"Kalian tahu, si Daniel putus lagi sama pacarnya!" Ujar Benny sambil tertawa.
"Siapa?" Tanya Rea minta diperjelas.
"Daniel...," Benny memberikan penekanan. "Ternyata cowok mapan nggak selamanya beruntung dalam percintaan! Hahaha,” Terdengar nada suara Benny antara kagum bercampur dengan ledekan. Orang yang satu ini memang cukup unik karakternya. Diantara teman-teman kantornya, Benny adalah orang dengan julukan MASTER KEPO karena banyak memiliki jaringan untuk mendapatkan informasi mengenai hal apapun. Dari tentang pekerjaan hingga hal konyol seperti gosip yang baru saja diceritakannya.
"Ooo," Rea manggut-manggut. Saat ini Rea dan tim kerja yang dipimpin olehnya sedang mengadakan makan siang bersama di luar kantor. Hanya tempat makan biasa yang menyediakan berbagai masakan rumahan dengan penataan makanan secara prasmanan. Sebuah tempat makan di sudut Utara Jakarta yang didirikan ditengah-tengah taman salah satu sudut komplek wahana bermain Taman Impian terbesar se-Asia Tenggara. Ditemani angin laut yang berhembus sepoi-sepoi di siang hari dan matahari yang kurang bersahabat seolah sangat berbahagia memancarkan sinarnya yang terik. Tempat makan ini sangat dekat dengan tempat kerjanya yang berada di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan tersibuk di Indonesia yang selalu dipenuhioleh kapal-kapal yang melakukan aktifitas bongkar muat dari barang curah hingga kontainer.
Rea yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk berbagi dengan orang lain jika ia memiliki rezeki lebih, menggunakan sebagian uang hasil dinas dari luar kotanya untuk mengajak teman-temannya makan di luar kantor. Prinsipnya, siapa lagi yang bisa membahagiakan anak-anak buahnya atau lebih tepatnya partner kerjanya, disaat posisinya sekarang ini sebagai single mapan dibandingkan dengan teman-teman kantornya yang lain yang telah berkeluarga namun hidupnya masih dalam kekurangan.
“Kenapa Re manggut-manggut?" Celetuk Rio dengan nada jahil. "Elo masih ada rasa sama orang itu?"
"Sialan! Dikasih juga gue nggak mau!" Rea menyikut perut Rio yang duduk disebelahnya. Dan hal itu membuat Rio meringis menahan sakit. "Masa lalu itu, masa lalu.”
“Maksud Rio itu apa ya Re?" Tanya Tari, Marsya dan Ersa teman kantornya yang tidak tahu apa-apa menjadi penasaran.
“Bukan apa-apa,” Rea mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Hanya omongan sampah yang keluar dari mulut Mas Rio."
"Iya gosip yang beredar katanya lo suka sama Daniel," Celetuk Ersa.
"Capek deh,” Rea menepuk jidatnya sendiri. Ia sudah malas menanggapi hal-hal yangterkait dengan Daniel. Cukup sudah waktu satu tahun baginya merasakan telinganya berdenging setiap hari akibat gosip itu.
"Berterima kasih banget ya lo Re," Rio tersenyum memberikan kode yang hanya diketahui oleh Rea.
"Begitulah,” Rea tertawa menanggapi ucapan Rio. "Orang yang satu itu tidak ada dewasanya sama sekali! Malas banget gue berurusan sama dia kalau nggak kepepet!"
Ya, mereka memang tidak tahu hubungan apa yang terjadi antara Rea dan Daniel. Karena Rea menutup rapat kisahnya kepada siapapun di kantor, kecuali pada Rio.
Nama lelaki yang disebut oleh Benny dan Rio itu adalah orang yang pernah membuat Rea jatuh cinta untuk kedua kalinya setelah seseorang yang sedang berada jauh di sana. Bukan sebuah kisah yang indah untuk diingat namun torehan lukanya membutuhkan waktu yang cukup lama menyembuhkannya. Daniel Putranto, sosok tinggi besar bak pemain basket dengan perawakan 188 cm ini adalah seniornya di kantor. Rambutnya yang selalu dipotong model spike mengingatkan Rea dengan sosok salah satu tokoh favoritnya di sebuah komik bertema basket karangan Takehiko Inoue yang berjudul Slamdunk bernama Akira Sendoh. Tidak hanya penampilan fisiknya yang mirip, karakternya pun sama, dari hobi bangun siangnya hingga cara memimpin timnya di kantor.
