This is called life

Setelah acara pembenturan rasa yang dialami kami berempat. Leo memutuskan untuk menyudahinya dengan berpamitan pada mereka dengan berdalih ingin menemui tamu penting lainnya. Disinilah aku berada diruangan CEO milik Leo.

"Le mau sampai kapan kau duduk terdiam seperti itu.?" Tanyaku malas padanya. Bagaimana tidak seperti ini Leo sendari tadi hanya duduk dan terdiam tanpa bicara sudah 15 menit lamanya.

"Huft.!" Helaan nafasnya yang sudah berkali-kali aku dengar.

"Jika kamu tidak bicara juga aku akan pulang sekarang kemudian tidak segan meminta Alex untuk mengantarku pulang." Acamku asal padanya pasalnya bertemu Alex seorang diri saja membuatku ingin menghilang dari kehidupan seperti pada saat aku melihatnya di toko buku bersama Maura waktu itu.

"Huft. Sepertinya aku ingin mati saja." Ucap Leo yang baru saja mengeluarkan suaranya.

"Bila kau mati queen masa depanmu kelak hidup dengan siapa.?" Tanyaku padanya.

"Kau tidak mengerti Al ini sangat menyakitkan untukku." Ucapnya lesu.

"Aku serius dengan perkataanku itu. Memang tidak mudah untuk melupakan ini semua, tapi sudahlah. Jadikan ini kisah dalam hidupmu. Sekarang tatalah hidupmu dan untuk pendamping, masih banyak wanita seperti Jenny bahkan lebih baik darinya." Jelasku padanya agar Leo sadar,untuk segera melupakan gadis itu dan hidup dengan baik.

"Huft. Ada benarnya juga baiklah aku akan mencobanya walaupun tidak semudah yang kita bicarakan ini." Ucapnya setelah menghela nafas dengan dalam.

"Ini dia Leo yang aku kenal, aku suka bila kamu kuat." Ucapku riang.

"iya sudah Ayo, kita keluar sekarang sepertinya papa baru saja selesai memberi sambutannya." Ajak Leo berusaha bersemangat.

Setelah kami keluar dari ruangan itu Leo dipersilahkan untuk memberikan sambutannya sebab acara ini adalah acara meresmiannya menjadi CEO perusahan untuk menggantikan papanya kemudian pengesahan tersebut dilakukan dan disambut dengan baik oleh semua karyawan dan tamu undangan.

"Selamat ya semoga kamu bisa bertanggung jawab dan memajukan perusahaan dengan lebih pesat lagi." Ucapku pada Leo setelah dia menghampiriku. "Terimakasih Princess." Ucapnya meresponku.

Waktu menunjukan pukul sembilan malam dan acara ini hampir saja selesai. "Al kamu ingin pulang sekarang.?" Tanya Leo padaku.

"Iyah, yuk kita pulang saja aku juga sudah merasa lelah."

"Baiklah aku pamit dulu ya sama papa setelah itu kita pulang." Hanya aku beri anggukan kemudian dia pergi meminta izin.

"Merci kamu sudah mau menemaniku dikeadaanku tadi." Ucap Leo pada saat kami dalam perjalanan menuju Apart.

"No problem, it should be and Remember my message when we were in your dorm." Celotehku mengingatkan.

"Hahahaha aku tidak akan Mati. Tadi itu hanya pengibaratan rasa sakit yang aku rasakan seperti ingin mati saja." Ucap Leo dengan sedikit santai tidak seperti tadi.

"Are you feeling better now?" Tanyaku memastikan.

"Tentu saja, walaupun sakit ini belum sepenuhnya menghilang." Jelasnya padaku.

"Tenanglah, lambat laun rasa itu akan hilang seperti yang aku katakan tadi. Jadikan itu sebagai kisah dihidupmu dan temukan lagi kisah baru yang lebih baik dari kisah yang kamu rasakan ini." Ujarku tenang sambil mengarahkan pandanganku padanya.

"Iya Al terimakasih, aku sadar karena masih banyak wanita yang lebih baik dari pada dia dan aku memiliki kebebasan untuk itu." Ucap Leo tenang.

Sesampainya di apart.

"Aku pamit ya Al terimakasih untuk tadi dan hari ini aku akan pulang. Jaga diri baik-baik ya." Kata Leo padaku kemudian dia pergi.

