EPS-15

Ziko berusaha membantu Cindy berdiri, tapi Cindy langsung menolaknya, "tidak perlu, terima kasih kak,"  Cindy berusaha berdiri dengan berpegangan pada meja makan, "bibik!" teriak Cindy

"iya Nyonya."

"tolong bereskan ini ya bik, Cindy makannya sudah, Cindy mau istirahat dulu bik."

"baik Nyonya," jawab ART itu, Cindypun berjalan perlahan untuk kekamarnya, Cindy kecewa pada suaminya, kenapa Ziko sangat kasar, padahal dia hanya bertanya.

"hufff mungkin aku yang salah," gumam Cindy sambil melihat pinggangnya yang masih nyeri, "uh pantesan sakit, ternyata memar," ujar Cindy, "obatin pakai apa ya, aku kan gak tahu, ah sebaiknya aku kompres saja pakai es," Cindy keluar kembali untuk mengambil kompresan.

Art itu melihat sang Nyonya yang berjalan keluar dengan tertatih tatih, "Anda butuh sesuatu Nyonya?"

"Ah iya bik, aku butuh air Es, mau buat kompres bik." ujar Cindy sambil mengatur nafasnya yang sedikit ngos ngosan.

"Biar bibik ambilkan, Nyonya tunggu di kamar saja ya."

"Terima kasih bik, maaf merepotkan" Cindy kembali kekmarnya, sambil berhenti sejenak, sedangkan di ruang tengah ada sepasang telinga yang mendengar percakapan Mereka.

Ziko berjalan kearah dapur, dan melihat ART sedang menyiapkan kompresan, "biar aku saja bik, bibik istirahat saja" Ziko mengambil alih kopresan itu dari tangan ARTnya.

"baik tuan Muda," sang bibikpun memberikan kompresan itu pada Ziko, ketika Ziko hendak melangkah dia mendengar suara Bell berbunyuli,

Ziko berjalan keluar untuk membukakan pintu.

Terlihat disana sang supir berdiri di depan pintu rumahnya, "ini tuan obat pesanan tuan tadi"

Ziko menerimanya "terima kasih pak"

"Sama sama tuan, permisi." Supir Zikopun pergi setelah membelikan pesanan Ziko, ya ketika Ziko melihat Cindy terjatuh dia menyuruh supirnya untuk membelikan obat untuk Cindy, kini Ziko berjalan menuju kamar Cindy, Ziko mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk.

"Masuk bik, tidak aku kunci," teriak Cindy dari dalam kamarnya, Ziko langsung masuk setelah mendapat jawaban dari dalam, Deg, Ziko diam mematung melihat Cindy yang hanya menggunakan bra dan celana hotpant saja.

"Astagaaaa, apa dia tidak takut ada orang lain masuk kekamarnya, berani sekali hanya memakai pakaian seperti itu,"batin Ziko, Ziko berjalan perlahan mendekati Cindy, Ziko merasa gugup sendiri melihat kelakuan istrinya, "ada apa denganku, kenapa aku merasa panas dingin begini," gumam Ziko.

" bik tolong kompreskan sekalian ya bi, Cindy kesusahan jika melakukannya sendiri bik" ujar Cindy, tanpa menjawab Ziko langsung mengompres memar Cindy, sesekali tangannya menyentuk pinggang Cindy, Ziko merasa semakin gugup, Ziko dengan cepat menyelesaikan mengompresnya karena semuanya merasa tidak baik, tubuhnya ada yang tidak beres, tidak lama Ziko selesai mengopres, dan mengoleskan obat di permukaan memarnya, "apa yang bibik berikan pada lukaku bik?" Tanya Cindy, karena lama tidak ada jawaban Cindypun berbalik "ahhhh" terika Cindy, "kak Ziko, apa yang kakak lakukan disini," Cindy segera menggelungkan tubuhnya didalam selimut, dia merasa sangat malu, ternyata sedari tadi suaminya yang melakukan ini, "kakak tidak sopan sama sekali," marah Cindy.

Ziko menautkan kedua alisnya, "Kenapa kamu marah, aku hanya mengobati lukamu, ini hanya betuk tanggung jawab karena aku tidak sengaja membuatmu terjatuh tadi, dan kamu bilang aku tidak sopan, bahkan kamu tidak bertanya siapa yang mengetuk pintu."

"Alasan, kakak sudah melihat tubuhku, apa itu namanya tidak kurang ajar" kesal Cindy.