Awal perkenalan mereka dilalui dengan tidak menyenangkan. Rea sangat membenci Daniel bahkan membencinya setengah mati. Karena semua orang yang ada di Divisi keuangan sangat tunduk padanya. Sikapnya yang sangat egois dan otoriter namun kekanak-kanakan seolah menunjukkan bahwa dia adalah orang yang paling tahu urusan tentang keuangan. Padahal pada saat itu dari segi posisi dan kelas jabatan, ia sama dengan Rea sebagai pelaksana senior walaupun dalam kurun dua tahun ini ia berganti posisi sebagai Managet Akuntansi dan tak lama kemudian Rea berhasil menyusulnya menduduki posisi yang sejajar dengan Daniel sebagai Managet. Hampir setiap hari mereka bertengkar hanya karena masalah sepele seperti urusan keputusan Daniel yang seenaknya diambil tanpa mempertimbangkan tim nya.
Namun benar kata orang, jangan terlalu membenci seseorang karena kebencian itu akan berbalik menjadi cinta. Hanya sebuah statement dari Daniel membuat Rea yang benci setengah mati dengannya tiba-tiba berbalik mendadak jatuh cinta kepadanya.
Rumit, terlalu banyak intrik dan ego yang mewarnai hubungan antara Rea dan Daniel. Satu hari mereka bisa akrab sekali namun besoknya mereka bertengkar. Hubungan mereka baik pribadi dan pekerjaan sangat tidak sehat. Dan itu semua karena ulah dari asisten tercintanya Daniel, Dena. Semua kata-kata yang keluar dari mulut Dena selalu ditelan Daniel mentah-mentah tanpa disaring terlebih dahulu dengan meminta pendapat yang lain. Mudah ditebak, sejak awal masuknya Rea sebagai pegawai di kantor, sosok seorang Rea yang anggun dan manis, dengan postur tubuh langsing setinggi 158 cm, rambut hitam halus lurus sepunggung dengan sedikit layer, kulit putih kuning langsat yang terawat, wajah bulat telur berpipi semu merah alam dan mata bulat tidak terlalu besar namun berkelopak yang selalu diinginkan para gadis di Korea dengan melakukan operasi plastik, goresan eyeliner hitam yang membentuk sudut tajam mempertegas tatapan matanya, alis yang tertata membentuk sudut simetris dengan kelopak matanya yang selalu tersapu eyeshadow soft pink, hidung mancung sedikit ada tulang menonjol dipangkalnya, bibir yang tidak terlalu tebal dengan usapan lipstik berwarna nude* natural, bibir yang selalu tersenyum serta sikapnya yang ramah pada siapapun menarik perhatian hampir seluruh lelaki di kantor untuk menyukainya tak terkecuali Daniel.
Dena yang sangat mencintai Daniel merasa posisinya terancam dan tak rela Daniel bersama Rea. Intrik pun berhasil dijalankan. Emosi Rea yang selama ini berusaha dikontrol olehnya akhirnya memuncak dan pecah karena permintaan Dena yang sok perintah kepada Rea dengan mengatasnamakan Daniel. Padahal posisi Rea lebih tinggi daripada Dena. Ditambah Dena yang selalu berlindung dibelakang Daniel, mengadu pada Daniel yang sudah tentu dengan memutarbalikkan fakta yang ada. Alhasil Daniel yang termakan hasutan Dena datang memaki-maki Rea. Rea yang tidak terima balas memaki Daniel. Terjadilah perdebatan seru diantara keduanya.
"Elo juga gak bisa nyalahin Rea gitu aja Niel!" Lily, senior Rea sebagai pengganti Pak Fajar yang sedang mengambil cuti panjang berusaha membela Rea. "Jangan cuma bisa nyalahin anak-anak gue aja! Harusnya lo dengerin juga pendapat dari Rea tidak sepihak dari Dena!"
"Elo gak usah ikut campur urusan gue sama Rea!" Daniel tidak mau kalah.
"Terus mau Mas Daniel apa?!" Tanya Rea masih dengan nada tingginya. Tatapan mata Rea begitu tajam menusuk kearah Daniel. Ia begitu marah pada Daniel merasa tidak dianggap dalam pengambilan keputusan mengenai pekerjaan yang melibatkan antara pihak Treasury dan Akuntansi.