"Iyah tentu saja. Be careful Leo, See you next time." Ucapku sambil melambaikan tangan.

'Hooooaaaammmm' haduh aku mengantuk sekali, tapi harus membersihkan diriku dulu dan melepaskan pakaian ini. Aku langkahkan kakiku memasuki Kamarku. Setelah beberapa menit membersihkan diri aku langsung menghamburkan tubuhku keatas kasur yang nyaman dan menarik selimutnya hingga menutupi setengah tubuhku.

'Ting' suara itu berasal dari ponsel genggamku. Aku raih benda pipih itu yang tadi aku simpan diatas nakas kemudian aku nyalakan benda pipih itu dan muncullah notifikasi disana.

(One missed call)

Revano~ "Al,,? "

(One message has not been read.)

Dia sempat menelponku tadi dan sekarang dia mengirimiku pesan text. Ada apa? Kenapa dia menghubungiku.? Tanyaku pada diri sendiri. Jawab tidak ya. Haduh kenapa sih dengan Revan padahal sudah satu tahun dia tidak menghubungiku. Jawab aja deh nanti dia beranggapan aku sombong.

Revano~ : " Al,,? "

Al__🐦 : " kenapa? "

Taklama kemudian Revan menjawab.

Revano~ : " Maaf ya menghubungimu

malam-malam."

Revano~ : " Aku hanya Merasa

bersalah selama ini. Karena

pada saat itu aku sangat

egois dan memilih

keputusan yang salah

dengan memilih hobbyku

dan tidak mempedulikan

lingkungan sekitarku."

Revano~ :"Al sampai saat ini aku

merasa menyesal karena

aku Egois dan menyia-

nyiakan kehadiranmu.

Maafkan aku Al."

Al__🐦 : " Sudahlah Van, itu sudah

lama sekali dan Aku

sudah memaafkannya."

Al__🐦 : " lagi pula kamu tidak

sepenuhnya bersalah

karena aku saja yang tidak

memahami hobbymu sebab

aku hanya terbiasa

menjadi sahabatmu

bukan kekasihmu."

Revano~ : " Terimakasih kamu sudah

memaafkan kebodohanku

itu Al. Bisakah kamu menerimaku seperti

dulu Al?"

Terlalu to the point sekali, memang dengan ketulusan tapi kamu hanya kisah yang pernah ada dan aku hanya bisa menerimamu hanya sebatas teman. Tidak lebih dari itu. Karena pilihanku merupakan kebebasan untukku.

Al__🐦 : " Tentu saja Revan, kamu

masih temanku dan akan

selalu seperti itu."

Revano~ : " Kamu sangat baik aku

akan menjadi teman yang

baik untukmu."

Al__🐦 : " Terimakasih, "

Revano~ : " Al, aku sangat senang hari

ini tapi ini sudah larut.

Sebaiknya kita pergi

tidur."

Al__🐦 : " memang ini sudah larut.

Ya sudah aku off dulu. 👋 "

Revano~ : " Night👋 "

Obrolan pun berakhir.

Huft! hari ini penuh dengan kejutan.

Apa ini yang dinamakan Kehidupan? aku merasa duniaku begitu sempit dan banyak sekali hal tak terduga terjadi.

Baiklah sepertinya aku harus segera tidur jika tidak besok akan bangun terlambat.

Revano POV

Malam ini aku putuskan untuk menghubunginya kembali tidak ada niatan buruk sama sekali hanya sekedar menyesali apa yang telah aku lakukan di masa lalu padanya dan meminta maafnya atas semua yang aku lakukan.

Alicia adalah sebuah kenangan manis yang pernah aku hiraukan keberadaannya. Tentu saja aku bodoh karena setiap waktu pemikiranku terfokus pada semua karya-karyaku bahkan menanyakan dia sudah makan atau belum saja terkadang aku melupakannya. Entah bagaimana perasaannya kala itu terhadap semua sikapku semua yang aku pikirkan tentangnya dimasa itu adalah rasa sakit menurutku saat ini aku hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya bagaimana dia aku perlakukan tanpa kabar dan jarang merespon semua pesan dan panggilan telponnya. Oh tuhan mengapa aku setega itu padanya. Bahkan setelah dia meresponku malam ini dan menerima maafku rasa sesal ini masih hinggap tertanam di dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!