"Suruh siapa pakai Bra saja, lagian apa yang aku minati dari tubuh rata seperti itu, perlu kamu tahu, tubuh kekasihku lebih baik dari pada tubuhmu itu, dipandang saja tidak selera, bahkan aku tidak yakin kalau kamu masih perawan," cemooh Ziko, Zikopun berdiri dan melempar handuk kompres ke wajah Cindy dan segera berlalu dari sana, sedangkan Cindy langsung terdiam mendengar Ziko membandingkan dirinya dengan kekasihnya dan menghina harga dirinya.

"Apa kak Ziko sudah punya kekasih, lalu kenapa kak Ziko menerima perjodohan ini, dan apa aku serendah itu di matanya, hingga dia mempertanyakan harga diriku," gumam Cindy, tidak lama Cindypun terlelap dalam tidurnya.

"Ahhh, kenapa aku harus bicara seperti itu padanya tadi, pasti dia akan kecewa, biarkan saja, dia sendiri yang mencari masalah dengaku" kesal Ziko, Zikopun tertidur juga, karena hari memang sudah malam.

Pagi menjelang, terlihat Cindy berkutat di dapur dengan apronnya, dia sudah semakin lihai memasak setelah setiap hari belajar memasak dengan ART di rumah itu, "Nyonya sudah bisa memasak sendiri sekarang," ujar sang bibik.

"Iya bik, ini semua berkat bibik juga, karena bibik sudah sabar mengajariku" ujar Cindy sambil memeluk bibiknya yang berdiri di seblah Cindy, "apa bibik tahu, dulu Cindy paling benci dengan yang namanya dapur, momy selalu bilang kalau wanita itu harus bisa masak, dan Cindy tidak pernah mau, hingga sekarang Cindy tahu pentingnya bisa masak bi."

"Iya Nyonya, wanita memang harus bisa banyak hal, dari memasak, mengurus anak, dll, masalah kita sukses kelak dan bisa membayar orang untuk melakukan semua itu, itu adalah nilai plesnya Nyonya,"

"Bibik benar, terima kasih ya bik" sang ART itupun hanya mengangguk sambil tersenyum, dia bangga dengan Nyonyanya itu, entah kenapa meskipun dia sering mendengar kalau Nyonya itu angkuh tapi dia bisa melihat kebaikan di dalam diri sang majikan.

"Apa dramanya sudah selesai, jika sudah segera siapkan makanannya," Ziko mengejutkan kedua orang yang ada di dapur itu.

"Baik tuan Muda," sedangkan Cindy hanya diam saja dan berlalu dari sana tanpa menyapa ataupun tersenyum pada Ziko.

"Ada apa dengannya, kenapa tidak seramah seperti biasanya," gumam Ziko yang sudah duduk di meja makan untuk sarapan, Ziko terus melihat Cindy, setelah Cindy tidak terlihat Zikopun memulai sarapannya, "apa dia sudah makan bi?"

"Belum tuan, mungkin Nyonya sedang bersiap," Ziko hanya mengangguk, tidak lama terlihat Cindy keluar dari kamarnya dengan baju kerjanya.

"bik aku tidak sarapan, aku bawa bekal saja bik, tolong siapkan ya bik" Cindy duduk di kursi meja makan itu sambil main ponsel, Ziko terus memandangi Cindy yang sama sekali tidak melihat kearahnya.

"ini Nyonya."

"ah terima kasih bik," Cindy memasukkan ponsel kedalam tasnya dan segera berlalu dari sana."

"tunggu," Ziko segera berdiri dan mencekal tangan Cindy.

"ada apa?"

"kita berangkat bersama."

"tidak, terima kasih, aku bersama Clara temanku," tolak Cindy, Cindy segera pergi dari sana sebelum dia mendengar kata kata yang menyakitkan lagi dari mulut suaminya itu.

"sial! Dia benar benar menghindariku," umpat Ziko, Ziko pergi dengan keadaan uring uringan yang tidak jelas, dia merasa marah karena Cindy berani menolak ajakannya untuk pergi bersama kekantor.

"ada apa dengannya, kenapa dia masam sekali wajahnya" ujar Devan yang melihat sang bos melewatinya begitu saja.

Terpopuler

Comments

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Ziko .... emang enak di cuekin Cindy 👏👏👏👏

2024-03-10

0

Ney maniez

Ney maniez

salah sendiri ziko km marah dluan🤭🤭

2024-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!