"Gue maunya tetap seperti yang gue bilang, penutupan akhir bulan tergantung dari Akuntansi bukan dari Treasury!"
"Terserah!" Rea mengucapkannya di depan Daniel dengan jarak yang hanya 15 cm. Untuk meredakan emosinya, ia memilih keluar ruangan mencari udara segar dengan lari ke Ruang Gudang Persediaan. Ruangan yang berisi kebutuhan pokok penyuplai kegiatan di kantor termasuk urusan ATK. Disana memang tempat paling bagus untuk menenangkan diri karena letaknya agak jauh dari gedung pusat.
"Kenapa lagi Mbak Re?" Tanya Indro sang penjaga Gudang Persediaan.
"Biasa Mas, si orang sok bossy itu lagi nyebelin banget!!!" Teriak Rea sekencang-kencangnya sambil mendecakkan kedua kakinya ke lantai.
"Sabar Mbak, sabar, dia memang orangnya seperti itu," Indro menyiapkan secangkir teh hangat untuk Rea. "Minum dulu untuk menenangkan perasaan Mbak Re.”
"Makasih ya Mas...," Rea membalas Indro dengan senyuman khasnya. Berdasarkan survey dari para lelaki yang kerja di kantor itu, Rea memiliki senyum yang sangat maut! Membuat orang yang melihatnya langsung jatuh hati. Namun menurut si empunya senyum, senyumannya itu komersil untuk merayu customer membayar hutangnya! Sungguh pemikiran yang sangat aneh.
Kejadian itu berulang terus-menerus. Hubungan naik-turun Rea dan Daniel membuat batin Rea tersiksa. Ia merasa digantung oleh Daniel. Karena terlalu sakit dan sesak Rea pun mengungkapkannya kepada Wahya. Wahya yang selalu memperhatikan tingkah laku Rea yang tidak dapat mengontrol emosinya setiap kali menceritakan tentang sosok Daniel kepadanya akhirnya pun berkomentar.
"Sebenarnya Mama tidak suka pakai cara ini karena menurut Mama tindakan ini sangat merendahkan harga diri perempuan," Wahya menatap lurus kearah Rea. Bak hakim yang sedang menyidang seorang di kursi pesakitan ia berkata, "Tapi daripada kamu terus tersiksa dengan perasaanmu pada Daniel, lebih baik kamu utarakan perasaanmu padanya!"
"Hah?! Mama serius bicara seperti itu?" Rea terkaget-kaget dengan pernyataan yang keluar dari Mamanya. Mamanya yang sangat konvensional dan begitu menjunjung tinggi martabatnya itu dengan mudahmemberikan saran yang tak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya akan terucap dari mulut sang Mama.
"Mau bagaimana lagi? Mama tidak mau anak Mama dipermainkan dan digantung tidak jelas seperti ini. Telepon dia sekarang! Aji mumpung hari ini hari Minggu..."
Apa hubungannya juga dengan hari minggu? Batin Rea. Ia langsung mengambil Blackberry-nya dan mencari nomor handphone Daniel.
"Jangan lupa speakernya dinyalakan supaya Mama dapat mendengarkan pembicaraan kalian."
"Iya...iya...," Rea berusaha mengatur napasnya. Ia tak mau kegugupannya mempengaruhi suaranya sehingga terdengar terbata-bata karena grogi dan deg-degan.
"Halo," Terdengar suara Daniel.
"Halo Mas Daniel, ini aku Rea...," Dasar jiwa profesional tinggi! Rea berkata tanpa ada kegugupan sama sekali. "Boleh diganggu nggak Mas waktunya?"
"Boleh, kenapa?"
"Sebenarnya selama ini aku suka sama kamu Mas..."
"Hah? Kok bisa?!" Dari nadanya Daniel tidak percaya dengan ucapan Rea.
"Begitulah..., kalau Mas Daniel sendiri menganggapku apa?"
"Teman."
