Cindy, "benar Zik itu istrimu, wah ternyata dia bisa mengemudi motor juga, keren, aku kira dia tidak akan panas panasan mengingat dia berasal dari keluarga yang cukup berada" ujar Devan sambil terus melihat Cindy yang masih berhenti di lampu merah.

sedangkan Ziko terus memandangi Cindy dengan tatapan yang tidak bisah di artikan, "kenapa dia tidak memakai helm sendiri, apa dia tidak takut jatuh" batin Ziko, "terus ikuti mereka dari belakang," perintah Ziko.

"untuk apa?"

"sudah lakukan saja, terlalu banyak bertanya kamu ini" kesal Ziko, Ziko tidak lepas terus mengawasi Cindy.

Terpopuler

Comments

FUZEIN

FUZEIN

Lalalala...cinta dah nak berputik

2024-01-29

0

Ney maniez

Ney maniez

mulai perhatian...
benih-benih cinta mulai tumbuh 🤭🤭

2024-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!