"Ooo...gitu ya..., ya sudah deh...," Rea mengangguk pelan. Rea agak kecewa dengan jawaban yang diterimanya dari Daniel. Ia tak menyangka kalau selama ini ia hanya dianggap Daniel sebagai teman. Perhatian-perhatian kecil yang dilakukan Daniel untuknya hanya sebagai teman?! Perhatian yang menurut Rea tidak diberikan kepada cewek-cewek lain. Malu? Pasti! Merasa bodoh? Pasti! Bukan karena ia telah menyatakan perasaannya pada Daniel yang notabennya orang yang juga dibencinya. Tapi ia malu bahwa selama setahun ini ia salah menginterprestasikan sikap Daniel kepadanya. Sikap yang menurut Daniel biasa saja namun ditanggapi luar biasa oleh Rea. Intinya ia ge-er sendiri. Ingin rasanya ia kabur untuk bersembunyi beberapa saat dan tidak bertemu dengan Daniel. Tetapi hal itu sangat amat tidak mungkin karena mereka rekan satu Divisi di keuangan. Yang harus ia lakukan adalah bagaimana ia bisa men-settle dirinya sendiri untuk dapat bersikap biasa saja kepada Daniel. Bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Telepon terputus. Rea mengakhirinya dengan helaan napas panjang. Ia menoleh kearah Wahya dan sesuai dugaan Ra, ekspresi Wahya menunjukkan ketidaksukaan.
"Kamu sudah tahu kan jawaban darinya?"
Rea hanya mengangguk pasrah.
"Kalau Mama boleh jujur sejak awal kamu cerita tentang Daniel Mama kurang suka sama orang itu. Dia tidak gentle, kekanak-kanakan, keras kepala, pengatur, dan egonya sangat tinggi. Kamu yang sama keras kepalanya dan suka seenaknya nggak mau diatur sangat bertolak belakang dengannya yang maunya mengatur meskipun dengan cara paksa. Namun karena kamu bilang kamu suka sama dia Mama bisa melarang apa?" Wahya berceramah panjang lebar. "Sekarang kamu tahu kan jawabannya langsung dari Daniel. Sudah nggak perlu sedih! Kamu terlalu berharga untuk orang seperti dia. Nanti juga kamu pasti akan menemukan orang yang jauh lebih baik dari Daniel."
Entah kenapa tiba-tiba terbesit nama seseorang dari masa lalu Rea. Sosok yang sempat terlupakan dalam hidupnya karena terlalu sibuk dengan perasaannya pada Daniel. Memang tidak mudah melupakan Daniel. Terkadang batinnya tersiksa jika harus bertemu dengan Daniel setiap hari. Akan tetapi hal itu sudah menjadi sebuah resiko yang harus ditanggung Rea. Perlahan ia mulai menata hatinya kembali. Tak sedikit beberapa orang sempat mampir dekat dengannya. Namun lagi-lagi kandas karena jauh di dalam hati Rea ia belum siap untuk membuka hati lagi. Cukup sudah dua kali ia gagal dan jatuh cinta dengan orang yang salah. Untuk berikutnya, ia berharap akan jatuh cinta dengan orang yang tepat dan melabuhkan hatinya untuk yang terakhir kalinya. Itu tekadnya.
"Jadi, kapan nih kita makan bareng keluar kayak gini lagi?" Celetuk Benny membuyarkan lamunan Rea.
"Eh, apa?" Rea mengerjap-ngerjapkan matanya seolah berusaha menyadarkan diri dari pikirannya sendiri.
"Yah, ini anak malah bengong! Hati-hati, bisa kesambet lho...," Ledek Benny.
"Sembarangan!" Rea cemberut mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipinya yang cubby membuat siapapun gemas melihatnya dan ingin mencubitnya.
"Lagi ngelamunin gimana pedekate lagi sama Daniel kali," Kejahilan Rio membuat Rea jadi kesal.
"Mas Rio!" Rea melirik tajam kearah Rio. Tak pelak sebuah cubitan kecil namun cukup mematikan mendarat di pinggang Rio. Teriakan kesakitan pun membahana ditempat itu. "Aku sudah punya yang lain!"
Yang lain? Rea sendiri terheran-heran dengan ucapannya. Siapa maksudnya dengan yang lain? Boro-boro dia punya gebetan lain. Melirik cowok lain saja saat ini ia sangat malas. Tidak ada waktu tepatnya seiring dengan kesibukannya yang semakin menumpuk. Bohong! Sebenarnya sudah beberapa kali ia dekat dengan lelaki namun berujung bubar. Padahal ia sudah melupakan perasaannya kepada Daniel, namun entah mengapa setiap kali ia dekat dengan lelaki seolah ada rantai tak kasat mata yang membelenggu erat hatinya untuk tidak membukanya kepada lelaki lain.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments